Hasil doa dan renungan saya dulu waktu bingung karena ada ajaran yg memakai yesua hamesiah,karena saya sendiri terbiasa pakai nama Yesus kristus.sbb; Roh Kudus beri saya pengertian bahwa apapun nama yg kita panggil( yeshua hamesiah , Jesus, Yesus , dll) YG PENTING DIHATMU KETIKA ENGKAU MEMANGGIL NAMA ITU ADALAH PRIBADI YG TURUN DARI SORGA MJD MANUSIA,DISALIBKAN DAN BANGKIT PD HARI KETIGA NAIK KESORGA DAN NANTI AKAN KEMBALI LG MENJEMPUT GEREJANYA, PRIBADI YG MEMILIKI KRITERIA DIATAS TIDAK ADA YG LAIN , WALAUPUN ADA YG MEMAKAI NAMA JESUS SEPERTI PEMAIN BOLA JESUS NAVAS DAN BANYAK LG YG LAIN. TETAPI MEREKA TDK MEMILIKI KRITERIA YESUS KRISTUS DIATAS KAYU SALIB, ITU HANYA ADA SATU. I LOVE JESUS
@suprionokediri1105 Жыл бұрын
Puji syukur Tuhan Yesus. Aku bisa ikut berkesempatan menikmata pèmaparan Ibu Wulandari. Terima kasih Ibu, semoga berkah Nya selalu melimpah utk kita semua. Alleluya. Amin.
@yosephf67263 жыл бұрын
Trimakasih bu Rita kiranya Tuhan memakai ibu semakin dasyat sehingga banyak orang terberkati, Haleluya.
@GersonYarisetouw24 күн бұрын
Bapa YAHWEH memberkati selalu ibu 😇🙏
@geeryhandhika30574 жыл бұрын
Shalom aleikhem. Terima kasih Bu. Wawasan saya semakin luas mendengar pengajaran Ibu. Saya mendapat pelajaran berharga, yakni pelajaran menyangkal fakta, akal sehat, dan menerima halusinasi dan khayalan sesat dalam beriman kepada Tuhan. Karena fakta nyata hidup kita di bumi ini, TIDAK ADA SATU INDIVIDU PUN yang bersedia Namanya diganti sesuka org lain. Tapi pada pengajaran Ibu FAKTA KENYATAAN itu Ibu sebut fanatisme dan kontraproduktif. Saya tentu bisa memahami JIKA yg Ibu sampaikan itu mengenai obyek benda dalam berbagai variasi bahasa yg berbeda. Namun akal sehat saya tentu menolak jika hal itu berupa subyek khususnya Nama orang. Karena sebagai orang awam yg bodoh ini saya masih bisa membedakan APA yg boleh diterjemahkan dan APA yg tdk boleh diterjemahkan. Bagi org awam yg bodoh seperti saya, nama seseorang mewakili reputasi, mewakili jatidiri, mewakili karakter dan pribadi. Contoh: Jika nama saya Trisno, saya tentu tdk sudi orang Amerika memanggil saya Love. Dan tentu saya tdk sudi jika org2 jakarta memanggil saya Cinta. Karena tdk seorangpun berhak mengganti nama orang lain. Itu fakta kenyataan, Bu. Bahkan nama merk dagang saja sampai diroyaltikan supaya tdk bisa dijiplak produsen lain. Jika nama merk barang duniawi saja diperlakukan secara demikian, APALAGI BILA MEMBICARAKAN NAMA TUHAN TSEBA'OT! Bagi orang bodoh dan awam seperti saya, saya hanya taat dan mendengar Perkataan Tuhan Messias, yg berkata, "Aku datang di dalam Nama Bapa (YHUH)." Bukan nama lain. Karena sepengetahuan saya yg bodoh ini, belum pernah saya membaca dari Kitab Kejadian hingga Kitab Wahyu, TUHAN ALUAHIM TSEBA'OT menyatakan DIRI DNG MERUBAH NAMANYA MENJADI Yesus/Yoshua/Yeshua/Yehoshua/Yahushua/Yahusha. Jika ternyata ada ayat dan pasalnya dari semua Kitab Suci Nasrani, mohon Ibu bersedia memberitahu saya di ayat dan pasal berapa TUHAN ALUAHIM TSEBA'OT pernah berkata DIA MERUBAH NAMANYA MENJADI yesus, yeshua, yoshua, yehoshua, yahushua, atau yahusha. Jika predikat TUHAN tentu saya telah dengar. YHUH yireh, YHUH rapha, YHUH nissi, YHUH olam, dsb. Namun predikat SAMA SEKALI TIDAK MENGUBAH NAMA. DAN PREDIKAT BUKANLAH NAMA ITU SENDIRI. Mohon bersabar terhadap saya yg bodoh ini. Ok, Ibu melihat fakta sejarah, org2 Yahudi di masa Tuhan Messias hidup sangat mensakralkan NAMA BAPA. Anggaplah Ibu benar, bahwa Nama Anak adalah Yeshua. Sekarang mohon Ibu jawab, manakah yg tertulis di Kitab Suci, apakah tertulis: BAPA datang di dalam nama Anak? Atau Tertulis ANAK DATANG DI DALAM NAMA BAPA. (YHUH)? Jika saya disebut fanatik, tdk ada yg lebih membuat saya bangga bahwa saya FANATIK HANYA KEPADA PERKATAAN TUHAN JURUSELAMAT SAYA. Karena bagi saya, DARAH TUHAN MESSIAS jauh lebih berharga dari semua yg diberikan dunia ini. DAN DARAH TUHAN MESSIAS HANYA SAYA BISA TERIMA DI DALAM NAMA BAPA YG DIBERIKAN BAPA KPD MESSIAS. Di Kitab Suci tegas tertulis, TIDAK ADA NAMA LAIN YG DIBERIKAN TUHAN KEPADA MANUSIA YG OLEH SATU NAMA ITU MANUSIA BOLEH MEMPEROLEH KESELAMATAN. Tuhan yg datang di dalam NAMA BAPA memberkati pelayanan Ibu.
@bimolombok4 жыл бұрын
Harus tuntas tas tas tas belajar kebenaran dengan benar dan kebenaran akan selalu benar dan menang di atas kebhatilan sebanyak apapun konsep dan teorinya bahkan asumsi serta perspektifnya !
@stanleyadriananta3 жыл бұрын
Saya memikirkan satu kata dlm bahasa Indonesia yg memiliki arti serupa dlm bahasa Malaysia, namun ada sedikit perbedaan dlm penulisan maupun penyebutannya, yaitu kata "berbeda" dlm bahasa Indonesia, yg dituliskan/diucapkan menjadi "berbeza" dlm bahasa Malaysia. Disini ada perbedaan penulisan/penyebutan huruf D mjd Z atas kata tsb. Utk selanjutnya... cerita berikut hanyalah contoh dramatisasi dgn kejadian sbg berikut : . Negara Malaysia menempatkan duta besarnya yg baru utk Indonesia. Pada dokumen yg dibuat oleh pemerintah Malaysia atas penunjukkan duta besar baru tsb, ternyata nama tuan rumah yaitu Presiden Republik Indonesia dituliskan sebagai Joko Wizozo (D dituliskan Z sbgmn kata BERBEDA yg dituliskan mjd BERBEZA). Apakah dgn adanya perbedaan penulisan/pengucapan nama dari pejabat tuan rumah tsb, artinya pengangkatan duta besar Malaysia utk Indonesia tsb bisa dikatakan sah? Tentunya hal "sepele" tadi akhirnya justru mjdkan tidak sah atas ceremony pengangkatan dubes baru tsb... pdhl ini hanyalah ceremony kenegaraan di dunia fana. Tentunya dgn menyadari nama asli Presiden Republik Indonesia adalah Joko Widodo, maka sdh seharusnya dokumen yg telah dibuat oleh pemerintah Malaysia tsb utk segera dikoreksi agar acara pengangkatan dubes tadi bisa dinyatakan sah & mengikat. Sekarang coba pikirkan secara lebih mendalam... hanya sekedar ceremony di dunia fana saja, hal tsb harus dilakukan dengan teliti, tanpa ada toleransi atas kesalahan penulisan pada nama diri seseorang. Coba bayangkan sebuah sertifikat rumah an. Rita Wahyu, namun dituliskan mjd an. Rita Wagyu, atau hanya sekedar ditulis an. IBU... (kosong, alias tanpa satu nama pun yg dituliskan). Emang ini sertifikat an. ibu siapa koq gak ada namanya? Apakah hal spt ini tdk akan mjd masalah besar dikemudian hari? Begitu juga thd hal2 yg berkaitan dlm dunia peradilan, entah itu adlh peradilan pidana atau perdata, atau peradilan apapun diluar keduanya... jika salah satu nama yg tertera dalam suatu perkara adalah salah di dalam penulisannya, maka pengadilan thd perkara tsb adalah dinyatakan tidak sah & tidak dpt mengikat siapapun yg namanya salah dituliskan dlm perkara tsb. . Dalam Matius 18:18 telah dituliskan demikian : "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." . Pantaskah jika kita yang terbiasa sensitif atas salah penulisan pd nama2 duniawi, tapi dgn sengaja justru mengabaikan kebenaran dari nama2 sorgawi, seperti YHWH (Yahwe) yg adalah nama pribadi Tuhan yg disembah oleh bangsa Israel... dengan sembarangan justru diganti dgn sebutan allah yg adalah nama tuhan bagi keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru tidak mengakui ketuhanan Sang Putera... selanjutnya YESHUA HaMashiach yg adalah nama Ibrani asli Sang Mesias, justru diganti sebutannya menjadi nama ala Yunani... bandingkan dgn contoh Joko Widodo yg merupakan nama asli Indonesia dgn penulisan/pelafalan ala Indonesia, jika kemudian diganti penulisan/pelafalannya mjd ala Malaysia yaitu Joko Wizozo... apakah ceremony kenegaraan utk melantik dubes baru Malaysia tadi bisa dikatakan sah & mengikat??? . Memang saya sadari betul bahwa masyarakat +62 ini sulit sekali utk mengoreksi diri atas berbagai hal salah kaprah, apalagi jika hal tsb telah berlangsung secara turun temurun. Contohlah penyebutan jenis2 makanan cina yg berbahan dasar daging babi, misal bakpao, bakso, bakpia, bakmi, dll... yg sebenarnya arti dari awalan BAK tsb adalah jenis makanan yg menggunakan daging babi sbg bahan utamanya. Makanya jadi aneh kalo nama2 makanan tsb disebutkan secara salah kaprah turun temurun mjd al: bakpao kacang ijo, bakmi ayam, bakso sapi, dgn beralasan bhw bahan utamanya sdh tidak lagi menggunakan daging babi (tapi anehnya tetap menyebut bagian awal dari nama makanan tsb sbg BAK, yang artinya adalah menggunakan bahan utama daging babi). Tapi ya memang spt itulah kondisi +62... segala hal dianggap sebagai "urusan permen" ala anak kecil. Pdhl seharusnya sbg manusia dewasa penting sekali utk memahami kesakralan nama yg tidak boleh diubah2 semaunya sendiri, karena tentunya hal tsb tidaklah sesimpel mengubah sebutan nama2 makanan berbahan dasar daging babi yg jadi semakin acak adut spt contoh diatas, melainkan memiliki kadar keseriusan yg melebihi daripada sekedar salah penulisan nama Rita Wahyu menjadi Rita Wagyu pada selembar dokumen sertifikat kepemilikan tanah & bangunan... atau bersediakah Ibu Rita Wahyu jika Akta Kelahiran dari anak kandungnya sendiri dituliskan bahwa anak tsb merupakan anak dari seorang ibu yg bernama Rita Wagyu atau cukup sekedar ditulis bhw anak tsb adalah anak dari seorang IBU...??? . APALAGI jika ternyata SALAH KAPRAH tadi berkaitan dgn hal KESELAMATAN KEKAL dalam hal "dimaterai/dibaptis" dalam nama tuhan yg sebenarnya tidak pernah disembah sebagai Tuhannya Abraham, Ishak & Yakub, melainkan dibaptis dalam nama tuhan yg disembah oleh keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru menolak ketuhanan YESHUA Sang Mesias, alias YESHUA HaMashiach; atau secara simple dibaptis HANYA dgn menyebutkan sosok bapa - putra - roh kudus... BANDINGKAN dengan SOSOK LAIN YG JUGA DISEBUT BAPA dlm Yohanes 8:44 yang tertulis demikian: "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" . Dan BAHKAN SOSOK ROH KUDUS (PENGHIBUR), di dlm keyakinan sebelah... dgn begitu memaksakan diri mereka anggap sbg sosok dari nabi besar yg selama ini mereka puja2, sebagaimana ditulis pada Yohanes 14:25-26 demikian : "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" . Karena sesungguhnya sosok Tuhan yang kita sembah ini adalah sosok yg echad/esa/eka, dan memiliki nama pribadi, bukan hanya sekedar utk disebut sbg sosok bapa - putera - roh kudus, melainkan memiliki nama yg Kudus & sakral yaitu: YHWH - YESHUA HaMashiach - RUACH HaQodesh, dan pada ketiga nama esa tsblah seharusnya kita dimaterai/dibaptiskan, mjd suatu tanda sorgawi bahwa hidup kita ini telah dimaterai mjd milik kepunyaan-Nya, yaitu dimateraikan dlm nama pribadi Tuhan sorgawi yg Kudus & sakral - sebagaimana perumpamaan sertifikat rumah yg WAJIB terdaftar atas nama diri yg benar, yaitu: an. Rita Wahyu, bukan Rita Wagyu - apalagi jika hanya sekedar ditulis an. IBU... agar selanjutnya sertifikat tsb dpt betul2 diakui secara sah & mengikat sbg milik dari Rita Wahyu. Jadi jangan salah paham dgn mengartikan bhw hal tsb hanyalah sekedar fanatik/sok2an agar nampak berbeda dgn sebutan yg sdh berlaku umum selama ini 👍👍👍
@reaper54684 жыл бұрын
Nah ini yg sy cari selama ini. Setuju banget Bu Rita, kita hamba Tuhan tugasnya mengabarkan Injil Yesus Kristus kpd org lain, bukan malah membuat gaduh dg memaksakan org yg sdh kristen pakai nama YHWH dan Yeshua Hamasiakh
@stanleyadriananta3 жыл бұрын
Saya memikirkan satu kata dlm bahasa Indonesia yg memiliki arti serupa dlm bahasa Malaysia, namun ada sedikit perbedaan dlm penulisan maupun penyebutannya, yaitu kata "berbeda" dlm bahasa Indonesia, yg dituliskan/diucapkan menjadi "berbeza" dlm bahasa Malaysia. Disini ada perbedaan penulisan/penyebutan huruf D mjd Z atas kata tsb. Utk selanjutnya... cerita berikut hanyalah contoh dramatisasi dgn kejadian sbg berikut : . Negara Malaysia menempatkan duta besarnya yg baru utk Indonesia. Pada dokumen yg dibuat oleh pemerintah Malaysia atas penunjukkan duta besar baru tsb, ternyata nama tuan rumah yaitu Presiden Republik Indonesia dituliskan sebagai Joko Wizozo (D dituliskan Z sbgmn kata BERBEDA yg dituliskan mjd BERBEZA). Apakah dgn adanya perbedaan penulisan/pengucapan nama dari pejabat tuan rumah tsb, artinya pengangkatan duta besar Malaysia utk Indonesia tsb bisa dikatakan sah? Tentunya hal "sepele" tadi akhirnya justru mjdkan tidak sah atas ceremony pengangkatan dubes baru tsb... pdhl ini hanyalah ceremony kenegaraan di dunia fana. Tentunya dgn menyadari nama asli Presiden Republik Indonesia adalah Joko Widodo, maka sdh seharusnya dokumen yg telah dibuat oleh pemerintah Malaysia tsb utk segera dikoreksi agar acara pengangkatan dubes tadi bisa dinyatakan sah & mengikat. Sekarang coba pikirkan secara lebih mendalam... hanya sekedar ceremony di dunia fana saja, hal tsb harus dilakukan dengan teliti, tanpa ada toleransi atas kesalahan penulisan pada nama diri seseorang. Coba bayangkan sebuah sertifikat rumah an. Rita Wahyu, namun dituliskan mjd an. Rita Wagyu, atau hanya sekedar ditulis an. IBU... (kosong, alias tanpa satu nama pun yg dituliskan). Emang ini sertifikat an. ibu siapa koq gak ada namanya? Apakah hal spt ini tdk akan mjd masalah besar dikemudian hari? Begitu juga thd hal2 yg berkaitan dlm dunia peradilan, entah itu adlh peradilan pidana atau perdata, atau peradilan apapun diluar keduanya... jika salah satu nama yg tertera dalam suatu perkara adalah salah di dalam penulisannya, maka pengadilan thd perkara tsb adalah dinyatakan tidak sah & tidak dpt mengikat siapapun yg namanya salah dituliskan dlm perkara tsb. . Dalam Matius 18:18 telah dituliskan demikian : "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." . Pantaskah jika kita yang terbiasa sensitif atas salah penulisan pd nama2 duniawi, tapi dgn sengaja justru mengabaikan kebenaran dari nama2 sorgawi, seperti YHWH (Yahwe) yg adalah nama pribadi Tuhan yg disembah oleh bangsa Israel... dengan sembarangan justru diganti dgn sebutan allah yg adalah nama tuhan bagi keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru tidak mengakui ketuhanan Sang Putera... selanjutnya YESHUA HaMashiach yg adalah nama Ibrani asli Sang Mesias, justru diganti sebutannya menjadi nama ala Yunani... bandingkan dgn contoh Joko Widodo yg merupakan nama asli Indonesia dgn penulisan/pelafalan ala Indonesia, jika kemudian diganti penulisan/pelafalannya mjd ala Malaysia yaitu Joko Wizozo... apakah ceremony kenegaraan utk melantik dubes baru Malaysia tadi bisa dikatakan sah & mengikat??? . Memang saya sadari betul bahwa masyarakat +62 ini sulit sekali utk mengoreksi diri atas berbagai hal salah kaprah, apalagi jika hal tsb telah berlangsung secara turun temurun. Contohlah penyebutan jenis2 makanan cina yg berbahan dasar daging babi, misal bakpao, bakso, bakpia, bakmi, dll... yg sebenarnya arti dari awalan BAK tsb adalah jenis makanan yg menggunakan daging babi sbg bahan utamanya. Makanya jadi aneh kalo nama2 makanan tsb disebutkan secara salah kaprah turun temurun mjd al: bakpao kacang ijo, bakmi ayam, bakso sapi, dgn beralasan bhw bahan utamanya sdh tidak lagi menggunakan daging babi (tapi anehnya tetap menyebut bagian awal dari nama makanan tsb sbg BAK, yang artinya adalah menggunakan bahan utama daging babi). Tapi ya memang spt itulah kondisi +62... segala hal dianggap sebagai "urusan permen" ala anak kecil. Pdhl seharusnya sbg manusia dewasa penting sekali utk memahami kesakralan nama yg tidak boleh diubah2 semaunya sendiri, karena tentunya hal tsb tidaklah sesimpel mengubah sebutan nama2 makanan berbahan dasar daging babi yg jadi semakin acak adut spt contoh diatas, melainkan memiliki kadar keseriusan yg melebihi daripada sekedar salah penulisan nama Rita Wahyu menjadi Rita Wagyu pada selembar dokumen sertifikat kepemilikan tanah & bangunan... atau bersediakah Ibu Rita Wahyu jika Akta Kelahiran dari anak kandungnya sendiri dituliskan bahwa anak tsb merupakan anak dari seorang ibu yg bernama Rita Wagyu atau cukup sekedar ditulis bhw anak tsb adalah anak dari seorang IBU...??? . APALAGI jika ternyata SALAH KAPRAH tadi berkaitan dgn hal KESELAMATAN KEKAL dalam hal "dimaterai/dibaptis" dalam nama tuhan yg sebenarnya tidak pernah disembah sebagai Tuhannya Abraham, Ishak & Yakub, melainkan dibaptis dalam nama tuhan yg disembah oleh keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru menolak ketuhanan YESHUA Sang Mesias, alias YESHUA HaMashiach; atau secara simple dibaptis HANYA dgn menyebutkan sosok bapa - putra - roh kudus... BANDINGKAN dengan SOSOK LAIN YG JUGA DISEBUT BAPA dlm Yohanes 8:44 yang tertulis demikian: "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" . Dan BAHKAN SOSOK ROH KUDUS (PENGHIBUR), di dlm keyakinan sebelah... dgn begitu memaksakan diri mereka anggap sbg sosok dari nabi besar yg selama ini mereka puja2, sebagaimana ditulis pada Yohanes 14:25-26 demikian : "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" . Karena sesungguhnya sosok Tuhan yang kita sembah ini adalah sosok yg echad/esa/eka, dan memiliki nama pribadi, bukan hanya sekedar utk disebut sbg sosok bapa - putera - roh kudus, melainkan memiliki nama yg Kudus & sakral yaitu: YHWH - YESHUA HaMashiach - RUACH HaQodesh, dan pada ketiga nama esa tsblah seharusnya kita dimaterai/dibaptiskan, mjd suatu tanda sorgawi bahwa hidup kita ini telah dimaterai mjd milik kepunyaan-Nya, yaitu dimateraikan dlm nama pribadi Tuhan sorgawi yg Kudus & sakral - sebagaimana perumpamaan sertifikat rumah yg WAJIB terdaftar atas nama diri yg benar, yaitu: an. Rita Wahyu, bukan Rita Wagyu - apalagi jika hanya sekedar ditulis an. IBU... agar selanjutnya sertifikat tsb dpt betul2 diakui secara sah & mengikat sbg milik dari Rita Wahyu. Jadi jangan salah paham dgn mengartikan bhw hal tsb hanyalah sekedar fanatik/sok2an agar nampak berbeda dgn sebutan yg sdh berlaku umum selama ini 👍👍👍
@EgonPhilip11 ай бұрын
Shalom orang yg paham itu memberi tahu yg blm paham memanggil nm YAHWEH itu perintah dari yg punya nm zefanya3:9,Ulangan 6:4 shema YISRAEL YAHWEH Eloheinu YAHWEH echad (lbrani) tdk ada tertulis shema YISRAEL Allah eloheinu Allah echad, jadilah orang yg mengerti jangan jd orang yg pintar, orang pintar blm tentu mengerti.
@bertolenseklopasamabi50772 жыл бұрын
Terima bu Rita. Saya setuju dan semakin ditambah wawasan. TYM
@paijo504 жыл бұрын
Terima kasih Tuhan Yesus, atas penjelasan melalui hambaMu ibu Rita.
@stanleyadriananta3 жыл бұрын
Saya memikirkan satu kata dlm bahasa Indonesia yg memiliki arti serupa dlm bahasa Malaysia, namun ada sedikit perbedaan dlm penulisan maupun penyebutannya, yaitu kata "berbeda" dlm bahasa Indonesia, yg dituliskan/diucapkan menjadi "berbeza" dlm bahasa Malaysia. Disini ada perbedaan penulisan/penyebutan huruf D mjd Z atas kata tsb. Utk selanjutnya... cerita berikut hanyalah contoh dramatisasi dgn kejadian sbg berikut : . Negara Malaysia menempatkan duta besarnya yg baru utk Indonesia. Pada dokumen yg dibuat oleh pemerintah Malaysia atas penunjukkan duta besar baru tsb, ternyata nama tuan rumah yaitu Presiden Republik Indonesia dituliskan sebagai Joko Wizozo (D dituliskan Z sbgmn kata BERBEDA yg dituliskan mjd BERBEZA). Apakah dgn adanya perbedaan penulisan/pengucapan nama dari pejabat tuan rumah tsb, artinya pengangkatan duta besar Malaysia utk Indonesia tsb bisa dikatakan sah? Tentunya hal "sepele" tadi akhirnya justru mjdkan tidak sah atas ceremony pengangkatan dubes baru tsb... pdhl ini hanyalah ceremony kenegaraan di dunia fana. Tentunya dgn menyadari nama asli Presiden Republik Indonesia adalah Joko Widodo, maka sdh seharusnya dokumen yg telah dibuat oleh pemerintah Malaysia tsb utk segera dikoreksi agar acara pengangkatan dubes tadi bisa dinyatakan sah & mengikat. Sekarang coba pikirkan secara lebih mendalam... hanya sekedar ceremony di dunia fana saja, hal tsb harus dilakukan dengan teliti, tanpa ada toleransi atas kesalahan penulisan pada nama diri seseorang. Coba bayangkan sebuah sertifikat rumah an. Rita Wahyu, namun dituliskan mjd an. Rita Wagyu, atau hanya sekedar ditulis an. IBU... (kosong, alias tanpa satu nama pun yg dituliskan). Emang ini sertifikat an. ibu siapa koq gak ada namanya? Apakah hal spt ini tdk akan mjd masalah besar dikemudian hari? Begitu juga thd hal2 yg berkaitan dlm dunia peradilan, entah itu adlh peradilan pidana atau perdata, atau peradilan apapun diluar keduanya... jika salah satu nama yg tertera dalam suatu perkara adalah salah di dalam penulisannya, maka pengadilan thd perkara tsb adalah dinyatakan tidak sah & tidak dpt mengikat siapapun yg namanya salah dituliskan dlm perkara tsb. . Dalam Matius 18:18 telah dituliskan demikian : "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." . Pantaskah jika kita yang terbiasa sensitif atas salah penulisan pd nama2 duniawi, tapi dgn sengaja justru mengabaikan kebenaran dari nama2 sorgawi, seperti YHWH (Yahwe) yg adalah nama pribadi Tuhan yg disembah oleh bangsa Israel... dengan sembarangan justru diganti dgn sebutan allah yg adalah nama tuhan bagi keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru tidak mengakui ketuhanan Sang Putera... selanjutnya YESHUA HaMashiach yg adalah nama Ibrani asli Sang Mesias, justru diganti sebutannya menjadi nama ala Yunani... bandingkan dgn contoh Joko Widodo yg merupakan nama asli Indonesia dgn penulisan/pelafalan ala Indonesia, jika kemudian diganti penulisan/pelafalannya mjd ala Malaysia yaitu Joko Wizozo... apakah ceremony kenegaraan utk melantik dubes baru Malaysia tadi bisa dikatakan sah & mengikat??? . Memang saya sadari betul bahwa masyarakat +62 ini sulit sekali utk mengoreksi diri atas berbagai hal salah kaprah, apalagi jika hal tsb telah berlangsung secara turun temurun. Contohlah penyebutan jenis2 makanan cina yg berbahan dasar daging babi, misal bakpao, bakso, bakpia, bakmi, dll... yg sebenarnya arti dari awalan BAK tsb adalah jenis makanan yg menggunakan daging babi sbg bahan utamanya. Makanya jadi aneh kalo nama2 makanan tsb disebutkan secara salah kaprah turun temurun mjd al: bakpao kacang ijo, bakmi ayam, bakso sapi, dgn beralasan bhw bahan utamanya sdh tidak lagi menggunakan daging babi (tapi anehnya tetap menyebut bagian awal dari nama makanan tsb sbg BAK, yang artinya adalah menggunakan bahan utama daging babi). Tapi ya memang spt itulah kondisi +62... segala hal dianggap sebagai "urusan permen" ala anak kecil. Pdhl seharusnya sbg manusia dewasa penting sekali utk memahami kesakralan nama yg tidak boleh diubah2 semaunya sendiri, karena tentunya hal tsb tidaklah sesimpel mengubah sebutan nama2 makanan berbahan dasar daging babi yg jadi semakin acak adut spt contoh diatas, melainkan memiliki kadar keseriusan yg melebihi daripada sekedar salah penulisan nama Rita Wahyu menjadi Rita Wagyu pada selembar dokumen sertifikat kepemilikan tanah & bangunan... atau bersediakah Ibu Rita Wahyu jika Akta Kelahiran dari anak kandungnya sendiri dituliskan bahwa anak tsb merupakan anak dari seorang ibu yg bernama Rita Wagyu atau cukup sekedar ditulis bhw anak tsb adalah anak dari seorang IBU...??? . APALAGI jika ternyata SALAH KAPRAH tadi berkaitan dgn hal KESELAMATAN KEKAL dalam hal "dimaterai/dibaptis" dalam nama tuhan yg sebenarnya tidak pernah disembah sebagai Tuhannya Abraham, Ishak & Yakub, melainkan dibaptis dalam nama tuhan yg disembah oleh keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru menolak ketuhanan YESHUA Sang Mesias, alias YESHUA HaMashiach; atau secara simple dibaptis HANYA dgn menyebutkan sosok bapa - putra - roh kudus... BANDINGKAN dengan SOSOK LAIN YG JUGA DISEBUT BAPA dlm Yohanes 8:44 yang tertulis demikian: "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" . Dan BAHKAN SOSOK ROH KUDUS (PENGHIBUR), di dlm keyakinan sebelah... dgn begitu memaksakan diri mereka anggap sbg sosok dari nabi besar yg selama ini mereka puja2, sebagaimana ditulis pada Yohanes 14:25-26 demikian : "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" . Karena sesungguhnya sosok Tuhan yang kita sembah ini adalah sosok yg echad/esa/eka, dan memiliki nama pribadi, bukan hanya sekedar utk disebut sbg sosok bapa - putera - roh kudus, melainkan memiliki nama yg Kudus & sakral yaitu: YHWH - YESHUA HaMashiach - RUACH HaQodesh, dan pada ketiga nama esa tsblah seharusnya kita dimaterai/dibaptiskan, mjd suatu tanda sorgawi bahwa hidup kita ini telah dimaterai mjd milik kepunyaan-Nya, yaitu dimateraikan dlm nama pribadi Tuhan sorgawi yg Kudus & sakral - sebagaimana perumpamaan sertifikat rumah yg WAJIB terdaftar atas nama diri yg benar, yaitu: an. Rita Wahyu, bukan Rita Wagyu - apalagi jika hanya sekedar ditulis an. IBU... agar selanjutnya sertifikat tsb dpt betul2 diakui secara sah & mengikat sbg milik dari Rita Wahyu. Jadi jangan salah paham dgn mengartikan bhw hal tsb hanyalah sekedar fanatik/sok2an agar nampak berbeda dgn sebutan yg sdh berlaku umum selama ini 👍👍👍
@raindydumais8623 жыл бұрын
Mantap terimakasih pembelajarannya Bu Rita.. Grace always, GOD Bless 🙏
@charlesrobin28464 жыл бұрын
Shallom Aleikhem terima kasih ibu Rita penyampaian tentang nama TUHAN yang menjadi perbincangan dan perdebatan di umat Kristen dan non Kristen
@stanleyadriananta3 жыл бұрын
Saya memikirkan satu kata dlm bahasa Indonesia yg memiliki arti serupa dlm bahasa Malaysia, namun ada sedikit perbedaan dlm penulisan maupun penyebutannya, yaitu kata "berbeda" dlm bahasa Indonesia, yg dituliskan/diucapkan menjadi "berbeza" dlm bahasa Malaysia. Disini ada perbedaan penulisan/penyebutan huruf D mjd Z atas kata tsb. Utk selanjutnya... cerita berikut hanyalah contoh dramatisasi dgn kejadian sbg berikut : . Negara Malaysia menempatkan duta besarnya yg baru utk Indonesia. Pada dokumen yg dibuat oleh pemerintah Malaysia atas penunjukkan duta besar baru tsb, ternyata nama tuan rumah yaitu Presiden Republik Indonesia dituliskan sebagai Joko Wizozo (D dituliskan Z sbgmn kata BERBEDA yg dituliskan mjd BERBEZA). Apakah dgn adanya perbedaan penulisan/pengucapan nama dari pejabat tuan rumah tsb, artinya pengangkatan duta besar Malaysia utk Indonesia tsb bisa dikatakan sah? Tentunya hal "sepele" tadi akhirnya justru mjdkan tidak sah atas ceremony pengangkatan dubes baru tsb... pdhl ini hanyalah ceremony kenegaraan di dunia fana. Tentunya dgn menyadari nama asli Presiden Republik Indonesia adalah Joko Widodo, maka sdh seharusnya dokumen yg telah dibuat oleh pemerintah Malaysia tsb utk segera dikoreksi agar acara pengangkatan dubes tadi bisa dinyatakan sah & mengikat. Sekarang coba pikirkan secara lebih mendalam... hanya sekedar ceremony di dunia fana saja, hal tsb harus dilakukan dengan teliti, tanpa ada toleransi atas kesalahan penulisan pada nama diri seseorang. Coba bayangkan sebuah sertifikat rumah an. Rita Wahyu, namun dituliskan mjd an. Rita Wagyu, atau hanya sekedar ditulis an. IBU... (kosong, alias tanpa satu nama pun yg dituliskan). Emang ini sertifikat an. ibu siapa koq gak ada namanya? Apakah hal spt ini tdk akan mjd masalah besar dikemudian hari? Begitu juga thd hal2 yg berkaitan dlm dunia peradilan, entah itu adlh peradilan pidana atau perdata, atau peradilan apapun diluar keduanya... jika salah satu nama yg tertera dalam suatu perkara adalah salah di dalam penulisannya, maka pengadilan thd perkara tsb adalah dinyatakan tidak sah & tidak dpt mengikat siapapun yg namanya salah dituliskan dlm perkara tsb. . Dalam Matius 18:18 telah dituliskan demikian : "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." . Pantaskah jika kita yang terbiasa sensitif atas salah penulisan pd nama2 duniawi, tapi dgn sengaja justru mengabaikan kebenaran dari nama2 sorgawi, seperti YHWH (Yahwe) yg adalah nama pribadi Tuhan yg disembah oleh bangsa Israel... dengan sembarangan justru diganti dgn sebutan allah yg adalah nama tuhan bagi keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru tidak mengakui ketuhanan Sang Putera... selanjutnya YESHUA HaMashiach yg adalah nama Ibrani asli Sang Mesias, justru diganti sebutannya menjadi nama ala Yunani... bandingkan dgn contoh Joko Widodo yg merupakan nama asli Indonesia dgn penulisan/pelafalan ala Indonesia, jika kemudian diganti penulisan/pelafalannya mjd ala Malaysia yaitu Joko Wizozo... apakah ceremony kenegaraan utk melantik dubes baru Malaysia tadi bisa dikatakan sah & mengikat??? . Memang saya sadari betul bahwa masyarakat +62 ini sulit sekali utk mengoreksi diri atas berbagai hal salah kaprah, apalagi jika hal tsb telah berlangsung secara turun temurun. Contohlah penyebutan jenis2 makanan cina yg berbahan dasar daging babi, misal bakpao, bakso, bakpia, bakmi, dll... yg sebenarnya arti dari awalan BAK tsb adalah jenis makanan yg menggunakan daging babi sbg bahan utamanya. Makanya jadi aneh kalo nama2 makanan tsb disebutkan secara salah kaprah turun temurun mjd al: bakpao kacang ijo, bakmi ayam, bakso sapi, dgn beralasan bhw bahan utamanya sdh tidak lagi menggunakan daging babi (tapi anehnya tetap menyebut bagian awal dari nama makanan tsb sbg BAK, yang artinya adalah menggunakan bahan utama daging babi). Tapi ya memang spt itulah kondisi +62... segala hal dianggap sebagai "urusan permen" ala anak kecil. Pdhl seharusnya sbg manusia dewasa penting sekali utk memahami kesakralan nama yg tidak boleh diubah2 semaunya sendiri, karena tentunya hal tsb tidaklah sesimpel mengubah sebutan nama2 makanan berbahan dasar daging babi yg jadi semakin acak adut spt contoh diatas, melainkan memiliki kadar keseriusan yg melebihi daripada sekedar salah penulisan nama Rita Wahyu menjadi Rita Wagyu pada selembar dokumen sertifikat kepemilikan tanah & bangunan... atau bersediakah Ibu Rita Wahyu jika Akta Kelahiran dari anak kandungnya sendiri dituliskan bahwa anak tsb merupakan anak dari seorang ibu yg bernama Rita Wagyu atau cukup sekedar ditulis bhw anak tsb adalah anak dari seorang IBU...??? . APALAGI jika ternyata SALAH KAPRAH tadi berkaitan dgn hal KESELAMATAN KEKAL dalam hal "dimaterai/dibaptis" dalam nama tuhan yg sebenarnya tidak pernah disembah sebagai Tuhannya Abraham, Ishak & Yakub, melainkan dibaptis dalam nama tuhan yg disembah oleh keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru menolak ketuhanan YESHUA Sang Mesias, alias YESHUA HaMashiach; atau secara simple dibaptis HANYA dgn menyebutkan sosok bapa - putra - roh kudus... BANDINGKAN dengan SOSOK LAIN YG JUGA DISEBUT BAPA dlm Yohanes 8:44 yang tertulis demikian: "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" . Dan BAHKAN SOSOK ROH KUDUS (PENGHIBUR), di dlm keyakinan sebelah... dgn begitu memaksakan diri mereka anggap sbg sosok dari nabi besar yg selama ini mereka puja2, sebagaimana ditulis pada Yohanes 14:25-26 demikian : "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" . Karena sesungguhnya sosok Tuhan yang kita sembah ini adalah sosok yg echad/esa/eka, dan memiliki nama pribadi, bukan hanya sekedar utk disebut sbg sosok bapa - putera - roh kudus, melainkan memiliki nama yg Kudus & sakral yaitu: YHWH - YESHUA HaMashiach - RUACH HaQodesh, dan pada ketiga nama esa tsblah seharusnya kita dimaterai/dibaptiskan, mjd suatu tanda sorgawi bahwa hidup kita ini telah dimaterai mjd milik kepunyaan-Nya, yaitu dimateraikan dlm nama pribadi Tuhan sorgawi yg Kudus & sakral - sebagaimana perumpamaan sertifikat rumah yg WAJIB terdaftar atas nama diri yg benar, yaitu: an. Rita Wahyu, bukan Rita Wagyu - apalagi jika hanya sekedar ditulis an. IBU... agar selanjutnya sertifikat tsb dpt betul2 diakui secara sah & mengikat sbg milik dari Rita Wahyu. Jadi jangan salah paham dgn mengartikan bhw hal tsb hanyalah sekedar fanatik/sok2an agar nampak berbeda dgn sebutan yg sdh berlaku umum selama ini 👍👍👍
@faustinuskaryadi66102 жыл бұрын
@@stanleyadriananta komentar kamu dengan contoh Joko Widodo menjadi Joko Wizozo di Malaysia bikin saya ngakak! Tahu ga di media berbahasa Spanyol Charles III of United Kingdom disebut Carlos III del Reino Unido.
@timotiussumarno2773 жыл бұрын
Terima kasih B Rita.Tuhan Yesus memberkati.
@stanleyadriananta3 жыл бұрын
Saya memikirkan satu kata dlm bahasa Indonesia yg memiliki arti serupa dlm bahasa Malaysia, namun ada sedikit perbedaan dlm penulisan maupun penyebutannya, yaitu kata "berbeda" dlm bahasa Indonesia, yg dituliskan/diucapkan menjadi "berbeza" dlm bahasa Malaysia. Disini ada perbedaan penulisan/penyebutan huruf D mjd Z atas kata tsb. Utk selanjutnya... cerita berikut hanyalah contoh dramatisasi dgn kejadian sbg berikut : . Negara Malaysia menempatkan duta besarnya yg baru utk Indonesia. Pada dokumen yg dibuat oleh pemerintah Malaysia atas penunjukkan duta besar baru tsb, ternyata nama tuan rumah yaitu Presiden Republik Indonesia dituliskan sebagai Joko Wizozo (D dituliskan Z sbgmn kata BERBEDA yg dituliskan mjd BERBEZA). Apakah dgn adanya perbedaan penulisan/pengucapan nama dari pejabat tuan rumah tsb, artinya pengangkatan duta besar Malaysia utk Indonesia tsb bisa dikatakan sah? Tentunya hal "sepele" tadi akhirnya justru mjdkan tidak sah atas ceremony pengangkatan dubes baru tsb... pdhl ini hanyalah ceremony kenegaraan di dunia fana. Tentunya dgn menyadari nama asli Presiden Republik Indonesia adalah Joko Widodo, maka sdh seharusnya dokumen yg telah dibuat oleh pemerintah Malaysia tsb utk segera dikoreksi agar acara pengangkatan dubes tadi bisa dinyatakan sah & mengikat. Sekarang coba pikirkan secara lebih mendalam... hanya sekedar ceremony di dunia fana saja, hal tsb harus dilakukan dengan teliti, tanpa ada toleransi atas kesalahan penulisan pada nama diri seseorang. Coba bayangkan sebuah sertifikat rumah an. Rita Wahyu, namun dituliskan mjd an. Rita Wagyu, atau hanya sekedar ditulis an. IBU... (kosong, alias tanpa satu nama pun yg dituliskan). Emang ini sertifikat an. ibu siapa koq gak ada namanya? Apakah hal spt ini tdk akan mjd masalah besar dikemudian hari? Begitu juga thd hal2 yg berkaitan dlm dunia peradilan, entah itu adlh peradilan pidana atau perdata, atau peradilan apapun diluar keduanya... jika salah satu nama yg tertera dalam suatu perkara adalah salah di dalam penulisannya, maka pengadilan thd perkara tsb adalah dinyatakan tidak sah & tidak dpt mengikat siapapun yg namanya salah dituliskan dlm perkara tsb. . Dalam Matius 18:18 telah dituliskan demikian : "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." . Pantaskah jika kita yang terbiasa sensitif atas salah penulisan pd nama2 duniawi, tapi dgn sengaja justru mengabaikan kebenaran dari nama2 sorgawi, seperti YHWH (Yahwe) yg adalah nama pribadi Tuhan yg disembah oleh bangsa Israel... dengan sembarangan justru diganti dgn sebutan allah yg adalah nama tuhan bagi keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru tidak mengakui ketuhanan Sang Putera... selanjutnya YESHUA HaMashiach yg adalah nama Ibrani asli Sang Mesias, justru diganti sebutannya menjadi nama ala Yunani... bandingkan dgn contoh Joko Widodo yg merupakan nama asli Indonesia dgn penulisan/pelafalan ala Indonesia, jika kemudian diganti penulisan/pelafalannya mjd ala Malaysia yaitu Joko Wizozo... apakah ceremony kenegaraan utk melantik dubes baru Malaysia tadi bisa dikatakan sah & mengikat??? . Memang saya sadari betul bahwa masyarakat +62 ini sulit sekali utk mengoreksi diri atas berbagai hal salah kaprah, apalagi jika hal tsb telah berlangsung secara turun temurun. Contohlah penyebutan jenis2 makanan cina yg berbahan dasar daging babi, misal bakpao, bakso, bakpia, bakmi, dll... yg sebenarnya arti dari awalan BAK tsb adalah jenis makanan yg menggunakan daging babi sbg bahan utamanya. Makanya jadi aneh kalo nama2 makanan tsb disebutkan secara salah kaprah turun temurun mjd al: bakpao kacang ijo, bakmi ayam, bakso sapi, dgn beralasan bhw bahan utamanya sdh tidak lagi menggunakan daging babi (tapi anehnya tetap menyebut bagian awal dari nama makanan tsb sbg BAK, yang artinya adalah menggunakan bahan utama daging babi). Tapi ya memang spt itulah kondisi +62... segala hal dianggap sebagai "urusan permen" ala anak kecil. Pdhl seharusnya sbg manusia dewasa penting sekali utk memahami kesakralan nama yg tidak boleh diubah2 semaunya sendiri, karena tentunya hal tsb tidaklah sesimpel mengubah sebutan nama2 makanan berbahan dasar daging babi yg jadi semakin acak adut spt contoh diatas, melainkan memiliki kadar keseriusan yg melebihi daripada sekedar salah penulisan nama Rita Wahyu menjadi Rita Wagyu pada selembar dokumen sertifikat kepemilikan tanah & bangunan... atau bersediakah Ibu Rita Wahyu jika Akta Kelahiran dari anak kandungnya sendiri dituliskan bahwa anak tsb merupakan anak dari seorang ibu yg bernama Rita Wagyu atau cukup sekedar ditulis bhw anak tsb adalah anak dari seorang IBU...??? . APALAGI jika ternyata SALAH KAPRAH tadi berkaitan dgn hal KESELAMATAN KEKAL dalam hal "dimaterai/dibaptis" dalam nama tuhan yg sebenarnya tidak pernah disembah sebagai Tuhannya Abraham, Ishak & Yakub, melainkan dibaptis dalam nama tuhan yg disembah oleh keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru menolak ketuhanan YESHUA Sang Mesias, alias YESHUA HaMashiach; atau secara simple dibaptis HANYA dgn menyebutkan sosok bapa - putra - roh kudus... BANDINGKAN dengan SOSOK LAIN YG JUGA DISEBUT BAPA dlm Yohanes 8:44 yang tertulis demikian: "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" . Dan BAHKAN SOSOK ROH KUDUS (PENGHIBUR), di dlm keyakinan sebelah... dgn begitu memaksakan diri mereka anggap sbg sosok dari nabi besar yg selama ini mereka puja2, sebagaimana ditulis pada Yohanes 14:25-26 demikian : "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" . Karena sesungguhnya sosok Tuhan yang kita sembah ini adalah sosok yg echad/esa/eka, dan memiliki nama pribadi, bukan hanya sekedar utk disebut sbg sosok bapa - putera - roh kudus, melainkan memiliki nama yg Kudus & sakral yaitu: YHWH - YESHUA HaMashiach - RUACH HaQodesh, dan pada ketiga nama esa tsblah seharusnya kita dimaterai/dibaptiskan, mjd suatu tanda sorgawi bahwa hidup kita ini telah dimaterai mjd milik kepunyaan-Nya, yaitu dimateraikan dlm nama pribadi Tuhan sorgawi yg Kudus & sakral - sebagaimana perumpamaan sertifikat rumah yg WAJIB terdaftar atas nama diri yg benar, yaitu: an. Rita Wahyu, bukan Rita Wagyu - apalagi jika hanya sekedar ditulis an. IBU... agar selanjutnya sertifikat tsb dpt betul2 diakui secara sah & mengikat sbg milik dari Rita Wahyu. Jadi jangan salah paham dgn mengartikan bhw hal tsb hanyalah sekedar fanatik/sok2an agar nampak berbeda dgn sebutan yg sdh berlaku umum selama ini 👍👍👍
@apetpeter72244 жыл бұрын
Trima ksih buat penjelasan nya..TUHAN YESUS Memberkati ibu rita selalu.
@stanleyadriananta3 жыл бұрын
Saya memikirkan satu kata dlm bahasa Indonesia yg memiliki arti serupa dlm bahasa Malaysia, namun ada sedikit perbedaan dlm penulisan maupun penyebutannya, yaitu kata "berbeda" dlm bahasa Indonesia, yg dituliskan/diucapkan menjadi "berbeza" dlm bahasa Malaysia. Disini ada perbedaan penulisan/penyebutan huruf D mjd Z atas kata tsb. Utk selanjutnya... cerita berikut hanyalah contoh dramatisasi dgn kejadian sbg berikut : . Negara Malaysia menempatkan duta besarnya yg baru utk Indonesia. Pada dokumen yg dibuat oleh pemerintah Malaysia atas penunjukkan duta besar baru tsb, ternyata nama tuan rumah yaitu Presiden Republik Indonesia dituliskan sebagai Joko Wizozo (D dituliskan Z sbgmn kata BERBEDA yg dituliskan mjd BERBEZA). Apakah dgn adanya perbedaan penulisan/pengucapan nama dari pejabat tuan rumah tsb, artinya pengangkatan duta besar Malaysia utk Indonesia tsb bisa dikatakan sah? Tentunya hal "sepele" tadi akhirnya justru mjdkan tidak sah atas ceremony pengangkatan dubes baru tsb... pdhl ini hanyalah ceremony kenegaraan di dunia fana. Tentunya dgn menyadari nama asli Presiden Republik Indonesia adalah Joko Widodo, maka sdh seharusnya dokumen yg telah dibuat oleh pemerintah Malaysia tsb utk segera dikoreksi agar acara pengangkatan dubes tadi bisa dinyatakan sah & mengikat. Sekarang coba pikirkan secara lebih mendalam... hanya sekedar ceremony di dunia fana saja, hal tsb harus dilakukan dengan teliti, tanpa ada toleransi atas kesalahan penulisan pada nama diri seseorang. Coba bayangkan sebuah sertifikat rumah an. Rita Wahyu, namun dituliskan mjd an. Rita Wagyu, atau hanya sekedar ditulis an. IBU... (kosong, alias tanpa satu nama pun yg dituliskan). Emang ini sertifikat an. ibu siapa koq gak ada namanya? Apakah hal spt ini tdk akan mjd masalah besar dikemudian hari? Begitu juga thd hal2 yg berkaitan dlm dunia peradilan, entah itu adlh peradilan pidana atau perdata, atau peradilan apapun diluar keduanya... jika salah satu nama yg tertera dalam suatu perkara adalah salah di dalam penulisannya, maka pengadilan thd perkara tsb adalah dinyatakan tidak sah & tidak dpt mengikat siapapun yg namanya salah dituliskan dlm perkara tsb. . Dalam Matius 18:18 telah dituliskan demikian : "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." . Pantaskah jika kita yang terbiasa sensitif atas salah penulisan pd nama2 duniawi, tapi dgn sengaja justru mengabaikan kebenaran dari nama2 sorgawi, seperti YHWH (Yahwe) yg adalah nama pribadi Tuhan yg disembah oleh bangsa Israel... dengan sembarangan justru diganti dgn sebutan allah yg adalah nama tuhan bagi keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru tidak mengakui ketuhanan Sang Putera... selanjutnya YESHUA HaMashiach yg adalah nama Ibrani asli Sang Mesias, justru diganti sebutannya menjadi nama ala Yunani... bandingkan dgn contoh Joko Widodo yg merupakan nama asli Indonesia dgn penulisan/pelafalan ala Indonesia, jika kemudian diganti penulisan/pelafalannya mjd ala Malaysia yaitu Joko Wizozo... apakah ceremony kenegaraan utk melantik dubes baru Malaysia tadi bisa dikatakan sah & mengikat??? . Memang saya sadari betul bahwa masyarakat +62 ini sulit sekali utk mengoreksi diri atas berbagai hal salah kaprah, apalagi jika hal tsb telah berlangsung secara turun temurun. Contohlah penyebutan jenis2 makanan cina yg berbahan dasar daging babi, misal bakpao, bakso, bakpia, bakmi, dll... yg sebenarnya arti dari awalan BAK tsb adalah jenis makanan yg menggunakan daging babi sbg bahan utamanya. Makanya jadi aneh kalo nama2 makanan tsb disebutkan secara salah kaprah turun temurun mjd al: bakpao kacang ijo, bakmi ayam, bakso sapi, dgn beralasan bhw bahan utamanya sdh tidak lagi menggunakan daging babi (tapi anehnya tetap menyebut bagian awal dari nama makanan tsb sbg BAK, yang artinya adalah menggunakan bahan utama daging babi). Tapi ya memang spt itulah kondisi +62... segala hal dianggap sebagai "urusan permen" ala anak kecil. Pdhl seharusnya sbg manusia dewasa penting sekali utk memahami kesakralan nama yg tidak boleh diubah2 semaunya sendiri, karena tentunya hal tsb tidaklah sesimpel mengubah sebutan nama2 makanan berbahan dasar daging babi yg jadi semakin acak adut spt contoh diatas, melainkan memiliki kadar keseriusan yg melebihi daripada sekedar salah penulisan nama Rita Wahyu menjadi Rita Wagyu pada selembar dokumen sertifikat kepemilikan tanah & bangunan... atau bersediakah Ibu Rita Wahyu jika Akta Kelahiran dari anak kandungnya sendiri dituliskan bahwa anak tsb merupakan anak dari seorang ibu yg bernama Rita Wagyu atau cukup sekedar ditulis bhw anak tsb adalah anak dari seorang IBU...??? . APALAGI jika ternyata SALAH KAPRAH tadi berkaitan dgn hal KESELAMATAN KEKAL dalam hal "dimaterai/dibaptis" dalam nama tuhan yg sebenarnya tidak pernah disembah sebagai Tuhannya Abraham, Ishak & Yakub, melainkan dibaptis dalam nama tuhan yg disembah oleh keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru menolak ketuhanan YESHUA Sang Mesias, alias YESHUA HaMashiach; atau secara simple dibaptis HANYA dgn menyebutkan sosok bapa - putra - roh kudus... BANDINGKAN dengan SOSOK LAIN YG JUGA DISEBUT BAPA dlm Yohanes 8:44 yang tertulis demikian: "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" . Dan BAHKAN SOSOK ROH KUDUS (PENGHIBUR), di dlm keyakinan sebelah... dgn begitu memaksakan diri mereka anggap sbg sosok dari nabi besar yg selama ini mereka puja2, sebagaimana ditulis pada Yohanes 14:25-26 demikian : "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" . Karena sesungguhnya sosok Tuhan yang kita sembah ini adalah sosok yg echad/esa/eka, dan memiliki nama pribadi, bukan hanya sekedar utk disebut sbg sosok bapa - putera - roh kudus, melainkan memiliki nama yg Kudus & sakral yaitu: YHWH - YESHUA HaMashiach - RUACH HaQodesh, dan pada ketiga nama esa tsblah seharusnya kita dimaterai/dibaptiskan, mjd suatu tanda sorgawi bahwa hidup kita ini telah dimaterai mjd milik kepunyaan-Nya, yaitu dimateraikan dlm nama pribadi Tuhan sorgawi yg Kudus & sakral - sebagaimana perumpamaan sertifikat rumah yg WAJIB terdaftar atas nama diri yg benar, yaitu: an. Rita Wahyu, bukan Rita Wagyu - apalagi jika hanya sekedar ditulis an. IBU... agar selanjutnya sertifikat tsb dpt betul2 diakui secara sah & mengikat sbg milik dari Rita Wahyu. Jadi jangan salah paham dgn mengartikan bhw hal tsb hanyalah sekedar fanatik/sok2an agar nampak berbeda dgn sebutan yg sdh berlaku umum selama ini 👍👍👍
@imanuelglorius23784 жыл бұрын
Betul....betul..betuuuul...Ibu Rita Wahyu, bagi orang awam saya percaya apa yg sudah ditulis saat ini. Tapi saya jg belajar wawasan dikit dikit deki dikit pelajaran luar negri hehehehe...sorry peljarqn sejarah awal. Tuhan Yesus Kristus Memberkati kita semua Amin.
@stanleyadriananta3 жыл бұрын
Saya memikirkan satu kata dlm bahasa Indonesia yg memiliki arti serupa dlm bahasa Malaysia, namun ada sedikit perbedaan dlm penulisan maupun penyebutannya, yaitu kata "berbeda" dlm bahasa Indonesia, yg dituliskan/diucapkan menjadi "berbeza" dlm bahasa Malaysia. Disini ada perbedaan penulisan/penyebutan huruf D mjd Z atas kata tsb. Utk selanjutnya... cerita berikut hanyalah contoh dramatisasi dgn kejadian sbg berikut : . Negara Malaysia menempatkan duta besarnya yg baru utk Indonesia. Pada dokumen yg dibuat oleh pemerintah Malaysia atas penunjukkan duta besar baru tsb, ternyata nama tuan rumah yaitu Presiden Republik Indonesia dituliskan sebagai Joko Wizozo (D dituliskan Z sbgmn kata BERBEDA yg dituliskan mjd BERBEZA). Apakah dgn adanya perbedaan penulisan/pengucapan nama dari pejabat tuan rumah tsb, artinya pengangkatan duta besar Malaysia utk Indonesia tsb bisa dikatakan sah? Tentunya hal "sepele" tadi akhirnya justru mjdkan tidak sah atas ceremony pengangkatan dubes baru tsb... pdhl ini hanyalah ceremony kenegaraan di dunia fana. Tentunya dgn menyadari nama asli Presiden Republik Indonesia adalah Joko Widodo, maka sdh seharusnya dokumen yg telah dibuat oleh pemerintah Malaysia tsb utk segera dikoreksi agar acara pengangkatan dubes tadi bisa dinyatakan sah & mengikat. Sekarang coba pikirkan secara lebih mendalam... hanya sekedar ceremony di dunia fana saja, hal tsb harus dilakukan dengan teliti, tanpa ada toleransi atas kesalahan penulisan pada nama diri seseorang. Coba bayangkan sebuah sertifikat rumah an. Rita Wahyu, namun dituliskan mjd an. Rita Wagyu, atau hanya sekedar ditulis an. IBU... (kosong, alias tanpa satu nama pun yg dituliskan). Emang ini sertifikat an. ibu siapa koq gak ada namanya? Apakah hal spt ini tdk akan mjd masalah besar dikemudian hari? Begitu juga thd hal2 yg berkaitan dlm dunia peradilan, entah itu adlh peradilan pidana atau perdata, atau peradilan apapun diluar keduanya... jika salah satu nama yg tertera dalam suatu perkara adalah salah di dalam penulisannya, maka pengadilan thd perkara tsb adalah dinyatakan tidak sah & tidak dpt mengikat siapapun yg namanya salah dituliskan dlm perkara tsb. . Dalam Matius 18:18 telah dituliskan demikian : "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." . Pantaskah jika kita yang terbiasa sensitif atas salah penulisan pd nama2 duniawi, tapi dgn sengaja justru mengabaikan kebenaran dari nama2 sorgawi, seperti YHWH (Yahwe) yg adalah nama pribadi Tuhan yg disembah oleh bangsa Israel... dengan sembarangan justru diganti dgn sebutan allah yg adalah nama tuhan bagi keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru tidak mengakui ketuhanan Sang Putera... selanjutnya YESHUA HaMashiach yg adalah nama Ibrani asli Sang Mesias, justru diganti sebutannya menjadi nama ala Yunani... bandingkan dgn contoh Joko Widodo yg merupakan nama asli Indonesia dgn penulisan/pelafalan ala Indonesia, jika kemudian diganti penulisan/pelafalannya mjd ala Malaysia yaitu Joko Wizozo... apakah ceremony kenegaraan utk melantik dubes baru Malaysia tadi bisa dikatakan sah & mengikat??? . Memang saya sadari betul bahwa masyarakat +62 ini sulit sekali utk mengoreksi diri atas berbagai hal salah kaprah, apalagi jika hal tsb telah berlangsung secara turun temurun. Contohlah penyebutan jenis2 makanan cina yg berbahan dasar daging babi, misal bakpao, bakso, bakpia, bakmi, dll... yg sebenarnya arti dari awalan BAK tsb adalah jenis makanan yg menggunakan daging babi sbg bahan utamanya. Makanya jadi aneh kalo nama2 makanan tsb disebutkan secara salah kaprah turun temurun mjd al: bakpao kacang ijo, bakmi ayam, bakso sapi, dgn beralasan bhw bahan utamanya sdh tidak lagi menggunakan daging babi (tapi anehnya tetap menyebut bagian awal dari nama makanan tsb sbg BAK, yang artinya adalah menggunakan bahan utama daging babi). Tapi ya memang spt itulah kondisi +62... segala hal dianggap sebagai "urusan permen" ala anak kecil. Pdhl seharusnya sbg manusia dewasa penting sekali utk memahami kesakralan nama yg tidak boleh diubah2 semaunya sendiri, karena tentunya hal tsb tidaklah sesimpel mengubah sebutan nama2 makanan berbahan dasar daging babi yg jadi semakin acak adut spt contoh diatas, melainkan memiliki kadar keseriusan yg melebihi daripada sekedar salah penulisan nama Rita Wahyu menjadi Rita Wagyu pada selembar dokumen sertifikat kepemilikan tanah & bangunan... atau bersediakah Ibu Rita Wahyu jika Akta Kelahiran dari anak kandungnya sendiri dituliskan bahwa anak tsb merupakan anak dari seorang ibu yg bernama Rita Wagyu atau cukup sekedar ditulis bhw anak tsb adalah anak dari seorang IBU...??? . APALAGI jika ternyata SALAH KAPRAH tadi berkaitan dgn hal KESELAMATAN KEKAL dalam hal "dimaterai/dibaptis" dalam nama tuhan yg sebenarnya tidak pernah disembah sebagai Tuhannya Abraham, Ishak & Yakub, melainkan dibaptis dalam nama tuhan yg disembah oleh keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru menolak ketuhanan YESHUA Sang Mesias, alias YESHUA HaMashiach; atau secara simple dibaptis HANYA dgn menyebutkan sosok bapa - putra - roh kudus... BANDINGKAN dengan SOSOK LAIN YG JUGA DISEBUT BAPA dlm Yohanes 8:44 yang tertulis demikian: "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" . Dan BAHKAN SOSOK ROH KUDUS (PENGHIBUR), di dlm keyakinan sebelah... dgn begitu memaksakan diri mereka anggap sbg sosok dari nabi besar yg selama ini mereka puja2, sebagaimana ditulis pada Yohanes 14:25-26 demikian : "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" . Karena sesungguhnya sosok Tuhan yang kita sembah ini adalah sosok yg echad/esa/eka, dan memiliki nama pribadi, bukan hanya sekedar utk disebut sbg sosok bapa - putera - roh kudus, melainkan memiliki nama yg Kudus & sakral yaitu: YHWH - YESHUA HaMashiach - RUACH HaQodesh, dan pada ketiga nama esa tsblah seharusnya kita dimaterai/dibaptiskan, mjd suatu tanda sorgawi bahwa hidup kita ini telah dimaterai mjd milik kepunyaan-Nya, yaitu dimateraikan dlm nama pribadi Tuhan sorgawi yg Kudus & sakral - sebagaimana perumpamaan sertifikat rumah yg WAJIB terdaftar atas nama diri yg benar, yaitu: an. Rita Wahyu, bukan Rita Wagyu - apalagi jika hanya sekedar ditulis an. IBU... agar selanjutnya sertifikat tsb dpt betul2 diakui secara sah & mengikat sbg milik dari Rita Wahyu. Jadi jangan salah paham dgn mengartikan bhw hal tsb hanyalah sekedar fanatik/sok2an agar nampak berbeda dgn sebutan yg sdh berlaku umum selama ini 👍👍👍
@pribadihadiwardoyo19155 ай бұрын
Mantap Bu dr Rita
@sanhedrin9344 жыл бұрын
Terimakasih untuk penjelasan sesi ini (jadi tambah pengetahuan).
@stanleyadriananta3 жыл бұрын
Saya memikirkan satu kata dlm bahasa Indonesia yg memiliki arti serupa dlm bahasa Malaysia, namun ada sedikit perbedaan dlm penulisan maupun penyebutannya, yaitu kata "berbeda" dlm bahasa Indonesia, yg dituliskan/diucapkan menjadi "berbeza" dlm bahasa Malaysia. Disini ada perbedaan penulisan/penyebutan huruf D mjd Z atas kata tsb. Utk selanjutnya... cerita berikut hanyalah contoh dramatisasi dgn kejadian sbg berikut : . Negara Malaysia menempatkan duta besarnya yg baru utk Indonesia. Pada dokumen yg dibuat oleh pemerintah Malaysia atas penunjukkan duta besar baru tsb, ternyata nama tuan rumah yaitu Presiden Republik Indonesia dituliskan sebagai Joko Wizozo (D dituliskan Z sbgmn kata BERBEDA yg dituliskan mjd BERBEZA). Apakah dgn adanya perbedaan penulisan/pengucapan nama dari pejabat tuan rumah tsb, artinya pengangkatan duta besar Malaysia utk Indonesia tsb bisa dikatakan sah? Tentunya hal "sepele" tadi akhirnya justru mjdkan tidak sah atas ceremony pengangkatan dubes baru tsb... pdhl ini hanyalah ceremony kenegaraan di dunia fana. Tentunya dgn menyadari nama asli Presiden Republik Indonesia adalah Joko Widodo, maka sdh seharusnya dokumen yg telah dibuat oleh pemerintah Malaysia tsb utk segera dikoreksi agar acara pengangkatan dubes tadi bisa dinyatakan sah & mengikat. Sekarang coba pikirkan secara lebih mendalam... hanya sekedar ceremony di dunia fana saja, hal tsb harus dilakukan dengan teliti, tanpa ada toleransi atas kesalahan penulisan pada nama diri seseorang. Coba bayangkan sebuah sertifikat rumah an. Rita Wahyu, namun dituliskan mjd an. Rita Wagyu, atau hanya sekedar ditulis an. IBU... (kosong, alias tanpa satu nama pun yg dituliskan). Emang ini sertifikat an. ibu siapa koq gak ada namanya? Apakah hal spt ini tdk akan mjd masalah besar dikemudian hari? Begitu juga thd hal2 yg berkaitan dlm dunia peradilan, entah itu adlh peradilan pidana atau perdata, atau peradilan apapun diluar keduanya... jika salah satu nama yg tertera dalam suatu perkara adalah salah di dalam penulisannya, maka pengadilan thd perkara tsb adalah dinyatakan tidak sah & tidak dpt mengikat siapapun yg namanya salah dituliskan dlm perkara tsb. . Dalam Matius 18:18 telah dituliskan demikian : "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." . Pantaskah jika kita yang terbiasa sensitif atas salah penulisan pd nama2 duniawi, tapi dgn sengaja justru mengabaikan kebenaran dari nama2 sorgawi, seperti YHWH (Yahwe) yg adalah nama pribadi Tuhan yg disembah oleh bangsa Israel... dengan sembarangan justru diganti dgn sebutan allah yg adalah nama tuhan bagi keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru tidak mengakui ketuhanan Sang Putera... selanjutnya YESHUA HaMashiach yg adalah nama Ibrani asli Sang Mesias, justru diganti sebutannya menjadi nama ala Yunani... bandingkan dgn contoh Joko Widodo yg merupakan nama asli Indonesia dgn penulisan/pelafalan ala Indonesia, jika kemudian diganti penulisan/pelafalannya mjd ala Malaysia yaitu Joko Wizozo... apakah ceremony kenegaraan utk melantik dubes baru Malaysia tadi bisa dikatakan sah & mengikat??? . Memang saya sadari betul bahwa masyarakat +62 ini sulit sekali utk mengoreksi diri atas berbagai hal salah kaprah, apalagi jika hal tsb telah berlangsung secara turun temurun. Contohlah penyebutan jenis2 makanan cina yg berbahan dasar daging babi, misal bakpao, bakso, bakpia, bakmi, dll... yg sebenarnya arti dari awalan BAK tsb adalah jenis makanan yg menggunakan daging babi sbg bahan utamanya. Makanya jadi aneh kalo nama2 makanan tsb disebutkan secara salah kaprah turun temurun mjd al: bakpao kacang ijo, bakmi ayam, bakso sapi, dgn beralasan bhw bahan utamanya sdh tidak lagi menggunakan daging babi (tapi anehnya tetap menyebut bagian awal dari nama makanan tsb sbg BAK, yang artinya adalah menggunakan bahan utama daging babi). Tapi ya memang spt itulah kondisi +62... segala hal dianggap sebagai "urusan permen" ala anak kecil. Pdhl seharusnya sbg manusia dewasa penting sekali utk memahami kesakralan nama yg tidak boleh diubah2 semaunya sendiri, karena tentunya hal tsb tidaklah sesimpel mengubah sebutan nama2 makanan berbahan dasar daging babi yg jadi semakin acak adut spt contoh diatas, melainkan memiliki kadar keseriusan yg melebihi daripada sekedar salah penulisan nama Rita Wahyu menjadi Rita Wagyu pada selembar dokumen sertifikat kepemilikan tanah & bangunan... atau bersediakah Ibu Rita Wahyu jika Akta Kelahiran dari anak kandungnya sendiri dituliskan bahwa anak tsb merupakan anak dari seorang ibu yg bernama Rita Wagyu atau cukup sekedar ditulis bhw anak tsb adalah anak dari seorang IBU...??? . APALAGI jika ternyata SALAH KAPRAH tadi berkaitan dgn hal KESELAMATAN KEKAL dalam hal "dimaterai/dibaptis" dalam nama tuhan yg sebenarnya tidak pernah disembah sebagai Tuhannya Abraham, Ishak & Yakub, melainkan dibaptis dalam nama tuhan yg disembah oleh keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru menolak ketuhanan YESHUA Sang Mesias, alias YESHUA HaMashiach; atau secara simple dibaptis HANYA dgn menyebutkan sosok bapa - putra - roh kudus... BANDINGKAN dengan SOSOK LAIN YG JUGA DISEBUT BAPA dlm Yohanes 8:44 yang tertulis demikian: "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" . Dan BAHKAN SOSOK ROH KUDUS (PENGHIBUR), di dlm keyakinan sebelah... dgn begitu memaksakan diri mereka anggap sbg sosok dari nabi besar yg selama ini mereka puja2, sebagaimana ditulis pada Yohanes 14:25-26 demikian : "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" . Karena sesungguhnya sosok Tuhan yang kita sembah ini adalah sosok yg echad/esa/eka, dan memiliki nama pribadi, bukan hanya sekedar utk disebut sbg sosok bapa - putera - roh kudus, melainkan memiliki nama yg Kudus & sakral yaitu: YHWH - YESHUA HaMashiach - RUACH HaQodesh, dan pada ketiga nama esa tsblah seharusnya kita dimaterai/dibaptiskan, mjd suatu tanda sorgawi bahwa hidup kita ini telah dimaterai mjd milik kepunyaan-Nya, yaitu dimateraikan dlm nama pribadi Tuhan sorgawi yg Kudus & sakral - sebagaimana perumpamaan sertifikat rumah yg WAJIB terdaftar atas nama diri yg benar, yaitu: an. Rita Wahyu, bukan Rita Wagyu - apalagi jika hanya sekedar ditulis an. IBU... agar selanjutnya sertifikat tsb dpt betul2 diakui secara sah & mengikat sbg milik dari Rita Wahyu. Jadi jangan salah paham dgn mengartikan bhw hal tsb hanyalah sekedar fanatik/sok2an agar nampak berbeda dgn sebutan yg sdh berlaku umum selama ini 👍👍👍
@wenny98584 жыл бұрын
Sy Hadir bu rita Makin cinta jesus dan bu rita 😍😍😍
@stanleyadriananta3 жыл бұрын
Saya memikirkan satu kata dlm bahasa Indonesia yg memiliki arti serupa dlm bahasa Malaysia, namun ada sedikit perbedaan dlm penulisan maupun penyebutannya, yaitu kata "berbeda" dlm bahasa Indonesia, yg dituliskan/diucapkan menjadi "berbeza" dlm bahasa Malaysia. Disini ada perbedaan penulisan/penyebutan huruf D mjd Z atas kata tsb. Utk selanjutnya... cerita berikut hanyalah contoh dramatisasi dgn kejadian sbg berikut : . Negara Malaysia menempatkan duta besarnya yg baru utk Indonesia. Pada dokumen yg dibuat oleh pemerintah Malaysia atas penunjukkan duta besar baru tsb, ternyata nama tuan rumah yaitu Presiden Republik Indonesia dituliskan sebagai Joko Wizozo (D dituliskan Z sbgmn kata BERBEDA yg dituliskan mjd BERBEZA). Apakah dgn adanya perbedaan penulisan/pengucapan nama dari pejabat tuan rumah tsb, artinya pengangkatan duta besar Malaysia utk Indonesia tsb bisa dikatakan sah? Tentunya hal "sepele" tadi akhirnya justru mjdkan tidak sah atas ceremony pengangkatan dubes baru tsb... pdhl ini hanyalah ceremony kenegaraan di dunia fana. Tentunya dgn menyadari nama asli Presiden Republik Indonesia adalah Joko Widodo, maka sdh seharusnya dokumen yg telah dibuat oleh pemerintah Malaysia tsb utk segera dikoreksi agar acara pengangkatan dubes tadi bisa dinyatakan sah & mengikat. Sekarang coba pikirkan secara lebih mendalam... hanya sekedar ceremony di dunia fana saja, hal tsb harus dilakukan dengan teliti, tanpa ada toleransi atas kesalahan penulisan pada nama diri seseorang. Coba bayangkan sebuah sertifikat rumah an. Rita Wahyu, namun dituliskan mjd an. Rita Wagyu, atau hanya sekedar ditulis an. IBU... (kosong, alias tanpa satu nama pun yg dituliskan). Emang ini sertifikat an. ibu siapa koq gak ada namanya? Apakah hal spt ini tdk akan mjd masalah besar dikemudian hari? Begitu juga thd hal2 yg berkaitan dlm dunia peradilan, entah itu adlh peradilan pidana atau perdata, atau peradilan apapun diluar keduanya... jika salah satu nama yg tertera dalam suatu perkara adalah salah di dalam penulisannya, maka pengadilan thd perkara tsb adalah dinyatakan tidak sah & tidak dpt mengikat siapapun yg namanya salah dituliskan dlm perkara tsb. . Dalam Matius 18:18 telah dituliskan demikian : "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." . Pantaskah jika kita yang terbiasa sensitif atas salah penulisan pd nama2 duniawi, tapi dgn sengaja justru mengabaikan kebenaran dari nama2 sorgawi, seperti YHWH (Yahwe) yg adalah nama pribadi Tuhan yg disembah oleh bangsa Israel... dengan sembarangan justru diganti dgn sebutan allah yg adalah nama tuhan bagi keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru tidak mengakui ketuhanan Sang Putera... selanjutnya YESHUA HaMashiach yg adalah nama Ibrani asli Sang Mesias, justru diganti sebutannya menjadi nama ala Yunani... bandingkan dgn contoh Joko Widodo yg merupakan nama asli Indonesia dgn penulisan/pelafalan ala Indonesia, jika kemudian diganti penulisan/pelafalannya mjd ala Malaysia yaitu Joko Wizozo... apakah ceremony kenegaraan utk melantik dubes baru Malaysia tadi bisa dikatakan sah & mengikat??? . Memang saya sadari betul bahwa masyarakat +62 ini sulit sekali utk mengoreksi diri atas berbagai hal salah kaprah, apalagi jika hal tsb telah berlangsung secara turun temurun. Contohlah penyebutan jenis2 makanan cina yg berbahan dasar daging babi, misal bakpao, bakso, bakpia, bakmi, dll... yg sebenarnya arti dari awalan BAK tsb adalah jenis makanan yg menggunakan daging babi sbg bahan utamanya. Makanya jadi aneh kalo nama2 makanan tsb disebutkan secara salah kaprah turun temurun mjd al: bakpao kacang ijo, bakmi ayam, bakso sapi, dgn beralasan bhw bahan utamanya sdh tidak lagi menggunakan daging babi (tapi anehnya tetap menyebut bagian awal dari nama makanan tsb sbg BAK, yang artinya adalah menggunakan bahan utama daging babi). Tapi ya memang spt itulah kondisi +62... segala hal dianggap sebagai "urusan permen" ala anak kecil. Pdhl seharusnya sbg manusia dewasa penting sekali utk memahami kesakralan nama yg tidak boleh diubah2 semaunya sendiri, karena tentunya hal tsb tidaklah sesimpel mengubah sebutan nama2 makanan berbahan dasar daging babi yg jadi semakin acak adut spt contoh diatas, melainkan memiliki kadar keseriusan yg melebihi daripada sekedar salah penulisan nama Rita Wahyu menjadi Rita Wagyu pada selembar dokumen sertifikat kepemilikan tanah & bangunan... atau bersediakah Ibu Rita Wahyu jika Akta Kelahiran dari anak kandungnya sendiri dituliskan bahwa anak tsb merupakan anak dari seorang ibu yg bernama Rita Wagyu atau cukup sekedar ditulis bhw anak tsb adalah anak dari seorang IBU...??? . APALAGI jika ternyata SALAH KAPRAH tadi berkaitan dgn hal KESELAMATAN KEKAL dalam hal "dimaterai/dibaptis" dalam nama tuhan yg sebenarnya tidak pernah disembah sebagai Tuhannya Abraham, Ishak & Yakub, melainkan dibaptis dalam nama tuhan yg disembah oleh keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru menolak ketuhanan YESHUA Sang Mesias, alias YESHUA HaMashiach; atau secara simple dibaptis HANYA dgn menyebutkan sosok bapa - putra - roh kudus... BANDINGKAN dengan SOSOK LAIN YG JUGA DISEBUT BAPA dlm Yohanes 8:44 yang tertulis demikian: "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" . Dan BAHKAN SOSOK ROH KUDUS (PENGHIBUR), di dlm keyakinan sebelah... dgn begitu memaksakan diri mereka anggap sbg sosok dari nabi besar yg selama ini mereka puja2, sebagaimana ditulis pada Yohanes 14:25-26 demikian : "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" . Karena sesungguhnya sosok Tuhan yang kita sembah ini adalah sosok yg echad/esa/eka, dan memiliki nama pribadi, bukan hanya sekedar utk disebut sbg sosok bapa - putera - roh kudus, melainkan memiliki nama yg Kudus & sakral yaitu: YHWH - YESHUA HaMashiach - RUACH HaQodesh, dan pada ketiga nama esa tsblah seharusnya kita dimaterai/dibaptiskan, mjd suatu tanda sorgawi bahwa hidup kita ini telah dimaterai mjd milik kepunyaan-Nya, yaitu dimateraikan dlm nama pribadi Tuhan sorgawi yg Kudus & sakral - sebagaimana perumpamaan sertifikat rumah yg WAJIB terdaftar atas nama diri yg benar, yaitu: an. Rita Wahyu, bukan Rita Wagyu - apalagi jika hanya sekedar ditulis an. IBU... agar selanjutnya sertifikat tsb dpt betul2 diakui secara sah & mengikat sbg milik dari Rita Wahyu. Jadi jangan salah paham dgn mengartikan bhw hal tsb hanyalah sekedar fanatik/sok2an agar nampak berbeda dgn sebutan yg sdh berlaku umum selama ini 👍👍👍
@carolina87574 жыл бұрын
Mantap lbu penjelasannya... Tuhan Yesus memberkati lbu dan keluarga 💞😘😘💞🙏🙏
@stanleyadriananta3 жыл бұрын
Saya memikirkan satu kata dlm bahasa Indonesia yg memiliki arti serupa dlm bahasa Malaysia, namun ada sedikit perbedaan dlm penulisan maupun penyebutannya, yaitu kata "berbeda" dlm bahasa Indonesia, yg dituliskan/diucapkan menjadi "berbeza" dlm bahasa Malaysia. Disini ada perbedaan penulisan/penyebutan huruf D mjd Z atas kata tsb. Utk selanjutnya... cerita berikut hanyalah contoh dramatisasi dgn kejadian sbg berikut : . Negara Malaysia menempatkan duta besarnya yg baru utk Indonesia. Pada dokumen yg dibuat oleh pemerintah Malaysia atas penunjukkan duta besar baru tsb, ternyata nama tuan rumah yaitu Presiden Republik Indonesia dituliskan sebagai Joko Wizozo (D dituliskan Z sbgmn kata BERBEDA yg dituliskan mjd BERBEZA). Apakah dgn adanya perbedaan penulisan/pengucapan nama dari pejabat tuan rumah tsb, artinya pengangkatan duta besar Malaysia utk Indonesia tsb bisa dikatakan sah? Tentunya hal "sepele" tadi akhirnya justru mjdkan tidak sah atas ceremony pengangkatan dubes baru tsb... pdhl ini hanyalah ceremony kenegaraan di dunia fana. Tentunya dgn menyadari nama asli Presiden Republik Indonesia adalah Joko Widodo, maka sdh seharusnya dokumen yg telah dibuat oleh pemerintah Malaysia tsb utk segera dikoreksi agar acara pengangkatan dubes tadi bisa dinyatakan sah & mengikat. Sekarang coba pikirkan secara lebih mendalam... hanya sekedar ceremony di dunia fana saja, hal tsb harus dilakukan dengan teliti, tanpa ada toleransi atas kesalahan penulisan pada nama diri seseorang. Coba bayangkan sebuah sertifikat rumah an. Rita Wahyu, namun dituliskan mjd an. Rita Wagyu, atau hanya sekedar ditulis an. IBU... (kosong, alias tanpa satu nama pun yg dituliskan). Emang ini sertifikat an. ibu siapa koq gak ada namanya? Apakah hal spt ini tdk akan mjd masalah besar dikemudian hari? Begitu juga thd hal2 yg berkaitan dlm dunia peradilan, entah itu adlh peradilan pidana atau perdata, atau peradilan apapun diluar keduanya... jika salah satu nama yg tertera dalam suatu perkara adalah salah di dalam penulisannya, maka pengadilan thd perkara tsb adalah dinyatakan tidak sah & tidak dpt mengikat siapapun yg namanya salah dituliskan dlm perkara tsb. . Dalam Matius 18:18 telah dituliskan demikian : "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." . Pantaskah jika kita yang terbiasa sensitif atas salah penulisan pd nama2 duniawi, tapi dgn sengaja justru mengabaikan kebenaran dari nama2 sorgawi, seperti YHWH (Yahwe) yg adalah nama pribadi Tuhan yg disembah oleh bangsa Israel... dengan sembarangan justru diganti dgn sebutan allah yg adalah nama tuhan bagi keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru tidak mengakui ketuhanan Sang Putera... selanjutnya YESHUA HaMashiach yg adalah nama Ibrani asli Sang Mesias, justru diganti sebutannya menjadi nama ala Yunani... bandingkan dgn contoh Joko Widodo yg merupakan nama asli Indonesia dgn penulisan/pelafalan ala Indonesia, jika kemudian diganti penulisan/pelafalannya mjd ala Malaysia yaitu Joko Wizozo... apakah ceremony kenegaraan utk melantik dubes baru Malaysia tadi bisa dikatakan sah & mengikat??? . Memang saya sadari betul bahwa masyarakat +62 ini sulit sekali utk mengoreksi diri atas berbagai hal salah kaprah, apalagi jika hal tsb telah berlangsung secara turun temurun. Contohlah penyebutan jenis2 makanan cina yg berbahan dasar daging babi, misal bakpao, bakso, bakpia, bakmi, dll... yg sebenarnya arti dari awalan BAK tsb adalah jenis makanan yg menggunakan daging babi sbg bahan utamanya. Makanya jadi aneh kalo nama2 makanan tsb disebutkan secara salah kaprah turun temurun mjd al: bakpao kacang ijo, bakmi ayam, bakso sapi, dgn beralasan bhw bahan utamanya sdh tidak lagi menggunakan daging babi (tapi anehnya tetap menyebut bagian awal dari nama makanan tsb sbg BAK, yang artinya adalah menggunakan bahan utama daging babi). Tapi ya memang spt itulah kondisi +62... segala hal dianggap sebagai "urusan permen" ala anak kecil. Pdhl seharusnya sbg manusia dewasa penting sekali utk memahami kesakralan nama yg tidak boleh diubah2 semaunya sendiri, karena tentunya hal tsb tidaklah sesimpel mengubah sebutan nama2 makanan berbahan dasar daging babi yg jadi semakin acak adut spt contoh diatas, melainkan memiliki kadar keseriusan yg melebihi daripada sekedar salah penulisan nama Rita Wahyu menjadi Rita Wagyu pada selembar dokumen sertifikat kepemilikan tanah & bangunan... atau bersediakah Ibu Rita Wahyu jika Akta Kelahiran dari anak kandungnya sendiri dituliskan bahwa anak tsb merupakan anak dari seorang ibu yg bernama Rita Wagyu atau cukup sekedar ditulis bhw anak tsb adalah anak dari seorang IBU...??? . APALAGI jika ternyata SALAH KAPRAH tadi berkaitan dgn hal KESELAMATAN KEKAL dalam hal "dimaterai/dibaptis" dalam nama tuhan yg sebenarnya tidak pernah disembah sebagai Tuhannya Abraham, Ishak & Yakub, melainkan dibaptis dalam nama tuhan yg disembah oleh keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru menolak ketuhanan YESHUA Sang Mesias, alias YESHUA HaMashiach; atau secara simple dibaptis HANYA dgn menyebutkan sosok bapa - putra - roh kudus... BANDINGKAN dengan SOSOK LAIN YG JUGA DISEBUT BAPA dlm Yohanes 8:44 yang tertulis demikian: "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" . Dan BAHKAN SOSOK ROH KUDUS (PENGHIBUR), di dlm keyakinan sebelah... dgn begitu memaksakan diri mereka anggap sbg sosok dari nabi besar yg selama ini mereka puja2, sebagaimana ditulis pada Yohanes 14:25-26 demikian : "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" . Karena sesungguhnya sosok Tuhan yang kita sembah ini adalah sosok yg echad/esa/eka, dan memiliki nama pribadi, bukan hanya sekedar utk disebut sbg sosok bapa - putera - roh kudus, melainkan memiliki nama yg Kudus & sakral yaitu: YHWH - YESHUA HaMashiach - RUACH HaQodesh, dan pada ketiga nama esa tsblah seharusnya kita dimaterai/dibaptiskan, mjd suatu tanda sorgawi bahwa hidup kita ini telah dimaterai mjd milik kepunyaan-Nya, yaitu dimateraikan dlm nama pribadi Tuhan sorgawi yg Kudus & sakral - sebagaimana perumpamaan sertifikat rumah yg WAJIB terdaftar atas nama diri yg benar, yaitu: an. Rita Wahyu, bukan Rita Wagyu - apalagi jika hanya sekedar ditulis an. IBU... agar selanjutnya sertifikat tsb dpt betul2 diakui secara sah & mengikat sbg milik dari Rita Wahyu. Jadi jangan salah paham dgn mengartikan bhw hal tsb hanyalah sekedar fanatik/sok2an agar nampak berbeda dgn sebutan yg sdh berlaku umum selama ini 👍👍👍
@tbpolls4 жыл бұрын
Shalom bu Rita, senang dengan penjelasannya FIRMAN TUHAN yang disampaikan menambah pengetahuan kami dengan baik, semoga ibu senantiasa dalam keadaan sehat dan dilimpahi berkat dan rahmat dan pengetahuan hikmat dari Tuhan Yesus Kristus, ...Amin
@jumranali68924 жыл бұрын
Pembelajaran sejarah yang mencerahkan... Mohon izin ya bu...untuk ikut belajar
@stanleyadriananta3 жыл бұрын
Saya memikirkan satu kata dlm bahasa Indonesia yg memiliki arti serupa dlm bahasa Malaysia, namun ada sedikit perbedaan dlm penulisan maupun penyebutannya, yaitu kata "berbeda" dlm bahasa Indonesia, yg dituliskan/diucapkan menjadi "berbeza" dlm bahasa Malaysia. Disini ada perbedaan penulisan/penyebutan huruf D mjd Z atas kata tsb. Utk selanjutnya... cerita berikut hanyalah contoh dramatisasi dgn kejadian sbg berikut : . Negara Malaysia menempatkan duta besarnya yg baru utk Indonesia. Pada dokumen yg dibuat oleh pemerintah Malaysia atas penunjukkan duta besar baru tsb, ternyata nama tuan rumah yaitu Presiden Republik Indonesia dituliskan sebagai Joko Wizozo (D dituliskan Z sbgmn kata BERBEDA yg dituliskan mjd BERBEZA). Apakah dgn adanya perbedaan penulisan/pengucapan nama dari pejabat tuan rumah tsb, artinya pengangkatan duta besar Malaysia utk Indonesia tsb bisa dikatakan sah? Tentunya hal "sepele" tadi akhirnya justru mjdkan tidak sah atas ceremony pengangkatan dubes baru tsb... pdhl ini hanyalah ceremony kenegaraan di dunia fana. Tentunya dgn menyadari nama asli Presiden Republik Indonesia adalah Joko Widodo, maka sdh seharusnya dokumen yg telah dibuat oleh pemerintah Malaysia tsb utk segera dikoreksi agar acara pengangkatan dubes tadi bisa dinyatakan sah & mengikat. Sekarang coba pikirkan secara lebih mendalam... hanya sekedar ceremony di dunia fana saja, hal tsb harus dilakukan dengan teliti, tanpa ada toleransi atas kesalahan penulisan pada nama diri seseorang. Coba bayangkan sebuah sertifikat rumah an. Rita Wahyu, namun dituliskan mjd an. Rita Wagyu, atau hanya sekedar ditulis an. IBU... (kosong, alias tanpa satu nama pun yg dituliskan). Emang ini sertifikat an. ibu siapa koq gak ada namanya? Apakah hal spt ini tdk akan mjd masalah besar dikemudian hari? Begitu juga thd hal2 yg berkaitan dlm dunia peradilan, entah itu adlh peradilan pidana atau perdata, atau peradilan apapun diluar keduanya... jika salah satu nama yg tertera dalam suatu perkara adalah salah di dalam penulisannya, maka pengadilan thd perkara tsb adalah dinyatakan tidak sah & tidak dpt mengikat siapapun yg namanya salah dituliskan dlm perkara tsb. . Dalam Matius 18:18 telah dituliskan demikian : "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." . Pantaskah jika kita yang terbiasa sensitif atas salah penulisan pd nama2 duniawi, tapi dgn sengaja justru mengabaikan kebenaran dari nama2 sorgawi, seperti YHWH (Yahwe) yg adalah nama pribadi Tuhan yg disembah oleh bangsa Israel... dengan sembarangan justru diganti dgn sebutan allah yg adalah nama tuhan bagi keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru tidak mengakui ketuhanan Sang Putera... selanjutnya YESHUA HaMashiach yg adalah nama Ibrani asli Sang Mesias, justru diganti sebutannya menjadi nama ala Yunani... bandingkan dgn contoh Joko Widodo yg merupakan nama asli Indonesia dgn penulisan/pelafalan ala Indonesia, jika kemudian diganti penulisan/pelafalannya mjd ala Malaysia yaitu Joko Wizozo... apakah ceremony kenegaraan utk melantik dubes baru Malaysia tadi bisa dikatakan sah & mengikat??? . Memang saya sadari betul bahwa masyarakat +62 ini sulit sekali utk mengoreksi diri atas berbagai hal salah kaprah, apalagi jika hal tsb telah berlangsung secara turun temurun. Contohlah penyebutan jenis2 makanan cina yg berbahan dasar daging babi, misal bakpao, bakso, bakpia, bakmi, dll... yg sebenarnya arti dari awalan BAK tsb adalah jenis makanan yg menggunakan daging babi sbg bahan utamanya. Makanya jadi aneh kalo nama2 makanan tsb disebutkan secara salah kaprah turun temurun mjd al: bakpao kacang ijo, bakmi ayam, bakso sapi, dgn beralasan bhw bahan utamanya sdh tidak lagi menggunakan daging babi (tapi anehnya tetap menyebut bagian awal dari nama makanan tsb sbg BAK, yang artinya adalah menggunakan bahan utama daging babi). Tapi ya memang spt itulah kondisi +62... segala hal dianggap sebagai "urusan permen" ala anak kecil. Pdhl seharusnya sbg manusia dewasa penting sekali utk memahami kesakralan nama yg tidak boleh diubah2 semaunya sendiri, karena tentunya hal tsb tidaklah sesimpel mengubah sebutan nama2 makanan berbahan dasar daging babi yg jadi semakin acak adut spt contoh diatas, melainkan memiliki kadar keseriusan yg melebihi daripada sekedar salah penulisan nama Rita Wahyu menjadi Rita Wagyu pada selembar dokumen sertifikat kepemilikan tanah & bangunan... atau bersediakah Ibu Rita Wahyu jika Akta Kelahiran dari anak kandungnya sendiri dituliskan bahwa anak tsb merupakan anak dari seorang ibu yg bernama Rita Wagyu atau cukup sekedar ditulis bhw anak tsb adalah anak dari seorang IBU...??? . APALAGI jika ternyata SALAH KAPRAH tadi berkaitan dgn hal KESELAMATAN KEKAL dalam hal "dimaterai/dibaptis" dalam nama tuhan yg sebenarnya tidak pernah disembah sebagai Tuhannya Abraham, Ishak & Yakub, melainkan dibaptis dalam nama tuhan yg disembah oleh keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru menolak ketuhanan YESHUA Sang Mesias, alias YESHUA HaMashiach; atau secara simple dibaptis HANYA dgn menyebutkan sosok bapa - putra - roh kudus... BANDINGKAN dengan SOSOK LAIN YG JUGA DISEBUT BAPA dlm Yohanes 8:44 yang tertulis demikian: "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" . Dan BAHKAN SOSOK ROH KUDUS (PENGHIBUR), di dlm keyakinan sebelah... dgn begitu memaksakan diri mereka anggap sbg sosok dari nabi besar yg selama ini mereka puja2, sebagaimana ditulis pada Yohanes 14:25-26 demikian : "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" . Karena sesungguhnya sosok Tuhan yang kita sembah ini adalah sosok yg echad/esa/eka, dan memiliki nama pribadi, bukan hanya sekedar utk disebut sbg sosok bapa - putera - roh kudus, melainkan memiliki nama yg Kudus & sakral yaitu: YHWH - YESHUA HaMashiach - RUACH HaQodesh, dan pada ketiga nama esa tsblah seharusnya kita dimaterai/dibaptiskan, mjd suatu tanda sorgawi bahwa hidup kita ini telah dimaterai mjd milik kepunyaan-Nya, yaitu dimateraikan dlm nama pribadi Tuhan sorgawi yg Kudus & sakral - sebagaimana perumpamaan sertifikat rumah yg WAJIB terdaftar atas nama diri yg benar, yaitu: an. Rita Wahyu, bukan Rita Wagyu - apalagi jika hanya sekedar ditulis an. IBU... agar selanjutnya sertifikat tsb dpt betul2 diakui secara sah & mengikat sbg milik dari Rita Wahyu. Jadi jangan salah paham dgn mengartikan bhw hal tsb hanyalah sekedar fanatik/sok2an agar nampak berbeda dgn sebutan yg sdh berlaku umum selama ini 👍👍👍
@herubudiantoro47504 жыл бұрын
Shaloom..ibu Rita Nama pasti satu..,panggilan bisa macam macam..kita tdk boleh terjebak dalam bahasa.asal atau bahasa lainnya...tapi coba kita simak kitab para nabi dan rasul...semua mengarah pada satu figur...dengan berbagai macam sebutan... Terimakasih pencerahan nya ibu Rita Tuhan Yesus Kristus..memberkati.
@wieproduction95404 жыл бұрын
Yg pnting nama/sebutan yg ber beda2 itu terarah ke 1 figur yg sama.
@whoami65232 жыл бұрын
Aahh... Gw mau sebut Yesus bagong ahhh
@faustinuskaryadi66102 жыл бұрын
@@whoami6523 Bagong di bahasa Tagalog Filipina artinya baru.
@maliangkaye57774 жыл бұрын
Penjelasan yang bisa merubah wawasan pikiran yg sempit menjadi luas.
@stanleyadriananta3 жыл бұрын
Saya memikirkan satu kata dlm bahasa Indonesia yg memiliki arti serupa dlm bahasa Malaysia, namun ada sedikit perbedaan dlm penulisan maupun penyebutannya, yaitu kata "berbeda" dlm bahasa Indonesia, yg dituliskan/diucapkan menjadi "berbeza" dlm bahasa Malaysia. Disini ada perbedaan penulisan/penyebutan huruf D mjd Z atas kata tsb. Utk selanjutnya... cerita berikut hanyalah contoh dramatisasi dgn kejadian sbg berikut : . Negara Malaysia menempatkan duta besarnya yg baru utk Indonesia. Pada dokumen yg dibuat oleh pemerintah Malaysia atas penunjukkan duta besar baru tsb, ternyata nama tuan rumah yaitu Presiden Republik Indonesia dituliskan sebagai Joko Wizozo (D dituliskan Z sbgmn kata BERBEDA yg dituliskan mjd BERBEZA). Apakah dgn adanya perbedaan penulisan/pengucapan nama dari pejabat tuan rumah tsb, artinya pengangkatan duta besar Malaysia utk Indonesia tsb bisa dikatakan sah? Tentunya hal "sepele" tadi akhirnya justru mjdkan tidak sah atas ceremony pengangkatan dubes baru tsb... pdhl ini hanyalah ceremony kenegaraan di dunia fana. Tentunya dgn menyadari nama asli Presiden Republik Indonesia adalah Joko Widodo, maka sdh seharusnya dokumen yg telah dibuat oleh pemerintah Malaysia tsb utk segera dikoreksi agar acara pengangkatan dubes tadi bisa dinyatakan sah & mengikat. Sekarang coba pikirkan secara lebih mendalam... hanya sekedar ceremony di dunia fana saja, hal tsb harus dilakukan dengan teliti, tanpa ada toleransi atas kesalahan penulisan pada nama diri seseorang. Coba bayangkan sebuah sertifikat rumah an. Rita Wahyu, namun dituliskan mjd an. Rita Wagyu, atau hanya sekedar ditulis an. IBU... (kosong, alias tanpa satu nama pun yg dituliskan). Emang ini sertifikat an. ibu siapa koq gak ada namanya? Apakah hal spt ini tdk akan mjd masalah besar dikemudian hari? Begitu juga thd hal2 yg berkaitan dlm dunia peradilan, entah itu adlh peradilan pidana atau perdata, atau peradilan apapun diluar keduanya... jika salah satu nama yg tertera dalam suatu perkara adalah salah di dalam penulisannya, maka pengadilan thd perkara tsb adalah dinyatakan tidak sah & tidak dpt mengikat siapapun yg namanya salah dituliskan dlm perkara tsb. . Dalam Matius 18:18 telah dituliskan demikian : "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." . Pantaskah jika kita yang terbiasa sensitif atas salah penulisan pd nama2 duniawi, tapi dgn sengaja justru mengabaikan kebenaran dari nama2 sorgawi, seperti YHWH (Yahwe) yg adalah nama pribadi Tuhan yg disembah oleh bangsa Israel... dengan sembarangan justru diganti dgn sebutan allah yg adalah nama tuhan bagi keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru tidak mengakui ketuhanan Sang Putera... selanjutnya YESHUA HaMashiach yg adalah nama Ibrani asli Sang Mesias, justru diganti sebutannya menjadi nama ala Yunani... bandingkan dgn contoh Joko Widodo yg merupakan nama asli Indonesia dgn penulisan/pelafalan ala Indonesia, jika kemudian diganti penulisan/pelafalannya mjd ala Malaysia yaitu Joko Wizozo... apakah ceremony kenegaraan utk melantik dubes baru Malaysia tadi bisa dikatakan sah & mengikat??? . Memang saya sadari betul bahwa masyarakat +62 ini sulit sekali utk mengoreksi diri atas berbagai hal salah kaprah, apalagi jika hal tsb telah berlangsung secara turun temurun. Contohlah penyebutan jenis2 makanan cina yg berbahan dasar daging babi, misal bakpao, bakso, bakpia, bakmi, dll... yg sebenarnya arti dari awalan BAK tsb adalah jenis makanan yg menggunakan daging babi sbg bahan utamanya. Makanya jadi aneh kalo nama2 makanan tsb disebutkan secara salah kaprah turun temurun mjd al: bakpao kacang ijo, bakmi ayam, bakso sapi, dgn beralasan bhw bahan utamanya sdh tidak lagi menggunakan daging babi (tapi anehnya tetap menyebut bagian awal dari nama makanan tsb sbg BAK, yang artinya adalah menggunakan bahan utama daging babi). Tapi ya memang spt itulah kondisi +62... segala hal dianggap sebagai "urusan permen" ala anak kecil. Pdhl seharusnya sbg manusia dewasa penting sekali utk memahami kesakralan nama yg tidak boleh diubah2 semaunya sendiri, karena tentunya hal tsb tidaklah sesimpel mengubah sebutan nama2 makanan berbahan dasar daging babi yg jadi semakin acak adut spt contoh diatas, melainkan memiliki kadar keseriusan yg melebihi daripada sekedar salah penulisan nama Rita Wahyu menjadi Rita Wagyu pada selembar dokumen sertifikat kepemilikan tanah & bangunan... atau bersediakah Ibu Rita Wahyu jika Akta Kelahiran dari anak kandungnya sendiri dituliskan bahwa anak tsb merupakan anak dari seorang ibu yg bernama Rita Wagyu atau cukup sekedar ditulis bhw anak tsb adalah anak dari seorang IBU...??? . APALAGI jika ternyata SALAH KAPRAH tadi berkaitan dgn hal KESELAMATAN KEKAL dalam hal "dimaterai/dibaptis" dalam nama tuhan yg sebenarnya tidak pernah disembah sebagai Tuhannya Abraham, Ishak & Yakub, melainkan dibaptis dalam nama tuhan yg disembah oleh keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru menolak ketuhanan YESHUA Sang Mesias, alias YESHUA HaMashiach; atau secara simple dibaptis HANYA dgn menyebutkan sosok bapa - putra - roh kudus... BANDINGKAN dengan SOSOK LAIN YG JUGA DISEBUT BAPA dlm Yohanes 8:44 yang tertulis demikian: "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" . Dan BAHKAN SOSOK ROH KUDUS (PENGHIBUR), di dlm keyakinan sebelah... dgn begitu memaksakan diri mereka anggap sbg sosok dari nabi besar yg selama ini mereka puja2, sebagaimana ditulis pada Yohanes 14:25-26 demikian : "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" . Karena sesungguhnya sosok Tuhan yang kita sembah ini adalah sosok yg echad/esa/eka, dan memiliki nama pribadi, bukan hanya sekedar utk disebut sbg sosok bapa - putera - roh kudus, melainkan memiliki nama yg Kudus & sakral yaitu: YHWH - YESHUA HaMashiach - RUACH HaQodesh, dan pada ketiga nama esa tsblah seharusnya kita dimaterai/dibaptiskan, mjd suatu tanda sorgawi bahwa hidup kita ini telah dimaterai mjd milik kepunyaan-Nya, yaitu dimateraikan dlm nama pribadi Tuhan sorgawi yg Kudus & sakral - sebagaimana perumpamaan sertifikat rumah yg WAJIB terdaftar atas nama diri yg benar, yaitu: an. Rita Wahyu, bukan Rita Wagyu - apalagi jika hanya sekedar ditulis an. IBU... agar selanjutnya sertifikat tsb dpt betul2 diakui secara sah & mengikat sbg milik dari Rita Wahyu. Jadi jangan salah paham dgn mengartikan bhw hal tsb hanyalah sekedar fanatik/sok2an agar nampak berbeda dgn sebutan yg sdh berlaku umum selama ini 👍👍👍
@susantomarawe46492 жыл бұрын
Sangat memberkati dan menambah wawasan. Jbu bu Rita
@andrimekar3248 Жыл бұрын
Trima kasih jelas sekali..
@vitariasiregar18103 жыл бұрын
Terimakasih bu Rita penjelasan yg sangat memberkati saya...
@herlina17633 жыл бұрын
Shalom bunda Rita trimakasih untk pencerahannya ,, tolong juga bunda berikan pencerahan lgi untuk naskah asli perjanjian lama dan baru siapa nama Tuhan kita yg kita panggil bun,,,dan dari mana asal muasalnya nama Allah dipanggil dialkitab bhs Indonesia,, knapa Tuhan kita sama panggilannya dgn tuhan muslim, mohon sekali pencerahannya untk hal ini bunda🙏 trimakasih 😊😇
@sumahan31674 жыл бұрын
Mksih Ibu Rita utk bhsan wawasannya yg sngat mencerahkan jg sdr sdri kristen slm sejahtera semua.YBU All.Amin.Tq all.
@stanleyadriananta3 жыл бұрын
Saya memikirkan satu kata dlm bahasa Indonesia yg memiliki arti serupa dlm bahasa Malaysia, namun ada sedikit perbedaan dlm penulisan maupun penyebutannya, yaitu kata "berbeda" dlm bahasa Indonesia, yg dituliskan/diucapkan menjadi "berbeza" dlm bahasa Malaysia. Disini ada perbedaan penulisan/penyebutan huruf D mjd Z atas kata tsb. Utk selanjutnya... cerita berikut hanyalah contoh dramatisasi dgn kejadian sbg berikut : . Negara Malaysia menempatkan duta besarnya yg baru utk Indonesia. Pada dokumen yg dibuat oleh pemerintah Malaysia atas penunjukkan duta besar baru tsb, ternyata nama tuan rumah yaitu Presiden Republik Indonesia dituliskan sebagai Joko Wizozo (D dituliskan Z sbgmn kata BERBEDA yg dituliskan mjd BERBEZA). Apakah dgn adanya perbedaan penulisan/pengucapan nama dari pejabat tuan rumah tsb, artinya pengangkatan duta besar Malaysia utk Indonesia tsb bisa dikatakan sah? Tentunya hal "sepele" tadi akhirnya justru mjdkan tidak sah atas ceremony pengangkatan dubes baru tsb... pdhl ini hanyalah ceremony kenegaraan di dunia fana. Tentunya dgn menyadari nama asli Presiden Republik Indonesia adalah Joko Widodo, maka sdh seharusnya dokumen yg telah dibuat oleh pemerintah Malaysia tsb utk segera dikoreksi agar acara pengangkatan dubes tadi bisa dinyatakan sah & mengikat. Sekarang coba pikirkan secara lebih mendalam... hanya sekedar ceremony di dunia fana saja, hal tsb harus dilakukan dengan teliti, tanpa ada toleransi atas kesalahan penulisan pada nama diri seseorang. Coba bayangkan sebuah sertifikat rumah an. Rita Wahyu, namun dituliskan mjd an. Rita Wagyu, atau hanya sekedar ditulis an. IBU... (kosong, alias tanpa satu nama pun yg dituliskan). Emang ini sertifikat an. ibu siapa koq gak ada namanya? Apakah hal spt ini tdk akan mjd masalah besar dikemudian hari? Begitu juga thd hal2 yg berkaitan dlm dunia peradilan, entah itu adlh peradilan pidana atau perdata, atau peradilan apapun diluar keduanya... jika salah satu nama yg tertera dalam suatu perkara adalah salah di dalam penulisannya, maka pengadilan thd perkara tsb adalah dinyatakan tidak sah & tidak dpt mengikat siapapun yg namanya salah dituliskan dlm perkara tsb. . Dalam Matius 18:18 telah dituliskan demikian : "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." . Pantaskah jika kita yang terbiasa sensitif atas salah penulisan pd nama2 duniawi, tapi dgn sengaja justru mengabaikan kebenaran dari nama2 sorgawi, seperti YHWH (Yahwe) yg adalah nama pribadi Tuhan yg disembah oleh bangsa Israel... dengan sembarangan justru diganti dgn sebutan allah yg adalah nama tuhan bagi keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru tidak mengakui ketuhanan Sang Putera... selanjutnya YESHUA HaMashiach yg adalah nama Ibrani asli Sang Mesias, justru diganti sebutannya menjadi nama ala Yunani... bandingkan dgn contoh Joko Widodo yg merupakan nama asli Indonesia dgn penulisan/pelafalan ala Indonesia, jika kemudian diganti penulisan/pelafalannya mjd ala Malaysia yaitu Joko Wizozo... apakah ceremony kenegaraan utk melantik dubes baru Malaysia tadi bisa dikatakan sah & mengikat??? . Memang saya sadari betul bahwa masyarakat +62 ini sulit sekali utk mengoreksi diri atas berbagai hal salah kaprah, apalagi jika hal tsb telah berlangsung secara turun temurun. Contohlah penyebutan jenis2 makanan cina yg berbahan dasar daging babi, misal bakpao, bakso, bakpia, bakmi, dll... yg sebenarnya arti dari awalan BAK tsb adalah jenis makanan yg menggunakan daging babi sbg bahan utamanya. Makanya jadi aneh kalo nama2 makanan tsb disebutkan secara salah kaprah turun temurun mjd al: bakpao kacang ijo, bakmi ayam, bakso sapi, dgn beralasan bhw bahan utamanya sdh tidak lagi menggunakan daging babi (tapi anehnya tetap menyebut bagian awal dari nama makanan tsb sbg BAK, yang artinya adalah menggunakan bahan utama daging babi). Tapi ya memang spt itulah kondisi +62... segala hal dianggap sebagai "urusan permen" ala anak kecil. Pdhl seharusnya sbg manusia dewasa penting sekali utk memahami kesakralan nama yg tidak boleh diubah2 semaunya sendiri, karena tentunya hal tsb tidaklah sesimpel mengubah sebutan nama2 makanan berbahan dasar daging babi yg jadi semakin acak adut spt contoh diatas, melainkan memiliki kadar keseriusan yg melebihi daripada sekedar salah penulisan nama Rita Wahyu menjadi Rita Wagyu pada selembar dokumen sertifikat kepemilikan tanah & bangunan... atau bersediakah Ibu Rita Wahyu jika Akta Kelahiran dari anak kandungnya sendiri dituliskan bahwa anak tsb merupakan anak dari seorang ibu yg bernama Rita Wagyu atau cukup sekedar ditulis bhw anak tsb adalah anak dari seorang IBU...??? . APALAGI jika ternyata SALAH KAPRAH tadi berkaitan dgn hal KESELAMATAN KEKAL dalam hal "dimaterai/dibaptis" dalam nama tuhan yg sebenarnya tidak pernah disembah sebagai Tuhannya Abraham, Ishak & Yakub, melainkan dibaptis dalam nama tuhan yg disembah oleh keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru menolak ketuhanan YESHUA Sang Mesias, alias YESHUA HaMashiach; atau secara simple dibaptis HANYA dgn menyebutkan sosok bapa - putra - roh kudus... BANDINGKAN dengan SOSOK LAIN YG JUGA DISEBUT BAPA dlm Yohanes 8:44 yang tertulis demikian: "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" . Dan BAHKAN SOSOK ROH KUDUS (PENGHIBUR), di dlm keyakinan sebelah... dgn begitu memaksakan diri mereka anggap sbg sosok dari nabi besar yg selama ini mereka puja2, sebagaimana ditulis pada Yohanes 14:25-26 demikian : "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" . Karena sesungguhnya sosok Tuhan yang kita sembah ini adalah sosok yg echad/esa/eka, dan memiliki nama pribadi, bukan hanya sekedar utk disebut sbg sosok bapa - putera - roh kudus, melainkan memiliki nama yg Kudus & sakral yaitu: YHWH - YESHUA HaMashiach - RUACH HaQodesh, dan pada ketiga nama esa tsblah seharusnya kita dimaterai/dibaptiskan, mjd suatu tanda sorgawi bahwa hidup kita ini telah dimaterai mjd milik kepunyaan-Nya, yaitu dimateraikan dlm nama pribadi Tuhan sorgawi yg Kudus & sakral - sebagaimana perumpamaan sertifikat rumah yg WAJIB terdaftar atas nama diri yg benar, yaitu: an. Rita Wahyu, bukan Rita Wagyu - apalagi jika hanya sekedar ditulis an. IBU... agar selanjutnya sertifikat tsb dpt betul2 diakui secara sah & mengikat sbg milik dari Rita Wahyu. Jadi jangan salah paham dgn mengartikan bhw hal tsb hanyalah sekedar fanatik/sok2an agar nampak berbeda dgn sebutan yg sdh berlaku umum selama ini 👍👍👍
@titussilalahi.channel Жыл бұрын
Artinya pembelajaran ini iman jangan punya prinsip, pegang pikiran masing masing saja, atau ikuti arus zaman, kapan gereja satu suara, menurut fakta sejarah memuliakan nama yang Kudus itu ???? Yah Bu rita
@marcosaja82004 жыл бұрын
SUPER JOSS...ADA TIGA HAL YG SAYA DAPAT DARI PENJELASAN MBAK RITA WAHYU , PERTAMA ADALAH SEBUAH KESALAHAN FATAL KETIKA KITA MENARIK KESIMPULAN ATAU MENDIFINISIKAN SEBUAH TEXT ALKITAB DENGAN MELUPAKAN KONTEK HISTORISNYA DAN KEDUA JANGAN MEMAKSAKAN LOGIKA MASA SEKARANG KEPADA FAKTA YG TERTULIS YG KONTEK JAMANNYA BERBEDA JAUH BAHKAN SAMPAI DUA RIBU TAHUN YG LALU ( ITU NAMA NYA MEMPERKOSA ) TERAKHIR YG KETIGA ADALAH PENTINGNYA MENGUASAI TATA BAHASA ASLINYA SEBUAH TEXT BAIK DALAM HUBUNGAN KAIDAH PENULISAN , PENYUSUNAN KALIMAT SERTA PERUBAHAN YG TERJADI KETIKA MENJADI KALIMAT DST ...DST... ARTI NYA KITA TIDAK BISA HANYA MEMIMILIH SEPOTONG KESIMPULAN DENGAN MENINGGALKAN YG LAIN KARENA TIDAK DIANGGAP PENTING ( JURUS MEMPERKOSA BERIKUTNYA ) .......BTW DUA JEMPOL BUAT MBAK RITA .....
@lukiito62982 жыл бұрын
tqu ibu Rita....gbu
@soegengsemar48644 жыл бұрын
Tksh ibu Rita atas pencerahannya.. Jadi tersenyum dgn teman2 pengagum Yahweh...lucu2...
@yuliar.scholes59844 жыл бұрын
Trimakasih bu sharing ilmunya, Tuhan Yesus berkati 🙏🙏❤
@stanleyadriananta3 жыл бұрын
Saya memikirkan satu kata dlm bahasa Indonesia yg memiliki arti serupa dlm bahasa Malaysia, namun ada sedikit perbedaan dlm penulisan maupun penyebutannya, yaitu kata "berbeda" dlm bahasa Indonesia, yg dituliskan/diucapkan menjadi "berbeza" dlm bahasa Malaysia. Disini ada perbedaan penulisan/penyebutan huruf D mjd Z atas kata tsb. Utk selanjutnya... cerita berikut hanyalah contoh dramatisasi dgn kejadian sbg berikut : . Negara Malaysia menempatkan duta besarnya yg baru utk Indonesia. Pada dokumen yg dibuat oleh pemerintah Malaysia atas penunjukkan duta besar baru tsb, ternyata nama tuan rumah yaitu Presiden Republik Indonesia dituliskan sebagai Joko Wizozo (D dituliskan Z sbgmn kata BERBEDA yg dituliskan mjd BERBEZA). Apakah dgn adanya perbedaan penulisan/pengucapan nama dari pejabat tuan rumah tsb, artinya pengangkatan duta besar Malaysia utk Indonesia tsb bisa dikatakan sah? Tentunya hal "sepele" tadi akhirnya justru mjdkan tidak sah atas ceremony pengangkatan dubes baru tsb... pdhl ini hanyalah ceremony kenegaraan di dunia fana. Tentunya dgn menyadari nama asli Presiden Republik Indonesia adalah Joko Widodo, maka sdh seharusnya dokumen yg telah dibuat oleh pemerintah Malaysia tsb utk segera dikoreksi agar acara pengangkatan dubes tadi bisa dinyatakan sah & mengikat. Sekarang coba pikirkan secara lebih mendalam... hanya sekedar ceremony di dunia fana saja, hal tsb harus dilakukan dengan teliti, tanpa ada toleransi atas kesalahan penulisan pada nama diri seseorang. Coba bayangkan sebuah sertifikat rumah an. Rita Wahyu, namun dituliskan mjd an. Rita Wagyu, atau hanya sekedar ditulis an. IBU... (kosong, alias tanpa satu nama pun yg dituliskan). Emang ini sertifikat an. ibu siapa koq gak ada namanya? Apakah hal spt ini tdk akan mjd masalah besar dikemudian hari? Begitu juga thd hal2 yg berkaitan dlm dunia peradilan, entah itu adlh peradilan pidana atau perdata, atau peradilan apapun diluar keduanya... jika salah satu nama yg tertera dalam suatu perkara adalah salah di dalam penulisannya, maka pengadilan thd perkara tsb adalah dinyatakan tidak sah & tidak dpt mengikat siapapun yg namanya salah dituliskan dlm perkara tsb. . Dalam Matius 18:18 telah dituliskan demikian : "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." . Pantaskah jika kita yang terbiasa sensitif atas salah penulisan pd nama2 duniawi, tapi dgn sengaja justru mengabaikan kebenaran dari nama2 sorgawi, seperti YHWH (Yahwe) yg adalah nama pribadi Tuhan yg disembah oleh bangsa Israel... dengan sembarangan justru diganti dgn sebutan allah yg adalah nama tuhan bagi keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru tidak mengakui ketuhanan Sang Putera... selanjutnya YESHUA HaMashiach yg adalah nama Ibrani asli Sang Mesias, justru diganti sebutannya menjadi nama ala Yunani... bandingkan dgn contoh Joko Widodo yg merupakan nama asli Indonesia dgn penulisan/pelafalan ala Indonesia, jika kemudian diganti penulisan/pelafalannya mjd ala Malaysia yaitu Joko Wizozo... apakah ceremony kenegaraan utk melantik dubes baru Malaysia tadi bisa dikatakan sah & mengikat??? . Memang saya sadari betul bahwa masyarakat +62 ini sulit sekali utk mengoreksi diri atas berbagai hal salah kaprah, apalagi jika hal tsb telah berlangsung secara turun temurun. Contohlah penyebutan jenis2 makanan cina yg berbahan dasar daging babi, misal bakpao, bakso, bakpia, bakmi, dll... yg sebenarnya arti dari awalan BAK tsb adalah jenis makanan yg menggunakan daging babi sbg bahan utamanya. Makanya jadi aneh kalo nama2 makanan tsb disebutkan secara salah kaprah turun temurun mjd al: bakpao kacang ijo, bakmi ayam, bakso sapi, dgn beralasan bhw bahan utamanya sdh tidak lagi menggunakan daging babi (tapi anehnya tetap menyebut bagian awal dari nama makanan tsb sbg BAK, yang artinya adalah menggunakan bahan utama daging babi). Tapi ya memang spt itulah kondisi +62... segala hal dianggap sebagai "urusan permen" ala anak kecil. Pdhl seharusnya sbg manusia dewasa penting sekali utk memahami kesakralan nama yg tidak boleh diubah2 semaunya sendiri, karena tentunya hal tsb tidaklah sesimpel mengubah sebutan nama2 makanan berbahan dasar daging babi yg jadi semakin acak adut spt contoh diatas, melainkan memiliki kadar keseriusan yg melebihi daripada sekedar salah penulisan nama Rita Wahyu menjadi Rita Wagyu pada selembar dokumen sertifikat kepemilikan tanah & bangunan... atau bersediakah Ibu Rita Wahyu jika Akta Kelahiran dari anak kandungnya sendiri dituliskan bahwa anak tsb merupakan anak dari seorang ibu yg bernama Rita Wagyu atau cukup sekedar ditulis bhw anak tsb adalah anak dari seorang IBU...??? . APALAGI jika ternyata SALAH KAPRAH tadi berkaitan dgn hal KESELAMATAN KEKAL dalam hal "dimaterai/dibaptis" dalam nama tuhan yg sebenarnya tidak pernah disembah sebagai Tuhannya Abraham, Ishak & Yakub, melainkan dibaptis dalam nama tuhan yg disembah oleh keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru menolak ketuhanan YESHUA Sang Mesias, alias YESHUA HaMashiach; atau secara simple dibaptis HANYA dgn menyebutkan sosok bapa - putra - roh kudus... BANDINGKAN dengan SOSOK LAIN YG JUGA DISEBUT BAPA dlm Yohanes 8:44 yang tertulis demikian: "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" . Dan BAHKAN SOSOK ROH KUDUS (PENGHIBUR), di dlm keyakinan sebelah... dgn begitu memaksakan diri mereka anggap sbg sosok dari nabi besar yg selama ini mereka puja2, sebagaimana ditulis pada Yohanes 14:25-26 demikian : "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" . Karena sesungguhnya sosok Tuhan yang kita sembah ini adalah sosok yg echad/esa/eka, dan memiliki nama pribadi, bukan hanya sekedar utk disebut sbg sosok bapa - putera - roh kudus, melainkan memiliki nama yg Kudus & sakral yaitu: YHWH - YESHUA HaMashiach - RUACH HaQodesh, dan pada ketiga nama esa tsblah seharusnya kita dimaterai/dibaptiskan, mjd suatu tanda sorgawi bahwa hidup kita ini telah dimaterai mjd milik kepunyaan-Nya, yaitu dimateraikan dlm nama pribadi Tuhan sorgawi yg Kudus & sakral - sebagaimana perumpamaan sertifikat rumah yg WAJIB terdaftar atas nama diri yg benar, yaitu: an. Rita Wahyu, bukan Rita Wagyu - apalagi jika hanya sekedar ditulis an. IBU... agar selanjutnya sertifikat tsb dpt betul2 diakui secara sah & mengikat sbg milik dari Rita Wahyu. Jadi jangan salah paham dgn mengartikan bhw hal tsb hanyalah sekedar fanatik/sok2an agar nampak berbeda dgn sebutan yg sdh berlaku umum selama ini 👍👍👍
@wegahmanuke65784 жыл бұрын
Siap.. bu Rita Wahyu, kami jemaat siap untuk belajar..thanks.GBU
@stanleyadriananta3 жыл бұрын
Saya memikirkan satu kata dlm bahasa Indonesia yg memiliki arti serupa dlm bahasa Malaysia, namun ada sedikit perbedaan dlm penulisan maupun penyebutannya, yaitu kata "berbeda" dlm bahasa Indonesia, yg dituliskan/diucapkan menjadi "berbeza" dlm bahasa Malaysia. Disini ada perbedaan penulisan/penyebutan huruf D mjd Z atas kata tsb. Utk selanjutnya... cerita berikut hanyalah contoh dramatisasi dgn kejadian sbg berikut : . Negara Malaysia menempatkan duta besarnya yg baru utk Indonesia. Pada dokumen yg dibuat oleh pemerintah Malaysia atas penunjukkan duta besar baru tsb, ternyata nama tuan rumah yaitu Presiden Republik Indonesia dituliskan sebagai Joko Wizozo (D dituliskan Z sbgmn kata BERBEDA yg dituliskan mjd BERBEZA). Apakah dgn adanya perbedaan penulisan/pengucapan nama dari pejabat tuan rumah tsb, artinya pengangkatan duta besar Malaysia utk Indonesia tsb bisa dikatakan sah? Tentunya hal "sepele" tadi akhirnya justru mjdkan tidak sah atas ceremony pengangkatan dubes baru tsb... pdhl ini hanyalah ceremony kenegaraan di dunia fana. Tentunya dgn menyadari nama asli Presiden Republik Indonesia adalah Joko Widodo, maka sdh seharusnya dokumen yg telah dibuat oleh pemerintah Malaysia tsb utk segera dikoreksi agar acara pengangkatan dubes tadi bisa dinyatakan sah & mengikat. Sekarang coba pikirkan secara lebih mendalam... hanya sekedar ceremony di dunia fana saja, hal tsb harus dilakukan dengan teliti, tanpa ada toleransi atas kesalahan penulisan pada nama diri seseorang. Coba bayangkan sebuah sertifikat rumah an. Rita Wahyu, namun dituliskan mjd an. Rita Wagyu, atau hanya sekedar ditulis an. IBU... (kosong, alias tanpa satu nama pun yg dituliskan). Emang ini sertifikat an. ibu siapa koq gak ada namanya? Apakah hal spt ini tdk akan mjd masalah besar dikemudian hari? Begitu juga thd hal2 yg berkaitan dlm dunia peradilan, entah itu adlh peradilan pidana atau perdata, atau peradilan apapun diluar keduanya... jika salah satu nama yg tertera dalam suatu perkara adalah salah di dalam penulisannya, maka pengadilan thd perkara tsb adalah dinyatakan tidak sah & tidak dpt mengikat siapapun yg namanya salah dituliskan dlm perkara tsb. . Dalam Matius 18:18 telah dituliskan demikian : "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." . Pantaskah jika kita yang terbiasa sensitif atas salah penulisan pd nama2 duniawi, tapi dgn sengaja justru mengabaikan kebenaran dari nama2 sorgawi, seperti YHWH (Yahwe) yg adalah nama pribadi Tuhan yg disembah oleh bangsa Israel... dengan sembarangan justru diganti dgn sebutan allah yg adalah nama tuhan bagi keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru tidak mengakui ketuhanan Sang Putera... selanjutnya YESHUA HaMashiach yg adalah nama Ibrani asli Sang Mesias, justru diganti sebutannya menjadi nama ala Yunani... bandingkan dgn contoh Joko Widodo yg merupakan nama asli Indonesia dgn penulisan/pelafalan ala Indonesia, jika kemudian diganti penulisan/pelafalannya mjd ala Malaysia yaitu Joko Wizozo... apakah ceremony kenegaraan utk melantik dubes baru Malaysia tadi bisa dikatakan sah & mengikat??? . Memang saya sadari betul bahwa masyarakat +62 ini sulit sekali utk mengoreksi diri atas berbagai hal salah kaprah, apalagi jika hal tsb telah berlangsung secara turun temurun. Contohlah penyebutan jenis2 makanan cina yg berbahan dasar daging babi, misal bakpao, bakso, bakpia, bakmi, dll... yg sebenarnya arti dari awalan BAK tsb adalah jenis makanan yg menggunakan daging babi sbg bahan utamanya. Makanya jadi aneh kalo nama2 makanan tsb disebutkan secara salah kaprah turun temurun mjd al: bakpao kacang ijo, bakmi ayam, bakso sapi, dgn beralasan bhw bahan utamanya sdh tidak lagi menggunakan daging babi (tapi anehnya tetap menyebut bagian awal dari nama makanan tsb sbg BAK, yang artinya adalah menggunakan bahan utama daging babi). Tapi ya memang spt itulah kondisi +62... segala hal dianggap sebagai "urusan permen" ala anak kecil. Pdhl seharusnya sbg manusia dewasa penting sekali utk memahami kesakralan nama yg tidak boleh diubah2 semaunya sendiri, karena tentunya hal tsb tidaklah sesimpel mengubah sebutan nama2 makanan berbahan dasar daging babi yg jadi semakin acak adut spt contoh diatas, melainkan memiliki kadar keseriusan yg melebihi daripada sekedar salah penulisan nama Rita Wahyu menjadi Rita Wagyu pada selembar dokumen sertifikat kepemilikan tanah & bangunan... atau bersediakah Ibu Rita Wahyu jika Akta Kelahiran dari anak kandungnya sendiri dituliskan bahwa anak tsb merupakan anak dari seorang ibu yg bernama Rita Wagyu atau cukup sekedar ditulis bhw anak tsb adalah anak dari seorang IBU...??? . APALAGI jika ternyata SALAH KAPRAH tadi berkaitan dgn hal KESELAMATAN KEKAL dalam hal "dimaterai/dibaptis" dalam nama tuhan yg sebenarnya tidak pernah disembah sebagai Tuhannya Abraham, Ishak & Yakub, melainkan dibaptis dalam nama tuhan yg disembah oleh keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru menolak ketuhanan YESHUA Sang Mesias, alias YESHUA HaMashiach; atau secara simple dibaptis HANYA dgn menyebutkan sosok bapa - putra - roh kudus... BANDINGKAN dengan SOSOK LAIN YG JUGA DISEBUT BAPA dlm Yohanes 8:44 yang tertulis demikian: "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" . Dan BAHKAN SOSOK ROH KUDUS (PENGHIBUR), di dlm keyakinan sebelah... dgn begitu memaksakan diri mereka anggap sbg sosok dari nabi besar yg selama ini mereka puja2, sebagaimana ditulis pada Yohanes 14:25-26 demikian : "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" . Karena sesungguhnya sosok Tuhan yang kita sembah ini adalah sosok yg echad/esa/eka, dan memiliki nama pribadi, bukan hanya sekedar utk disebut sbg sosok bapa - putera - roh kudus, melainkan memiliki nama yg Kudus & sakral yaitu: YHWH - YESHUA HaMashiach - RUACH HaQodesh, dan pada ketiga nama esa tsblah seharusnya kita dimaterai/dibaptiskan, mjd suatu tanda sorgawi bahwa hidup kita ini telah dimaterai mjd milik kepunyaan-Nya, yaitu dimateraikan dlm nama pribadi Tuhan sorgawi yg Kudus & sakral - sebagaimana perumpamaan sertifikat rumah yg WAJIB terdaftar atas nama diri yg benar, yaitu: an. Rita Wahyu, bukan Rita Wagyu - apalagi jika hanya sekedar ditulis an. IBU... agar selanjutnya sertifikat tsb dpt betul2 diakui secara sah & mengikat sbg milik dari Rita Wahyu. Jadi jangan salah paham dgn mengartikan bhw hal tsb hanyalah sekedar fanatik/sok2an agar nampak berbeda dgn sebutan yg sdh berlaku umum selama ini 👍👍👍
@shiyangmei4 жыл бұрын
Salam Kenal bu. Sy suka dg pembelajaran ini. Tq ya
@stanleyadriananta3 жыл бұрын
Saya memikirkan satu kata dlm bahasa Indonesia yg memiliki arti serupa dlm bahasa Malaysia, namun ada sedikit perbedaan dlm penulisan maupun penyebutannya, yaitu kata "berbeda" dlm bahasa Indonesia, yg dituliskan/diucapkan menjadi "berbeza" dlm bahasa Malaysia. Disini ada perbedaan penulisan/penyebutan huruf D mjd Z atas kata tsb. Utk selanjutnya... cerita berikut hanyalah contoh dramatisasi dgn kejadian sbg berikut : . Negara Malaysia menempatkan duta besarnya yg baru utk Indonesia. Pada dokumen yg dibuat oleh pemerintah Malaysia atas penunjukkan duta besar baru tsb, ternyata nama tuan rumah yaitu Presiden Republik Indonesia dituliskan sebagai Joko Wizozo (D dituliskan Z sbgmn kata BERBEDA yg dituliskan mjd BERBEZA). Apakah dgn adanya perbedaan penulisan/pengucapan nama dari pejabat tuan rumah tsb, artinya pengangkatan duta besar Malaysia utk Indonesia tsb bisa dikatakan sah? Tentunya hal "sepele" tadi akhirnya justru mjdkan tidak sah atas ceremony pengangkatan dubes baru tsb... pdhl ini hanyalah ceremony kenegaraan di dunia fana. Tentunya dgn menyadari nama asli Presiden Republik Indonesia adalah Joko Widodo, maka sdh seharusnya dokumen yg telah dibuat oleh pemerintah Malaysia tsb utk segera dikoreksi agar acara pengangkatan dubes tadi bisa dinyatakan sah & mengikat. Sekarang coba pikirkan secara lebih mendalam... hanya sekedar ceremony di dunia fana saja, hal tsb harus dilakukan dengan teliti, tanpa ada toleransi atas kesalahan penulisan pada nama diri seseorang. Coba bayangkan sebuah sertifikat rumah an. Rita Wahyu, namun dituliskan mjd an. Rita Wagyu, atau hanya sekedar ditulis an. IBU... (kosong, alias tanpa satu nama pun yg dituliskan). Emang ini sertifikat an. ibu siapa koq gak ada namanya? Apakah hal spt ini tdk akan mjd masalah besar dikemudian hari? Begitu juga thd hal2 yg berkaitan dlm dunia peradilan, entah itu adlh peradilan pidana atau perdata, atau peradilan apapun diluar keduanya... jika salah satu nama yg tertera dalam suatu perkara adalah salah di dalam penulisannya, maka pengadilan thd perkara tsb adalah dinyatakan tidak sah & tidak dpt mengikat siapapun yg namanya salah dituliskan dlm perkara tsb. . Dalam Matius 18:18 telah dituliskan demikian : "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." . Pantaskah jika kita yang terbiasa sensitif atas salah penulisan pd nama2 duniawi, tapi dgn sengaja justru mengabaikan kebenaran dari nama2 sorgawi, seperti YHWH (Yahwe) yg adalah nama pribadi Tuhan yg disembah oleh bangsa Israel... dengan sembarangan justru diganti dgn sebutan allah yg adalah nama tuhan bagi keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru tidak mengakui ketuhanan Sang Putera... selanjutnya YESHUA HaMashiach yg adalah nama Ibrani asli Sang Mesias, justru diganti sebutannya menjadi nama ala Yunani... bandingkan dgn contoh Joko Widodo yg merupakan nama asli Indonesia dgn penulisan/pelafalan ala Indonesia, jika kemudian diganti penulisan/pelafalannya mjd ala Malaysia yaitu Joko Wizozo... apakah ceremony kenegaraan utk melantik dubes baru Malaysia tadi bisa dikatakan sah & mengikat??? . Memang saya sadari betul bahwa masyarakat +62 ini sulit sekali utk mengoreksi diri atas berbagai hal salah kaprah, apalagi jika hal tsb telah berlangsung secara turun temurun. Contohlah penyebutan jenis2 makanan cina yg berbahan dasar daging babi, misal bakpao, bakso, bakpia, bakmi, dll... yg sebenarnya arti dari awalan BAK tsb adalah jenis makanan yg menggunakan daging babi sbg bahan utamanya. Makanya jadi aneh kalo nama2 makanan tsb disebutkan secara salah kaprah turun temurun mjd al: bakpao kacang ijo, bakmi ayam, bakso sapi, dgn beralasan bhw bahan utamanya sdh tidak lagi menggunakan daging babi (tapi anehnya tetap menyebut bagian awal dari nama makanan tsb sbg BAK, yang artinya adalah menggunakan bahan utama daging babi). Tapi ya memang spt itulah kondisi +62... segala hal dianggap sebagai "urusan permen" ala anak kecil. Pdhl seharusnya sbg manusia dewasa penting sekali utk memahami kesakralan nama yg tidak boleh diubah2 semaunya sendiri, karena tentunya hal tsb tidaklah sesimpel mengubah sebutan nama2 makanan berbahan dasar daging babi yg jadi semakin acak adut spt contoh diatas, melainkan memiliki kadar keseriusan yg melebihi daripada sekedar salah penulisan nama Rita Wahyu menjadi Rita Wagyu pada selembar dokumen sertifikat kepemilikan tanah & bangunan... atau bersediakah Ibu Rita Wahyu jika Akta Kelahiran dari anak kandungnya sendiri dituliskan bahwa anak tsb merupakan anak dari seorang ibu yg bernama Rita Wagyu atau cukup sekedar ditulis bhw anak tsb adalah anak dari seorang IBU...??? . APALAGI jika ternyata SALAH KAPRAH tadi berkaitan dgn hal KESELAMATAN KEKAL dalam hal "dimaterai/dibaptis" dalam nama tuhan yg sebenarnya tidak pernah disembah sebagai Tuhannya Abraham, Ishak & Yakub, melainkan dibaptis dalam nama tuhan yg disembah oleh keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru menolak ketuhanan YESHUA Sang Mesias, alias YESHUA HaMashiach; atau secara simple dibaptis HANYA dgn menyebutkan sosok bapa - putra - roh kudus... BANDINGKAN dengan SOSOK LAIN YG JUGA DISEBUT BAPA dlm Yohanes 8:44 yang tertulis demikian: "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" . Dan BAHKAN SOSOK ROH KUDUS (PENGHIBUR), di dlm keyakinan sebelah... dgn begitu memaksakan diri mereka anggap sbg sosok dari nabi besar yg selama ini mereka puja2, sebagaimana ditulis pada Yohanes 14:25-26 demikian : "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" . Karena sesungguhnya sosok Tuhan yang kita sembah ini adalah sosok yg echad/esa/eka, dan memiliki nama pribadi, bukan hanya sekedar utk disebut sbg sosok bapa - putera - roh kudus, melainkan memiliki nama yg Kudus & sakral yaitu: YHWH - YESHUA HaMashiach - RUACH HaQodesh, dan pada ketiga nama esa tsblah seharusnya kita dimaterai/dibaptiskan, mjd suatu tanda sorgawi bahwa hidup kita ini telah dimaterai mjd milik kepunyaan-Nya, yaitu dimateraikan dlm nama pribadi Tuhan sorgawi yg Kudus & sakral - sebagaimana perumpamaan sertifikat rumah yg WAJIB terdaftar atas nama diri yg benar, yaitu: an. Rita Wahyu, bukan Rita Wagyu - apalagi jika hanya sekedar ditulis an. IBU... agar selanjutnya sertifikat tsb dpt betul2 diakui secara sah & mengikat sbg milik dari Rita Wahyu. Jadi jangan salah paham dgn mengartikan bhw hal tsb hanyalah sekedar fanatik/sok2an agar nampak berbeda dgn sebutan yg sdh berlaku umum selama ini 👍👍👍
@gopasjuntak4635 Жыл бұрын
Seorang ayah memanggil seorang anak knp menoleh ketika di panggil yg tidak sesuai dengan nama yg tertulis di akte lahirnya? Karena anak mengetahui panggilan itu untuk nya. Knp seorang ayah di panggil anaknya menoleh tanpa menyebut namanya ayahnya sesuai akte kelahiran? Karena sang ayah tahu bahwa pangggilan itu untuk dirinya. Kenapa anak dan ayah saling mengerti panggilan, sahutan, perkataan tanpa memanggil nama? Karena saling mengenal satu sama lainnya. Begitulah hubungan Tuhan Dengan manusia jika saling mengenal dan memahami. Apa kira-kira sama analoginya iya??
@kaisarsinaga1801 Жыл бұрын
Istilah Yeshua hamasiach baru kita kenal kemaren atau semenjak mengenal youtube. namun Yesus kristus sdh kita kenal sejak kita anak2 sampai tua. jadi kita yakin tdk akan salah apabila kita memanggil nama yesus kristus.
@michaelflovin31453 жыл бұрын
Bejo...jowo Untung...indonesia Lucky...Inggris Sama ya bu Rita🙏
@faustinuskaryadi66102 жыл бұрын
Perlu diketahui juga fenomena penyebutan nama berubah-ubah tergantung bahasa masih berlaku untuk nama Sri Paus Gereja Katolik. Paus Yohanes Paulus II disebut Pope John Paul II di bahasa Inggris, Papa Juan Pablo II di bahasa Spanyol, dan Papa Giovanni Paolo II di bahasa Italia.
@edharianto89334 жыл бұрын
Tuhan Yesus berkati mbak Rita.
@ajisurjatmadji68623 жыл бұрын
Trimakasih
@marcellintong7083 жыл бұрын
Ibu Rita yang terkasih, saya seorang Katolik tinggal di Manado. Saya juga sekolah di STF Seminari Pineleng dan sempat belajar Kitab Suci juga. Saya ingin berpendapat bahwa secara historis, terjemahan Kitab Suci yang lebih dahulu ada dari terjemahan Elias Hutter adalah terjemahan dari Santo Hieronimus (Jerome) yang menerjemahka KS ke dalam Bahasa Latin pada akhir abad ke 4 M. Terjemahannya ini yang disebut Vulgata. Karya terjemahan ini adalah sebuah versi awal abad ke-5 dari Alkitab dalam Bahasa Latin. Santo Hieronimus menerjemahkan Alkitab PL dan PB ke dalam Bahasa Latin atas perintah paus Damasus I pada tahun 382 M, Demikian pendapat saya, Terima kasih. Shalom Aleichem.
@ergetx382 жыл бұрын
maksud Bu Rita adalah terjemahan PB ke bahasa IBRANI. Kalau St Hieronimus kan menterjemahkan ke dalam Bahasa latin. Demikian
@widjatmokosoemedi4 жыл бұрын
Terimakasih bu Rita. Terimakasih sdh banyak sekali memberi penjelasan....
@wkhastywati71243 жыл бұрын
Kata Bu Rita TDK kenal halal haram, lah kalau makan daging tikus , kucing, gimana tp makan itu sehat
@dedykustedi75312 жыл бұрын
Puji Tuhan. Shalom .
@tonytjandra20204 жыл бұрын
Mantap, SETUJU Dan Jelas Atas Penjelasan Ibu Rita Wahyu Tentang Nama Yang Ajaib, Nama Yang Manis, Indah, Heran dan Penuh Kuasa ... Nama YESUS Kristus atau Jeshua Hamashiakh. (Zaman Era Yesus Ada 4 Bahasa : Ibrani, Aram, Yunani, Latin) TerimaKasih Ibu Rita Wahyu. Adonay bless Ibu Rita Wahyu🙏
@andylee67324 жыл бұрын
Terima kasih bu Rita. 🙏🙏
@stanleyadriananta3 жыл бұрын
Saya memikirkan satu kata dlm bahasa Indonesia yg memiliki arti serupa dlm bahasa Malaysia, namun ada sedikit perbedaan dlm penulisan maupun penyebutannya, yaitu kata "berbeda" dlm bahasa Indonesia, yg dituliskan/diucapkan menjadi "berbeza" dlm bahasa Malaysia. Disini ada perbedaan penulisan/penyebutan huruf D mjd Z atas kata tsb. Utk selanjutnya... cerita berikut hanyalah contoh dramatisasi dgn kejadian sbg berikut : . Negara Malaysia menempatkan duta besarnya yg baru utk Indonesia. Pada dokumen yg dibuat oleh pemerintah Malaysia atas penunjukkan duta besar baru tsb, ternyata nama tuan rumah yaitu Presiden Republik Indonesia dituliskan sebagai Joko Wizozo (D dituliskan Z sbgmn kata BERBEDA yg dituliskan mjd BERBEZA). Apakah dgn adanya perbedaan penulisan/pengucapan nama dari pejabat tuan rumah tsb, artinya pengangkatan duta besar Malaysia utk Indonesia tsb bisa dikatakan sah? Tentunya hal "sepele" tadi akhirnya justru mjdkan tidak sah atas ceremony pengangkatan dubes baru tsb... pdhl ini hanyalah ceremony kenegaraan di dunia fana. Tentunya dgn menyadari nama asli Presiden Republik Indonesia adalah Joko Widodo, maka sdh seharusnya dokumen yg telah dibuat oleh pemerintah Malaysia tsb utk segera dikoreksi agar acara pengangkatan dubes tadi bisa dinyatakan sah & mengikat. Sekarang coba pikirkan secara lebih mendalam... hanya sekedar ceremony di dunia fana saja, hal tsb harus dilakukan dengan teliti, tanpa ada toleransi atas kesalahan penulisan pada nama diri seseorang. Coba bayangkan sebuah sertifikat rumah an. Rita Wahyu, namun dituliskan mjd an. Rita Wagyu, atau hanya sekedar ditulis an. IBU... (kosong, alias tanpa satu nama pun yg dituliskan). Emang ini sertifikat an. ibu siapa koq gak ada namanya? Apakah hal spt ini tdk akan mjd masalah besar dikemudian hari? Begitu juga thd hal2 yg berkaitan dlm dunia peradilan, entah itu adlh peradilan pidana atau perdata, atau peradilan apapun diluar keduanya... jika salah satu nama yg tertera dalam suatu perkara adalah salah di dalam penulisannya, maka pengadilan thd perkara tsb adalah dinyatakan tidak sah & tidak dpt mengikat siapapun yg namanya salah dituliskan dlm perkara tsb. . Dalam Matius 18:18 telah dituliskan demikian : "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." . Pantaskah jika kita yang terbiasa sensitif atas salah penulisan pd nama2 duniawi, tapi dgn sengaja justru mengabaikan kebenaran dari nama2 sorgawi, seperti YHWH (Yahwe) yg adalah nama pribadi Tuhan yg disembah oleh bangsa Israel... dengan sembarangan justru diganti dgn sebutan allah yg adalah nama tuhan bagi keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru tidak mengakui ketuhanan Sang Putera... selanjutnya YESHUA HaMashiach yg adalah nama Ibrani asli Sang Mesias, justru diganti sebutannya menjadi nama ala Yunani... bandingkan dgn contoh Joko Widodo yg merupakan nama asli Indonesia dgn penulisan/pelafalan ala Indonesia, jika kemudian diganti penulisan/pelafalannya mjd ala Malaysia yaitu Joko Wizozo... apakah ceremony kenegaraan utk melantik dubes baru Malaysia tadi bisa dikatakan sah & mengikat??? . Memang saya sadari betul bahwa masyarakat +62 ini sulit sekali utk mengoreksi diri atas berbagai hal salah kaprah, apalagi jika hal tsb telah berlangsung secara turun temurun. Contohlah penyebutan jenis2 makanan cina yg berbahan dasar daging babi, misal bakpao, bakso, bakpia, bakmi, dll... yg sebenarnya arti dari awalan BAK tsb adalah jenis makanan yg menggunakan daging babi sbg bahan utamanya. Makanya jadi aneh kalo nama2 makanan tsb disebutkan secara salah kaprah turun temurun mjd al: bakpao kacang ijo, bakmi ayam, bakso sapi, dgn beralasan bhw bahan utamanya sdh tidak lagi menggunakan daging babi (tapi anehnya tetap menyebut bagian awal dari nama makanan tsb sbg BAK, yang artinya adalah menggunakan bahan utama daging babi). Tapi ya memang spt itulah kondisi +62... segala hal dianggap sebagai "urusan permen" ala anak kecil. Pdhl seharusnya sbg manusia dewasa penting sekali utk memahami kesakralan nama yg tidak boleh diubah2 semaunya sendiri, karena tentunya hal tsb tidaklah sesimpel mengubah sebutan nama2 makanan berbahan dasar daging babi yg jadi semakin acak adut spt contoh diatas, melainkan memiliki kadar keseriusan yg melebihi daripada sekedar salah penulisan nama Rita Wahyu menjadi Rita Wagyu pada selembar dokumen sertifikat kepemilikan tanah & bangunan... atau bersediakah Ibu Rita Wahyu jika Akta Kelahiran dari anak kandungnya sendiri dituliskan bahwa anak tsb merupakan anak dari seorang ibu yg bernama Rita Wagyu atau cukup sekedar ditulis bhw anak tsb adalah anak dari seorang IBU...??? . APALAGI jika ternyata SALAH KAPRAH tadi berkaitan dgn hal KESELAMATAN KEKAL dalam hal "dimaterai/dibaptis" dalam nama tuhan yg sebenarnya tidak pernah disembah sebagai Tuhannya Abraham, Ishak & Yakub, melainkan dibaptis dalam nama tuhan yg disembah oleh keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru menolak ketuhanan YESHUA Sang Mesias, alias YESHUA HaMashiach; atau secara simple dibaptis HANYA dgn menyebutkan sosok bapa - putra - roh kudus... BANDINGKAN dengan SOSOK LAIN YG JUGA DISEBUT BAPA dlm Yohanes 8:44 yang tertulis demikian: "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" . Dan BAHKAN SOSOK ROH KUDUS (PENGHIBUR), di dlm keyakinan sebelah... dgn begitu memaksakan diri mereka anggap sbg sosok dari nabi besar yg selama ini mereka puja2, sebagaimana ditulis pada Yohanes 14:25-26 demikian : "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" . Karena sesungguhnya sosok Tuhan yang kita sembah ini adalah sosok yg echad/esa/eka, dan memiliki nama pribadi, bukan hanya sekedar utk disebut sbg sosok bapa - putera - roh kudus, melainkan memiliki nama yg Kudus & sakral yaitu: YHWH - YESHUA HaMashiach - RUACH HaQodesh, dan pada ketiga nama esa tsblah seharusnya kita dimaterai/dibaptiskan, mjd suatu tanda sorgawi bahwa hidup kita ini telah dimaterai mjd milik kepunyaan-Nya, yaitu dimateraikan dlm nama pribadi Tuhan sorgawi yg Kudus & sakral - sebagaimana perumpamaan sertifikat rumah yg WAJIB terdaftar atas nama diri yg benar, yaitu: an. Rita Wahyu, bukan Rita Wagyu - apalagi jika hanya sekedar ditulis an. IBU... agar selanjutnya sertifikat tsb dpt betul2 diakui secara sah & mengikat sbg milik dari Rita Wahyu. Jadi jangan salah paham dgn mengartikan bhw hal tsb hanyalah sekedar fanatik/sok2an agar nampak berbeda dgn sebutan yg sdh berlaku umum selama ini 👍👍👍
@ambarwidiantoro36743 жыл бұрын
trimakasih pembelajarannya
@stanleyadriananta3 жыл бұрын
Saya memikirkan satu kata dlm bahasa Indonesia yg memiliki arti serupa dlm bahasa Malaysia, namun ada sedikit perbedaan dlm penulisan maupun penyebutannya, yaitu kata "berbeda" dlm bahasa Indonesia, yg dituliskan/diucapkan menjadi "berbeza" dlm bahasa Malaysia. Disini ada perbedaan penulisan/penyebutan huruf D mjd Z atas kata tsb. Utk selanjutnya... cerita berikut hanyalah contoh dramatisasi dgn kejadian sbg berikut : . Negara Malaysia menempatkan duta besarnya yg baru utk Indonesia. Pada dokumen yg dibuat oleh pemerintah Malaysia atas penunjukkan duta besar baru tsb, ternyata nama tuan rumah yaitu Presiden Republik Indonesia dituliskan sebagai Joko Wizozo (D dituliskan Z sbgmn kata BERBEDA yg dituliskan mjd BERBEZA). Apakah dgn adanya perbedaan penulisan/pengucapan nama dari pejabat tuan rumah tsb, artinya pengangkatan duta besar Malaysia utk Indonesia tsb bisa dikatakan sah? Tentunya hal "sepele" tadi akhirnya justru mjdkan tidak sah atas ceremony pengangkatan dubes baru tsb... pdhl ini hanyalah ceremony kenegaraan di dunia fana. Tentunya dgn menyadari nama asli Presiden Republik Indonesia adalah Joko Widodo, maka sdh seharusnya dokumen yg telah dibuat oleh pemerintah Malaysia tsb utk segera dikoreksi agar acara pengangkatan dubes tadi bisa dinyatakan sah & mengikat. Sekarang coba pikirkan secara lebih mendalam... hanya sekedar ceremony di dunia fana saja, hal tsb harus dilakukan dengan teliti, tanpa ada toleransi atas kesalahan penulisan pada nama diri seseorang. Coba bayangkan sebuah sertifikat rumah an. Rita Wahyu, namun dituliskan mjd an. Rita Wagyu, atau hanya sekedar ditulis an. IBU... (kosong, alias tanpa satu nama pun yg dituliskan). Emang ini sertifikat an. ibu siapa koq gak ada namanya? Apakah hal spt ini tdk akan mjd masalah besar dikemudian hari? Begitu juga thd hal2 yg berkaitan dlm dunia peradilan, entah itu adlh peradilan pidana atau perdata, atau peradilan apapun diluar keduanya... jika salah satu nama yg tertera dalam suatu perkara adalah salah di dalam penulisannya, maka pengadilan thd perkara tsb adalah dinyatakan tidak sah & tidak dpt mengikat siapapun yg namanya salah dituliskan dlm perkara tsb. . Dalam Matius 18:18 telah dituliskan demikian : "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." . Pantaskah jika kita yang terbiasa sensitif atas salah penulisan pd nama2 duniawi, tapi dgn sengaja justru mengabaikan kebenaran dari nama2 sorgawi, seperti YHWH (Yahwe) yg adalah nama pribadi Tuhan yg disembah oleh bangsa Israel... dengan sembarangan justru diganti dgn sebutan allah yg adalah nama tuhan bagi keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru tidak mengakui ketuhanan Sang Putera... selanjutnya YESHUA HaMashiach yg adalah nama Ibrani asli Sang Mesias, justru diganti sebutannya menjadi nama ala Yunani... bandingkan dgn contoh Joko Widodo yg merupakan nama asli Indonesia dgn penulisan/pelafalan ala Indonesia, jika kemudian diganti penulisan/pelafalannya mjd ala Malaysia yaitu Joko Wizozo... apakah ceremony kenegaraan utk melantik dubes baru Malaysia tadi bisa dikatakan sah & mengikat??? . Memang saya sadari betul bahwa masyarakat +62 ini sulit sekali utk mengoreksi diri atas berbagai hal salah kaprah, apalagi jika hal tsb telah berlangsung secara turun temurun. Contohlah penyebutan jenis2 makanan cina yg berbahan dasar daging babi, misal bakpao, bakso, bakpia, bakmi, dll... yg sebenarnya arti dari awalan BAK tsb adalah jenis makanan yg menggunakan daging babi sbg bahan utamanya. Makanya jadi aneh kalo nama2 makanan tsb disebutkan secara salah kaprah turun temurun mjd al: bakpao kacang ijo, bakmi ayam, bakso sapi, dgn beralasan bhw bahan utamanya sdh tidak lagi menggunakan daging babi (tapi anehnya tetap menyebut bagian awal dari nama makanan tsb sbg BAK, yang artinya adalah menggunakan bahan utama daging babi). Tapi ya memang spt itulah kondisi +62... segala hal dianggap sebagai "urusan permen" ala anak kecil. Pdhl seharusnya sbg manusia dewasa penting sekali utk memahami kesakralan nama yg tidak boleh diubah2 semaunya sendiri, karena tentunya hal tsb tidaklah sesimpel mengubah sebutan nama2 makanan berbahan dasar daging babi yg jadi semakin acak adut spt contoh diatas, melainkan memiliki kadar keseriusan yg melebihi daripada sekedar salah penulisan nama Rita Wahyu menjadi Rita Wagyu pada selembar dokumen sertifikat kepemilikan tanah & bangunan... atau bersediakah Ibu Rita Wahyu jika Akta Kelahiran dari anak kandungnya sendiri dituliskan bahwa anak tsb merupakan anak dari seorang ibu yg bernama Rita Wagyu atau cukup sekedar ditulis bhw anak tsb adalah anak dari seorang IBU...??? . APALAGI jika ternyata SALAH KAPRAH tadi berkaitan dgn hal KESELAMATAN KEKAL dalam hal "dimaterai/dibaptis" dalam nama tuhan yg sebenarnya tidak pernah disembah sebagai Tuhannya Abraham, Ishak & Yakub, melainkan dibaptis dalam nama tuhan yg disembah oleh keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru menolak ketuhanan YESHUA Sang Mesias, alias YESHUA HaMashiach; atau secara simple dibaptis HANYA dgn menyebutkan sosok bapa - putra - roh kudus... BANDINGKAN dengan SOSOK LAIN YG JUGA DISEBUT BAPA dlm Yohanes 8:44 yang tertulis demikian: "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" . Dan BAHKAN SOSOK ROH KUDUS (PENGHIBUR), di dlm keyakinan sebelah... dgn begitu memaksakan diri mereka anggap sbg sosok dari nabi besar yg selama ini mereka puja2, sebagaimana ditulis pada Yohanes 14:25-26 demikian : "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" . Karena sesungguhnya sosok Tuhan yang kita sembah ini adalah sosok yg echad/esa/eka, dan memiliki nama pribadi, bukan hanya sekedar utk disebut sbg sosok bapa - putera - roh kudus, melainkan memiliki nama yg Kudus & sakral yaitu: YHWH - YESHUA HaMashiach - RUACH HaQodesh, dan pada ketiga nama esa tsblah seharusnya kita dimaterai/dibaptiskan, mjd suatu tanda sorgawi bahwa hidup kita ini telah dimaterai mjd milik kepunyaan-Nya, yaitu dimateraikan dlm nama pribadi Tuhan sorgawi yg Kudus & sakral - sebagaimana perumpamaan sertifikat rumah yg WAJIB terdaftar atas nama diri yg benar, yaitu: an. Rita Wahyu, bukan Rita Wagyu - apalagi jika hanya sekedar ditulis an. IBU... agar selanjutnya sertifikat tsb dpt betul2 diakui secara sah & mengikat sbg milik dari Rita Wahyu. Jadi jangan salah paham dgn mengartikan bhw hal tsb hanyalah sekedar fanatik/sok2an agar nampak berbeda dgn sebutan yg sdh berlaku umum selama ini 👍👍👍
@hermasharuway26114 жыл бұрын
Terimakasih Bu.... Untuk pencerahan nya...
@stanleyadriananta3 жыл бұрын
Saya memikirkan satu kata dlm bahasa Indonesia yg memiliki arti serupa dlm bahasa Malaysia, namun ada sedikit perbedaan dlm penulisan maupun penyebutannya, yaitu kata "berbeda" dlm bahasa Indonesia, yg dituliskan/diucapkan menjadi "berbeza" dlm bahasa Malaysia. Disini ada perbedaan penulisan/penyebutan huruf D mjd Z atas kata tsb. Utk selanjutnya... cerita berikut hanyalah contoh dramatisasi dgn kejadian sbg berikut : . Negara Malaysia menempatkan duta besarnya yg baru utk Indonesia. Pada dokumen yg dibuat oleh pemerintah Malaysia atas penunjukkan duta besar baru tsb, ternyata nama tuan rumah yaitu Presiden Republik Indonesia dituliskan sebagai Joko Wizozo (D dituliskan Z sbgmn kata BERBEDA yg dituliskan mjd BERBEZA). Apakah dgn adanya perbedaan penulisan/pengucapan nama dari pejabat tuan rumah tsb, artinya pengangkatan duta besar Malaysia utk Indonesia tsb bisa dikatakan sah? Tentunya hal "sepele" tadi akhirnya justru mjdkan tidak sah atas ceremony pengangkatan dubes baru tsb... pdhl ini hanyalah ceremony kenegaraan di dunia fana. Tentunya dgn menyadari nama asli Presiden Republik Indonesia adalah Joko Widodo, maka sdh seharusnya dokumen yg telah dibuat oleh pemerintah Malaysia tsb utk segera dikoreksi agar acara pengangkatan dubes tadi bisa dinyatakan sah & mengikat. Sekarang coba pikirkan secara lebih mendalam... hanya sekedar ceremony di dunia fana saja, hal tsb harus dilakukan dengan teliti, tanpa ada toleransi atas kesalahan penulisan pada nama diri seseorang. Coba bayangkan sebuah sertifikat rumah an. Rita Wahyu, namun dituliskan mjd an. Rita Wagyu, atau hanya sekedar ditulis an. IBU... (kosong, alias tanpa satu nama pun yg dituliskan). Emang ini sertifikat an. ibu siapa koq gak ada namanya? Apakah hal spt ini tdk akan mjd masalah besar dikemudian hari? Begitu juga thd hal2 yg berkaitan dlm dunia peradilan, entah itu adlh peradilan pidana atau perdata, atau peradilan apapun diluar keduanya... jika salah satu nama yg tertera dalam suatu perkara adalah salah di dalam penulisannya, maka pengadilan thd perkara tsb adalah dinyatakan tidak sah & tidak dpt mengikat siapapun yg namanya salah dituliskan dlm perkara tsb. . Dalam Matius 18:18 telah dituliskan demikian : "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." . Pantaskah jika kita yang terbiasa sensitif atas salah penulisan pd nama2 duniawi, tapi dgn sengaja justru mengabaikan kebenaran dari nama2 sorgawi, seperti YHWH (Yahwe) yg adalah nama pribadi Tuhan yg disembah oleh bangsa Israel... dengan sembarangan justru diganti dgn sebutan allah yg adalah nama tuhan bagi keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru tidak mengakui ketuhanan Sang Putera... selanjutnya YESHUA HaMashiach yg adalah nama Ibrani asli Sang Mesias, justru diganti sebutannya menjadi nama ala Yunani... bandingkan dgn contoh Joko Widodo yg merupakan nama asli Indonesia dgn penulisan/pelafalan ala Indonesia, jika kemudian diganti penulisan/pelafalannya mjd ala Malaysia yaitu Joko Wizozo... apakah ceremony kenegaraan utk melantik dubes baru Malaysia tadi bisa dikatakan sah & mengikat??? . Memang saya sadari betul bahwa masyarakat +62 ini sulit sekali utk mengoreksi diri atas berbagai hal salah kaprah, apalagi jika hal tsb telah berlangsung secara turun temurun. Contohlah penyebutan jenis2 makanan cina yg berbahan dasar daging babi, misal bakpao, bakso, bakpia, bakmi, dll... yg sebenarnya arti dari awalan BAK tsb adalah jenis makanan yg menggunakan daging babi sbg bahan utamanya. Makanya jadi aneh kalo nama2 makanan tsb disebutkan secara salah kaprah turun temurun mjd al: bakpao kacang ijo, bakmi ayam, bakso sapi, dgn beralasan bhw bahan utamanya sdh tidak lagi menggunakan daging babi (tapi anehnya tetap menyebut bagian awal dari nama makanan tsb sbg BAK, yang artinya adalah menggunakan bahan utama daging babi). Tapi ya memang spt itulah kondisi +62... segala hal dianggap sebagai "urusan permen" ala anak kecil. Pdhl seharusnya sbg manusia dewasa penting sekali utk memahami kesakralan nama yg tidak boleh diubah2 semaunya sendiri, karena tentunya hal tsb tidaklah sesimpel mengubah sebutan nama2 makanan berbahan dasar daging babi yg jadi semakin acak adut spt contoh diatas, melainkan memiliki kadar keseriusan yg melebihi daripada sekedar salah penulisan nama Rita Wahyu menjadi Rita Wagyu pada selembar dokumen sertifikat kepemilikan tanah & bangunan... atau bersediakah Ibu Rita Wahyu jika Akta Kelahiran dari anak kandungnya sendiri dituliskan bahwa anak tsb merupakan anak dari seorang ibu yg bernama Rita Wagyu atau cukup sekedar ditulis bhw anak tsb adalah anak dari seorang IBU...??? . APALAGI jika ternyata SALAH KAPRAH tadi berkaitan dgn hal KESELAMATAN KEKAL dalam hal "dimaterai/dibaptis" dalam nama tuhan yg sebenarnya tidak pernah disembah sebagai Tuhannya Abraham, Ishak & Yakub, melainkan dibaptis dalam nama tuhan yg disembah oleh keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru menolak ketuhanan YESHUA Sang Mesias, alias YESHUA HaMashiach; atau secara simple dibaptis HANYA dgn menyebutkan sosok bapa - putra - roh kudus... BANDINGKAN dengan SOSOK LAIN YG JUGA DISEBUT BAPA dlm Yohanes 8:44 yang tertulis demikian: "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" . Dan BAHKAN SOSOK ROH KUDUS (PENGHIBUR), di dlm keyakinan sebelah... dgn begitu memaksakan diri mereka anggap sbg sosok dari nabi besar yg selama ini mereka puja2, sebagaimana ditulis pada Yohanes 14:25-26 demikian : "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" . Karena sesungguhnya sosok Tuhan yang kita sembah ini adalah sosok yg echad/esa/eka, dan memiliki nama pribadi, bukan hanya sekedar utk disebut sbg sosok bapa - putera - roh kudus, melainkan memiliki nama yg Kudus & sakral yaitu: YHWH - YESHUA HaMashiach - RUACH HaQodesh, dan pada ketiga nama esa tsblah seharusnya kita dimaterai/dibaptiskan, mjd suatu tanda sorgawi bahwa hidup kita ini telah dimaterai mjd milik kepunyaan-Nya, yaitu dimateraikan dlm nama pribadi Tuhan sorgawi yg Kudus & sakral - sebagaimana perumpamaan sertifikat rumah yg WAJIB terdaftar atas nama diri yg benar, yaitu: an. Rita Wahyu, bukan Rita Wagyu - apalagi jika hanya sekedar ditulis an. IBU... agar selanjutnya sertifikat tsb dpt betul2 diakui secara sah & mengikat sbg milik dari Rita Wahyu. Jadi jangan salah paham dgn mengartikan bhw hal tsb hanyalah sekedar fanatik/sok2an agar nampak berbeda dgn sebutan yg sdh berlaku umum selama ini 👍👍👍
@yohaneshutauruk16394 жыл бұрын
Trima kasih Bu!! TYM
@tesges31784 жыл бұрын
Terima kasih ibu penjelasannya. Saya semakin mengerti
@stanleyadriananta3 жыл бұрын
Saya memikirkan satu kata dlm bahasa Indonesia yg memiliki arti serupa dlm bahasa Malaysia, namun ada sedikit perbedaan dlm penulisan maupun penyebutannya, yaitu kata "berbeda" dlm bahasa Indonesia, yg dituliskan/diucapkan menjadi "berbeza" dlm bahasa Malaysia. Disini ada perbedaan penulisan/penyebutan huruf D mjd Z atas kata tsb. Utk selanjutnya... cerita berikut hanyalah contoh dramatisasi dgn kejadian sbg berikut : . Negara Malaysia menempatkan duta besarnya yg baru utk Indonesia. Pada dokumen yg dibuat oleh pemerintah Malaysia atas penunjukkan duta besar baru tsb, ternyata nama tuan rumah yaitu Presiden Republik Indonesia dituliskan sebagai Joko Wizozo (D dituliskan Z sbgmn kata BERBEDA yg dituliskan mjd BERBEZA). Apakah dgn adanya perbedaan penulisan/pengucapan nama dari pejabat tuan rumah tsb, artinya pengangkatan duta besar Malaysia utk Indonesia tsb bisa dikatakan sah? Tentunya hal "sepele" tadi akhirnya justru mjdkan tidak sah atas ceremony pengangkatan dubes baru tsb... pdhl ini hanyalah ceremony kenegaraan di dunia fana. Tentunya dgn menyadari nama asli Presiden Republik Indonesia adalah Joko Widodo, maka sdh seharusnya dokumen yg telah dibuat oleh pemerintah Malaysia tsb utk segera dikoreksi agar acara pengangkatan dubes tadi bisa dinyatakan sah & mengikat. Sekarang coba pikirkan secara lebih mendalam... hanya sekedar ceremony di dunia fana saja, hal tsb harus dilakukan dengan teliti, tanpa ada toleransi atas kesalahan penulisan pada nama diri seseorang. Coba bayangkan sebuah sertifikat rumah an. Rita Wahyu, namun dituliskan mjd an. Rita Wagyu, atau hanya sekedar ditulis an. IBU... (kosong, alias tanpa satu nama pun yg dituliskan). Emang ini sertifikat an. ibu siapa koq gak ada namanya? Apakah hal spt ini tdk akan mjd masalah besar dikemudian hari? Begitu juga thd hal2 yg berkaitan dlm dunia peradilan, entah itu adlh peradilan pidana atau perdata, atau peradilan apapun diluar keduanya... jika salah satu nama yg tertera dalam suatu perkara adalah salah di dalam penulisannya, maka pengadilan thd perkara tsb adalah dinyatakan tidak sah & tidak dpt mengikat siapapun yg namanya salah dituliskan dlm perkara tsb. . Dalam Matius 18:18 telah dituliskan demikian : "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." . Pantaskah jika kita yang terbiasa sensitif atas salah penulisan pd nama2 duniawi, tapi dgn sengaja justru mengabaikan kebenaran dari nama2 sorgawi, seperti YHWH (Yahwe) yg adalah nama pribadi Tuhan yg disembah oleh bangsa Israel... dengan sembarangan justru diganti dgn sebutan allah yg adalah nama tuhan bagi keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru tidak mengakui ketuhanan Sang Putera... selanjutnya YESHUA HaMashiach yg adalah nama Ibrani asli Sang Mesias, justru diganti sebutannya menjadi nama ala Yunani... bandingkan dgn contoh Joko Widodo yg merupakan nama asli Indonesia dgn penulisan/pelafalan ala Indonesia, jika kemudian diganti penulisan/pelafalannya mjd ala Malaysia yaitu Joko Wizozo... apakah ceremony kenegaraan utk melantik dubes baru Malaysia tadi bisa dikatakan sah & mengikat??? . Memang saya sadari betul bahwa masyarakat +62 ini sulit sekali utk mengoreksi diri atas berbagai hal salah kaprah, apalagi jika hal tsb telah berlangsung secara turun temurun. Contohlah penyebutan jenis2 makanan cina yg berbahan dasar daging babi, misal bakpao, bakso, bakpia, bakmi, dll... yg sebenarnya arti dari awalan BAK tsb adalah jenis makanan yg menggunakan daging babi sbg bahan utamanya. Makanya jadi aneh kalo nama2 makanan tsb disebutkan secara salah kaprah turun temurun mjd al: bakpao kacang ijo, bakmi ayam, bakso sapi, dgn beralasan bhw bahan utamanya sdh tidak lagi menggunakan daging babi (tapi anehnya tetap menyebut bagian awal dari nama makanan tsb sbg BAK, yang artinya adalah menggunakan bahan utama daging babi). Tapi ya memang spt itulah kondisi +62... segala hal dianggap sebagai "urusan permen" ala anak kecil. Pdhl seharusnya sbg manusia dewasa penting sekali utk memahami kesakralan nama yg tidak boleh diubah2 semaunya sendiri, karena tentunya hal tsb tidaklah sesimpel mengubah sebutan nama2 makanan berbahan dasar daging babi yg jadi semakin acak adut spt contoh diatas, melainkan memiliki kadar keseriusan yg melebihi daripada sekedar salah penulisan nama Rita Wahyu menjadi Rita Wagyu pada selembar dokumen sertifikat kepemilikan tanah & bangunan... atau bersediakah Ibu Rita Wahyu jika Akta Kelahiran dari anak kandungnya sendiri dituliskan bahwa anak tsb merupakan anak dari seorang ibu yg bernama Rita Wagyu atau cukup sekedar ditulis bhw anak tsb adalah anak dari seorang IBU...??? . APALAGI jika ternyata SALAH KAPRAH tadi berkaitan dgn hal KESELAMATAN KEKAL dalam hal "dimaterai/dibaptis" dalam nama tuhan yg sebenarnya tidak pernah disembah sebagai Tuhannya Abraham, Ishak & Yakub, melainkan dibaptis dalam nama tuhan yg disembah oleh keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru menolak ketuhanan YESHUA Sang Mesias, alias YESHUA HaMashiach; atau secara simple dibaptis HANYA dgn menyebutkan sosok bapa - putra - roh kudus... BANDINGKAN dengan SOSOK LAIN YG JUGA DISEBUT BAPA dlm Yohanes 8:44 yang tertulis demikian: "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" . Dan BAHKAN SOSOK ROH KUDUS (PENGHIBUR), di dlm keyakinan sebelah... dgn begitu memaksakan diri mereka anggap sbg sosok dari nabi besar yg selama ini mereka puja2, sebagaimana ditulis pada Yohanes 14:25-26 demikian : "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" . Karena sesungguhnya sosok Tuhan yang kita sembah ini adalah sosok yg echad/esa/eka, dan memiliki nama pribadi, bukan hanya sekedar utk disebut sbg sosok bapa - putera - roh kudus, melainkan memiliki nama yg Kudus & sakral yaitu: YHWH - YESHUA HaMashiach - RUACH HaQodesh, dan pada ketiga nama esa tsblah seharusnya kita dimaterai/dibaptiskan, mjd suatu tanda sorgawi bahwa hidup kita ini telah dimaterai mjd milik kepunyaan-Nya, yaitu dimateraikan dlm nama pribadi Tuhan sorgawi yg Kudus & sakral - sebagaimana perumpamaan sertifikat rumah yg WAJIB terdaftar atas nama diri yg benar, yaitu: an. Rita Wahyu, bukan Rita Wagyu - apalagi jika hanya sekedar ditulis an. IBU... agar selanjutnya sertifikat tsb dpt betul2 diakui secara sah & mengikat sbg milik dari Rita Wahyu. Jadi jangan salah paham dgn mengartikan bhw hal tsb hanyalah sekedar fanatik/sok2an agar nampak berbeda dgn sebutan yg sdh berlaku umum selama ini 👍👍👍
@gregx29664 жыл бұрын
Mengapa ada orang "Kristen" yang mempersoalkan penulisan dan penyebutan nama? Karena mereka mau orang-orang Kristen sejati sibuk membahas-bahas yang tidak penting dan melupakan hukum yang utama dan terutama, yaitu "mengasihi Tuhan (Pencipta Alam Semesta dan segala isinya) dan mengasihi sesama manusia." Yesus yang di tempat lain disebut sebagai Yeshua, Jesus atau Iesu adalah pribadi yang sama, selama yang dimaksud itu adalah Dia yang diutus oleh BapaNya dari Surga, mati di kayu salib, bangkit pada hari yang ketiga lalu naik ke Surga, yaitu Dia yang adalah Firman, yang secara genealogi berasal dari keturunan Daud, Yakub, Ishak dan Abraham, yang kelahiranNya secara ajaib melalui perawan Maria (Maryam atau nama seperti itu), yang adalah Tuhan, yang kepadaNya telah diberikan kuasa di bumi dan di Surga,... Hanya ada satu pribadi seperti itu dan Dia tahu diriNya yang dipanggil oleh semua lidah yang berbeda-beda cara menyebut namaNya. Orang-orang yang merasa diri "Kristen" dan yang lain "sesat" hanya karena mereka menyebut Yesus dengan "Yeshua" sebaiknya berhenti menyebut diri Kristen dan tidak lagi mengusik-usik kepercayaan orang Kristen ('kan sudah beda agama) dan jangan lagi mempersoal-soalkan bagaimana orang Kristen di seluruh dunia menyebut Tuhan, nabi dan guru mereka. Di kitab perjanjian baru yang aslinya ditulis dalam bahasa Yunani, para pengikut Yeshua a.k.a Jesus a.k.a Yesus disebut sebagai "cristianouv". Mereka yang menyebut diri sekarang ini Christian, Kristen,... dan para penyebut Yesus sebagai Kristus (bukan aliran yang sekarang ini memaksakan penyebutan "Yeshua Hamasiakh") adalah penerus agama "cristianouv" (Kisah Para Rasul 11:26). Para pemaksa sebutan "Yeshua" silakan menciptakan agama baru dan mesin waktu agar bisa kembali ke abad pertama dan meminta para murid dan rasul untuk menulis ulang Injil dan surat-surat mereka dalam bahasa Ibrani.
@rf22254 жыл бұрын
“Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!” Filipi 2:9-11 TB www.bible.com/306/php.2.9-11.tb
@riossumbayak66004 жыл бұрын
Tuhan mampu melihat hati dan iman di hati.Mau sudah benar pun pengucapannya bukan berarti langsung berkuasa. Namun Karunia Iman pada namaNYA yg membuat nama itu hidup. Bahkan manggil jises ( kalau bahasa inggris kan kedengarannya jises, 😄) aja ga papa kok...karena Tuhan melihat " iman Firman Yesus di hati " pada ucapan itu, sebelum mengucap memanggilnya pun Tuhan sudah tau kok,😊.. bukan kata2 mati....😊 Kisah Para Rasul 19:13-17 (TB) Juga beberapa tukang jampi Yahudi, yang berjalan keliling di negeri itu, mencoba menyebut nama Tuhan Yesus atas mereka yang kerasukan roh jahat dengan berseru, katanya: "Aku menyumpahi kamu demi nama Yesus yang diberitakan oleh Paulus." Mereka yang melakukan hal itu ialah tujuh orang anak dari seorang imam kepala Yahudi yang bernama Skewa. Tetapi roh jahat itu menjawab: "Yesus aku kenal, dan Paulus aku ketahui, tetapi kamu, siapakah kamu?" Dan orang yang dirasuk roh jahat itu menerpa mereka dan menggagahi mereka semua dan mengalahkannya, sehingga mereka lari dari rumah orang itu dengan telanjang dan luka-luka. Hal itu diketahui oleh seluruh penduduk Efesus, baik orang Yahudi maupun orang Yunani, maka ketakutanlah mereka semua dan makin masyhurlah nama Tuhan Yesus. Lukas 10:17 (TB) Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira dan berkata: "Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu."
@jesusisgod60074 жыл бұрын
Skalian kalo mau baptis, disungai yordan aja!! Orang2 yg mempersoalkan nama itu, mungkin lagi mabok agama!!
@marcellinowardoyo29304 жыл бұрын
Orang Dewasa dalam Iman tentu mengetahui makanan mana yang baik.
@taradidicaplin28144 жыл бұрын
@@riossumbayak6600 ah si sumbayak ini membuat akrobatik theologi lagi di koment Chanel ini bukannya anda tdk percaya dgn IMAN hanya percaya dgn KASIH Wkwkwk padahal KASIH yg BENAR itu lahir dari IMAN yg BENAR yaitu IMAN kpd YESHUA HAMASIACH ( JESUS CHRIST ) bukan IMAN kpd Allah 3 pribadi inilah yg sy maksud AKROBATIK THEOLOGI TRINITAS harusnya anda berpijak kpd doktrin theologi BIBLICAL, bukan doktrin theologi dan TRINITY itu adalah bagian dari doktrin theologi ( pengajaran yg sdh di kombinasi antara BIBLICAL & tradisi & pemikiran oleh filsuf Yunani )
@yulianustatambihe3231 Жыл бұрын
Betul itu bu
@christiantosiswadi40163 жыл бұрын
Pagi Bu Rita, Shalom Hamba-Nya yang terkasih GBU amen
@stanleyadriananta3 жыл бұрын
Saya memikirkan satu kata dlm bahasa Indonesia yg memiliki arti serupa dlm bahasa Malaysia, namun ada sedikit perbedaan dlm penulisan maupun penyebutannya, yaitu kata "berbeda" dlm bahasa Indonesia, yg dituliskan/diucapkan menjadi "berbeza" dlm bahasa Malaysia. Disini ada perbedaan penulisan/penyebutan huruf D mjd Z atas kata tsb. Utk selanjutnya... cerita berikut hanyalah contoh dramatisasi dgn kejadian sbg berikut : . Negara Malaysia menempatkan duta besarnya yg baru utk Indonesia. Pada dokumen yg dibuat oleh pemerintah Malaysia atas penunjukkan duta besar baru tsb, ternyata nama tuan rumah yaitu Presiden Republik Indonesia dituliskan sebagai Joko Wizozo (D dituliskan Z sbgmn kata BERBEDA yg dituliskan mjd BERBEZA). Apakah dgn adanya perbedaan penulisan/pengucapan nama dari pejabat tuan rumah tsb, artinya pengangkatan duta besar Malaysia utk Indonesia tsb bisa dikatakan sah? Tentunya hal "sepele" tadi akhirnya justru mjdkan tidak sah atas ceremony pengangkatan dubes baru tsb... pdhl ini hanyalah ceremony kenegaraan di dunia fana. Tentunya dgn menyadari nama asli Presiden Republik Indonesia adalah Joko Widodo, maka sdh seharusnya dokumen yg telah dibuat oleh pemerintah Malaysia tsb utk segera dikoreksi agar acara pengangkatan dubes tadi bisa dinyatakan sah & mengikat. Sekarang coba pikirkan secara lebih mendalam... hanya sekedar ceremony di dunia fana saja, hal tsb harus dilakukan dengan teliti, tanpa ada toleransi atas kesalahan penulisan pada nama diri seseorang. Coba bayangkan sebuah sertifikat rumah an. Rita Wahyu, namun dituliskan mjd an. Rita Wagyu, atau hanya sekedar ditulis an. IBU... (kosong, alias tanpa satu nama pun yg dituliskan). Emang ini sertifikat an. ibu siapa koq gak ada namanya? Apakah hal spt ini tdk akan mjd masalah besar dikemudian hari? Begitu juga thd hal2 yg berkaitan dlm dunia peradilan, entah itu adlh peradilan pidana atau perdata, atau peradilan apapun diluar keduanya... jika salah satu nama yg tertera dalam suatu perkara adalah salah di dalam penulisannya, maka pengadilan thd perkara tsb adalah dinyatakan tidak sah & tidak dpt mengikat siapapun yg namanya salah dituliskan dlm perkara tsb. . Dalam Matius 18:18 telah dituliskan demikian : "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." . Pantaskah jika kita yang terbiasa sensitif atas salah penulisan pd nama2 duniawi, tapi dgn sengaja justru mengabaikan kebenaran dari nama2 sorgawi, seperti YHWH (Yahwe) yg adalah nama pribadi Tuhan yg disembah oleh bangsa Israel... dengan sembarangan justru diganti dgn sebutan allah yg adalah nama tuhan bagi keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru tidak mengakui ketuhanan Sang Putera... selanjutnya YESHUA HaMashiach yg adalah nama Ibrani asli Sang Mesias, justru diganti sebutannya menjadi nama ala Yunani... bandingkan dgn contoh Joko Widodo yg merupakan nama asli Indonesia dgn penulisan/pelafalan ala Indonesia, jika kemudian diganti penulisan/pelafalannya mjd ala Malaysia yaitu Joko Wizozo... apakah ceremony kenegaraan utk melantik dubes baru Malaysia tadi bisa dikatakan sah & mengikat??? . Memang saya sadari betul bahwa masyarakat +62 ini sulit sekali utk mengoreksi diri atas berbagai hal salah kaprah, apalagi jika hal tsb telah berlangsung secara turun temurun. Contohlah penyebutan jenis2 makanan cina yg berbahan dasar daging babi, misal bakpao, bakso, bakpia, bakmi, dll... yg sebenarnya arti dari awalan BAK tsb adalah jenis makanan yg menggunakan daging babi sbg bahan utamanya. Makanya jadi aneh kalo nama2 makanan tsb disebutkan secara salah kaprah turun temurun mjd al: bakpao kacang ijo, bakmi ayam, bakso sapi, dgn beralasan bhw bahan utamanya sdh tidak lagi menggunakan daging babi (tapi anehnya tetap menyebut bagian awal dari nama makanan tsb sbg BAK, yang artinya adalah menggunakan bahan utama daging babi). Tapi ya memang spt itulah kondisi +62... segala hal dianggap sebagai "urusan permen" ala anak kecil. Pdhl seharusnya sbg manusia dewasa penting sekali utk memahami kesakralan nama yg tidak boleh diubah2 semaunya sendiri, karena tentunya hal tsb tidaklah sesimpel mengubah sebutan nama2 makanan berbahan dasar daging babi yg jadi semakin acak adut spt contoh diatas, melainkan memiliki kadar keseriusan yg melebihi daripada sekedar salah penulisan nama Rita Wahyu menjadi Rita Wagyu pada selembar dokumen sertifikat kepemilikan tanah & bangunan... atau bersediakah Ibu Rita Wahyu jika Akta Kelahiran dari anak kandungnya sendiri dituliskan bahwa anak tsb merupakan anak dari seorang ibu yg bernama Rita Wagyu atau cukup sekedar ditulis bhw anak tsb adalah anak dari seorang IBU...??? . APALAGI jika ternyata SALAH KAPRAH tadi berkaitan dgn hal KESELAMATAN KEKAL dalam hal "dimaterai/dibaptis" dalam nama tuhan yg sebenarnya tidak pernah disembah sebagai Tuhannya Abraham, Ishak & Yakub, melainkan dibaptis dalam nama tuhan yg disembah oleh keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru menolak ketuhanan YESHUA Sang Mesias, alias YESHUA HaMashiach; atau secara simple dibaptis HANYA dgn menyebutkan sosok bapa - putra - roh kudus... BANDINGKAN dengan SOSOK LAIN YG JUGA DISEBUT BAPA dlm Yohanes 8:44 yang tertulis demikian: "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" . Dan BAHKAN SOSOK ROH KUDUS (PENGHIBUR), di dlm keyakinan sebelah... dgn begitu memaksakan diri mereka anggap sbg sosok dari nabi besar yg selama ini mereka puja2, sebagaimana ditulis pada Yohanes 14:25-26 demikian : "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" . Karena sesungguhnya sosok Tuhan yang kita sembah ini adalah sosok yg echad/esa/eka, dan memiliki nama pribadi, bukan hanya sekedar utk disebut sbg sosok bapa - putera - roh kudus, melainkan memiliki nama yg Kudus & sakral yaitu: YHWH - YESHUA HaMashiach - RUACH HaQodesh, dan pada ketiga nama esa tsblah seharusnya kita dimaterai/dibaptiskan, mjd suatu tanda sorgawi bahwa hidup kita ini telah dimaterai mjd milik kepunyaan-Nya, yaitu dimateraikan dlm nama pribadi Tuhan sorgawi yg Kudus & sakral - sebagaimana perumpamaan sertifikat rumah yg WAJIB terdaftar atas nama diri yg benar, yaitu: an. Rita Wahyu, bukan Rita Wagyu - apalagi jika hanya sekedar ditulis an. IBU... agar selanjutnya sertifikat tsb dpt betul2 diakui secara sah & mengikat sbg milik dari Rita Wahyu. Jadi jangan salah paham dgn mengartikan bhw hal tsb hanyalah sekedar fanatik/sok2an agar nampak berbeda dgn sebutan yg sdh berlaku umum selama ini 👍👍👍
@marambahamayang1074 жыл бұрын
Sangat setuju Bu. Bibit bobot bebet dlm istilah org Jawa.
@nancysinaga81424 жыл бұрын
Terimakasih banyak ibu Rita, sangat menambah wawasan saya dn semakin diberkati..🙏
@stanleyadriananta3 жыл бұрын
Saya memikirkan satu kata dlm bahasa Indonesia yg memiliki arti serupa dlm bahasa Malaysia, namun ada sedikit perbedaan dlm penulisan maupun penyebutannya, yaitu kata "berbeda" dlm bahasa Indonesia, yg dituliskan/diucapkan menjadi "berbeza" dlm bahasa Malaysia. Disini ada perbedaan penulisan/penyebutan huruf D mjd Z atas kata tsb. Utk selanjutnya... cerita berikut hanyalah contoh dramatisasi dgn kejadian sbg berikut : . Negara Malaysia menempatkan duta besarnya yg baru utk Indonesia. Pada dokumen yg dibuat oleh pemerintah Malaysia atas penunjukkan duta besar baru tsb, ternyata nama tuan rumah yaitu Presiden Republik Indonesia dituliskan sebagai Joko Wizozo (D dituliskan Z sbgmn kata BERBEDA yg dituliskan mjd BERBEZA). Apakah dgn adanya perbedaan penulisan/pengucapan nama dari pejabat tuan rumah tsb, artinya pengangkatan duta besar Malaysia utk Indonesia tsb bisa dikatakan sah? Tentunya hal "sepele" tadi akhirnya justru mjdkan tidak sah atas ceremony pengangkatan dubes baru tsb... pdhl ini hanyalah ceremony kenegaraan di dunia fana. Tentunya dgn menyadari nama asli Presiden Republik Indonesia adalah Joko Widodo, maka sdh seharusnya dokumen yg telah dibuat oleh pemerintah Malaysia tsb utk segera dikoreksi agar acara pengangkatan dubes tadi bisa dinyatakan sah & mengikat. Sekarang coba pikirkan secara lebih mendalam... hanya sekedar ceremony di dunia fana saja, hal tsb harus dilakukan dengan teliti, tanpa ada toleransi atas kesalahan penulisan pada nama diri seseorang. Coba bayangkan sebuah sertifikat rumah an. Rita Wahyu, namun dituliskan mjd an. Rita Wagyu, atau hanya sekedar ditulis an. IBU... (kosong, alias tanpa satu nama pun yg dituliskan). Emang ini sertifikat an. ibu siapa koq gak ada namanya? Apakah hal spt ini tdk akan mjd masalah besar dikemudian hari? Begitu juga thd hal2 yg berkaitan dlm dunia peradilan, entah itu adlh peradilan pidana atau perdata, atau peradilan apapun diluar keduanya... jika salah satu nama yg tertera dalam suatu perkara adalah salah di dalam penulisannya, maka pengadilan thd perkara tsb adalah dinyatakan tidak sah & tidak dpt mengikat siapapun yg namanya salah dituliskan dlm perkara tsb. . Dalam Matius 18:18 telah dituliskan demikian : "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." . Pantaskah jika kita yang terbiasa sensitif atas salah penulisan pd nama2 duniawi, tapi dgn sengaja justru mengabaikan kebenaran dari nama2 sorgawi, seperti YHWH (Yahwe) yg adalah nama pribadi Tuhan yg disembah oleh bangsa Israel... dengan sembarangan justru diganti dgn sebutan allah yg adalah nama tuhan bagi keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru tidak mengakui ketuhanan Sang Putera... selanjutnya YESHUA HaMashiach yg adalah nama Ibrani asli Sang Mesias, justru diganti sebutannya menjadi nama ala Yunani... bandingkan dgn contoh Joko Widodo yg merupakan nama asli Indonesia dgn penulisan/pelafalan ala Indonesia, jika kemudian diganti penulisan/pelafalannya mjd ala Malaysia yaitu Joko Wizozo... apakah ceremony kenegaraan utk melantik dubes baru Malaysia tadi bisa dikatakan sah & mengikat??? . Memang saya sadari betul bahwa masyarakat +62 ini sulit sekali utk mengoreksi diri atas berbagai hal salah kaprah, apalagi jika hal tsb telah berlangsung secara turun temurun. Contohlah penyebutan jenis2 makanan cina yg berbahan dasar daging babi, misal bakpao, bakso, bakpia, bakmi, dll... yg sebenarnya arti dari awalan BAK tsb adalah jenis makanan yg menggunakan daging babi sbg bahan utamanya. Makanya jadi aneh kalo nama2 makanan tsb disebutkan secara salah kaprah turun temurun mjd al: bakpao kacang ijo, bakmi ayam, bakso sapi, dgn beralasan bhw bahan utamanya sdh tidak lagi menggunakan daging babi (tapi anehnya tetap menyebut bagian awal dari nama makanan tsb sbg BAK, yang artinya adalah menggunakan bahan utama daging babi). Tapi ya memang spt itulah kondisi +62... segala hal dianggap sebagai "urusan permen" ala anak kecil. Pdhl seharusnya sbg manusia dewasa penting sekali utk memahami kesakralan nama yg tidak boleh diubah2 semaunya sendiri, karena tentunya hal tsb tidaklah sesimpel mengubah sebutan nama2 makanan berbahan dasar daging babi yg jadi semakin acak adut spt contoh diatas, melainkan memiliki kadar keseriusan yg melebihi daripada sekedar salah penulisan nama Rita Wahyu menjadi Rita Wagyu pada selembar dokumen sertifikat kepemilikan tanah & bangunan... atau bersediakah Ibu Rita Wahyu jika Akta Kelahiran dari anak kandungnya sendiri dituliskan bahwa anak tsb merupakan anak dari seorang ibu yg bernama Rita Wagyu atau cukup sekedar ditulis bhw anak tsb adalah anak dari seorang IBU...??? . APALAGI jika ternyata SALAH KAPRAH tadi berkaitan dgn hal KESELAMATAN KEKAL dalam hal "dimaterai/dibaptis" dalam nama tuhan yg sebenarnya tidak pernah disembah sebagai Tuhannya Abraham, Ishak & Yakub, melainkan dibaptis dalam nama tuhan yg disembah oleh keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru menolak ketuhanan YESHUA Sang Mesias, alias YESHUA HaMashiach; atau secara simple dibaptis HANYA dgn menyebutkan sosok bapa - putra - roh kudus... BANDINGKAN dengan SOSOK LAIN YG JUGA DISEBUT BAPA dlm Yohanes 8:44 yang tertulis demikian: "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" . Dan BAHKAN SOSOK ROH KUDUS (PENGHIBUR), di dlm keyakinan sebelah... dgn begitu memaksakan diri mereka anggap sbg sosok dari nabi besar yg selama ini mereka puja2, sebagaimana ditulis pada Yohanes 14:25-26 demikian : "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" . Karena sesungguhnya sosok Tuhan yang kita sembah ini adalah sosok yg echad/esa/eka, dan memiliki nama pribadi, bukan hanya sekedar utk disebut sbg sosok bapa - putera - roh kudus, melainkan memiliki nama yg Kudus & sakral yaitu: YHWH - YESHUA HaMashiach - RUACH HaQodesh, dan pada ketiga nama esa tsblah seharusnya kita dimaterai/dibaptiskan, mjd suatu tanda sorgawi bahwa hidup kita ini telah dimaterai mjd milik kepunyaan-Nya, yaitu dimateraikan dlm nama pribadi Tuhan sorgawi yg Kudus & sakral - sebagaimana perumpamaan sertifikat rumah yg WAJIB terdaftar atas nama diri yg benar, yaitu: an. Rita Wahyu, bukan Rita Wagyu - apalagi jika hanya sekedar ditulis an. IBU... agar selanjutnya sertifikat tsb dpt betul2 diakui secara sah & mengikat sbg milik dari Rita Wahyu. Jadi jangan salah paham dgn mengartikan bhw hal tsb hanyalah sekedar fanatik/sok2an agar nampak berbeda dgn sebutan yg sdh berlaku umum selama ini 👍👍👍
@petrussualan407 Жыл бұрын
pelajari historical zaman rasul2/yesus kristus
@riossumbayak66004 жыл бұрын
😊🙏Terima kasih sudah mau berbagi informasi penerangannya, bu Wahyu Rita🙏🌈
@stanleyadriananta3 жыл бұрын
Saya memikirkan satu kata dlm bahasa Indonesia yg memiliki arti serupa dlm bahasa Malaysia, namun ada sedikit perbedaan dlm penulisan maupun penyebutannya, yaitu kata "berbeda" dlm bahasa Indonesia, yg dituliskan/diucapkan menjadi "berbeza" dlm bahasa Malaysia. Disini ada perbedaan penulisan/penyebutan huruf D mjd Z atas kata tsb. Utk selanjutnya... cerita berikut hanyalah contoh dramatisasi dgn kejadian sbg berikut : . Negara Malaysia menempatkan duta besarnya yg baru utk Indonesia. Pada dokumen yg dibuat oleh pemerintah Malaysia atas penunjukkan duta besar baru tsb, ternyata nama tuan rumah yaitu Presiden Republik Indonesia dituliskan sebagai Joko Wizozo (D dituliskan Z sbgmn kata BERBEDA yg dituliskan mjd BERBEZA). Apakah dgn adanya perbedaan penulisan/pengucapan nama dari pejabat tuan rumah tsb, artinya pengangkatan duta besar Malaysia utk Indonesia tsb bisa dikatakan sah? Tentunya hal "sepele" tadi akhirnya justru mjdkan tidak sah atas ceremony pengangkatan dubes baru tsb... pdhl ini hanyalah ceremony kenegaraan di dunia fana. Tentunya dgn menyadari nama asli Presiden Republik Indonesia adalah Joko Widodo, maka sdh seharusnya dokumen yg telah dibuat oleh pemerintah Malaysia tsb utk segera dikoreksi agar acara pengangkatan dubes tadi bisa dinyatakan sah & mengikat. Sekarang coba pikirkan secara lebih mendalam... hanya sekedar ceremony di dunia fana saja, hal tsb harus dilakukan dengan teliti, tanpa ada toleransi atas kesalahan penulisan pada nama diri seseorang. Coba bayangkan sebuah sertifikat rumah an. Rita Wahyu, namun dituliskan mjd an. Rita Wagyu, atau hanya sekedar ditulis an. IBU... (kosong, alias tanpa satu nama pun yg dituliskan). Emang ini sertifikat an. ibu siapa koq gak ada namanya? Apakah hal spt ini tdk akan mjd masalah besar dikemudian hari? Begitu juga thd hal2 yg berkaitan dlm dunia peradilan, entah itu adlh peradilan pidana atau perdata, atau peradilan apapun diluar keduanya... jika salah satu nama yg tertera dalam suatu perkara adalah salah di dalam penulisannya, maka pengadilan thd perkara tsb adalah dinyatakan tidak sah & tidak dpt mengikat siapapun yg namanya salah dituliskan dlm perkara tsb. . Dalam Matius 18:18 telah dituliskan demikian : "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." . Pantaskah jika kita yang terbiasa sensitif atas salah penulisan pd nama2 duniawi, tapi dgn sengaja justru mengabaikan kebenaran dari nama2 sorgawi, seperti YHWH (Yahwe) yg adalah nama pribadi Tuhan yg disembah oleh bangsa Israel... dengan sembarangan justru diganti dgn sebutan allah yg adalah nama tuhan bagi keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru tidak mengakui ketuhanan Sang Putera... selanjutnya YESHUA HaMashiach yg adalah nama Ibrani asli Sang Mesias, justru diganti sebutannya menjadi nama ala Yunani... bandingkan dgn contoh Joko Widodo yg merupakan nama asli Indonesia dgn penulisan/pelafalan ala Indonesia, jika kemudian diganti penulisan/pelafalannya mjd ala Malaysia yaitu Joko Wizozo... apakah ceremony kenegaraan utk melantik dubes baru Malaysia tadi bisa dikatakan sah & mengikat??? . Memang saya sadari betul bahwa masyarakat +62 ini sulit sekali utk mengoreksi diri atas berbagai hal salah kaprah, apalagi jika hal tsb telah berlangsung secara turun temurun. Contohlah penyebutan jenis2 makanan cina yg berbahan dasar daging babi, misal bakpao, bakso, bakpia, bakmi, dll... yg sebenarnya arti dari awalan BAK tsb adalah jenis makanan yg menggunakan daging babi sbg bahan utamanya. Makanya jadi aneh kalo nama2 makanan tsb disebutkan secara salah kaprah turun temurun mjd al: bakpao kacang ijo, bakmi ayam, bakso sapi, dgn beralasan bhw bahan utamanya sdh tidak lagi menggunakan daging babi (tapi anehnya tetap menyebut bagian awal dari nama makanan tsb sbg BAK, yang artinya adalah menggunakan bahan utama daging babi). Tapi ya memang spt itulah kondisi +62... segala hal dianggap sebagai "urusan permen" ala anak kecil. Pdhl seharusnya sbg manusia dewasa penting sekali utk memahami kesakralan nama yg tidak boleh diubah2 semaunya sendiri, karena tentunya hal tsb tidaklah sesimpel mengubah sebutan nama2 makanan berbahan dasar daging babi yg jadi semakin acak adut spt contoh diatas, melainkan memiliki kadar keseriusan yg melebihi daripada sekedar salah penulisan nama Rita Wahyu menjadi Rita Wagyu pada selembar dokumen sertifikat kepemilikan tanah & bangunan... atau bersediakah Ibu Rita Wahyu jika Akta Kelahiran dari anak kandungnya sendiri dituliskan bahwa anak tsb merupakan anak dari seorang ibu yg bernama Rita Wagyu atau cukup sekedar ditulis bhw anak tsb adalah anak dari seorang IBU...??? . APALAGI jika ternyata SALAH KAPRAH tadi berkaitan dgn hal KESELAMATAN KEKAL dalam hal "dimaterai/dibaptis" dalam nama tuhan yg sebenarnya tidak pernah disembah sebagai Tuhannya Abraham, Ishak & Yakub, melainkan dibaptis dalam nama tuhan yg disembah oleh keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru menolak ketuhanan YESHUA Sang Mesias, alias YESHUA HaMashiach; atau secara simple dibaptis HANYA dgn menyebutkan sosok bapa - putra - roh kudus... BANDINGKAN dengan SOSOK LAIN YG JUGA DISEBUT BAPA dlm Yohanes 8:44 yang tertulis demikian: "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" . Dan BAHKAN SOSOK ROH KUDUS (PENGHIBUR), di dlm keyakinan sebelah... dgn begitu memaksakan diri mereka anggap sbg sosok dari nabi besar yg selama ini mereka puja2, sebagaimana ditulis pada Yohanes 14:25-26 demikian : "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" . Karena sesungguhnya sosok Tuhan yang kita sembah ini adalah sosok yg echad/esa/eka, dan memiliki nama pribadi, bukan hanya sekedar utk disebut sbg sosok bapa - putera - roh kudus, melainkan memiliki nama yg Kudus & sakral yaitu: YHWH - YESHUA HaMashiach - RUACH HaQodesh, dan pada ketiga nama esa tsblah seharusnya kita dimaterai/dibaptiskan, mjd suatu tanda sorgawi bahwa hidup kita ini telah dimaterai mjd milik kepunyaan-Nya, yaitu dimateraikan dlm nama pribadi Tuhan sorgawi yg Kudus & sakral - sebagaimana perumpamaan sertifikat rumah yg WAJIB terdaftar atas nama diri yg benar, yaitu: an. Rita Wahyu, bukan Rita Wagyu - apalagi jika hanya sekedar ditulis an. IBU... agar selanjutnya sertifikat tsb dpt betul2 diakui secara sah & mengikat sbg milik dari Rita Wahyu. Jadi jangan salah paham dgn mengartikan bhw hal tsb hanyalah sekedar fanatik/sok2an agar nampak berbeda dgn sebutan yg sdh berlaku umum selama ini 👍👍👍
@stepanusberhandus58994 жыл бұрын
Saya mau belajar bu!TUHAN YESUS memberkati setiap pelayanan ibu.
@anak.magangyt4 жыл бұрын
Penjelasan ibu Rita persis dengan pengajaran pk Bambang Noorsena.
@yosephgunawan61613 жыл бұрын
Todah Rabah bu Rita Wahyu di beri pencerahan yg sangan di butuhkan umat beriman Gb bu Rita.
@ogaijunaichanel53032 жыл бұрын
Ibu Rita mau tanya bagaimana cara ibadah umat pada jaman yeshua hamasiahk...apakah joget2 nyanyi seperti digereja saat ini..
@haikalakmal50252 жыл бұрын
Hong wilaheng jati nuhoni hajat hajate leluhur Nusantara Tabe tabe uluk salam mulia sagung dumadi Rahayu rahayu rahayu
@nymbudi4 жыл бұрын
Bagus sekali Bu Rita penjelasannya. Bagus juga Bu, bikin 1 video 1 pertanyaan dijawab.
@mujirahayuningsih80814 жыл бұрын
Setuju, bikin 1 video untuk 1 pertanyaan supaya jelas dan tidak terlalu panjang durasinya..🙏 lebih gampang klu kita mau cari apa yang ingin kita tahu dan pelajari 🙏
@stanleyadriananta3 жыл бұрын
Saya memikirkan satu kata dlm bahasa Indonesia yg memiliki arti serupa dlm bahasa Malaysia, namun ada sedikit perbedaan dlm penulisan maupun penyebutannya, yaitu kata "berbeda" dlm bahasa Indonesia, yg dituliskan/diucapkan menjadi "berbeza" dlm bahasa Malaysia. Disini ada perbedaan penulisan/penyebutan huruf D mjd Z atas kata tsb. Utk selanjutnya... cerita berikut hanyalah contoh dramatisasi dgn kejadian sbg berikut : . Negara Malaysia menempatkan duta besarnya yg baru utk Indonesia. Pada dokumen yg dibuat oleh pemerintah Malaysia atas penunjukkan duta besar baru tsb, ternyata nama tuan rumah yaitu Presiden Republik Indonesia dituliskan sebagai Joko Wizozo (D dituliskan Z sbgmn kata BERBEDA yg dituliskan mjd BERBEZA). Apakah dgn adanya perbedaan penulisan/pengucapan nama dari pejabat tuan rumah tsb, artinya pengangkatan duta besar Malaysia utk Indonesia tsb bisa dikatakan sah? Tentunya hal "sepele" tadi akhirnya justru mjdkan tidak sah atas ceremony pengangkatan dubes baru tsb... pdhl ini hanyalah ceremony kenegaraan di dunia fana. Tentunya dgn menyadari nama asli Presiden Republik Indonesia adalah Joko Widodo, maka sdh seharusnya dokumen yg telah dibuat oleh pemerintah Malaysia tsb utk segera dikoreksi agar acara pengangkatan dubes tadi bisa dinyatakan sah & mengikat. Sekarang coba pikirkan secara lebih mendalam... hanya sekedar ceremony di dunia fana saja, hal tsb harus dilakukan dengan teliti, tanpa ada toleransi atas kesalahan penulisan pada nama diri seseorang. Coba bayangkan sebuah sertifikat rumah an. Rita Wahyu, namun dituliskan mjd an. Rita Wagyu, atau hanya sekedar ditulis an. IBU... (kosong, alias tanpa satu nama pun yg dituliskan). Emang ini sertifikat an. ibu siapa koq gak ada namanya? Apakah hal spt ini tdk akan mjd masalah besar dikemudian hari? Begitu juga thd hal2 yg berkaitan dlm dunia peradilan, entah itu adlh peradilan pidana atau perdata, atau peradilan apapun diluar keduanya... jika salah satu nama yg tertera dalam suatu perkara adalah salah di dalam penulisannya, maka pengadilan thd perkara tsb adalah dinyatakan tidak sah & tidak dpt mengikat siapapun yg namanya salah dituliskan dlm perkara tsb. . Dalam Matius 18:18 telah dituliskan demikian : "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." . Pantaskah jika kita yang terbiasa sensitif atas salah penulisan pd nama2 duniawi, tapi dgn sengaja justru mengabaikan kebenaran dari nama2 sorgawi, seperti YHWH (Yahwe) yg adalah nama pribadi Tuhan yg disembah oleh bangsa Israel... dengan sembarangan justru diganti dgn sebutan allah yg adalah nama tuhan bagi keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru tidak mengakui ketuhanan Sang Putera... selanjutnya YESHUA HaMashiach yg adalah nama Ibrani asli Sang Mesias, justru diganti sebutannya menjadi nama ala Yunani... bandingkan dgn contoh Joko Widodo yg merupakan nama asli Indonesia dgn penulisan/pelafalan ala Indonesia, jika kemudian diganti penulisan/pelafalannya mjd ala Malaysia yaitu Joko Wizozo... apakah ceremony kenegaraan utk melantik dubes baru Malaysia tadi bisa dikatakan sah & mengikat??? . Memang saya sadari betul bahwa masyarakat +62 ini sulit sekali utk mengoreksi diri atas berbagai hal salah kaprah, apalagi jika hal tsb telah berlangsung secara turun temurun. Contohlah penyebutan jenis2 makanan cina yg berbahan dasar daging babi, misal bakpao, bakso, bakpia, bakmi, dll... yg sebenarnya arti dari awalan BAK tsb adalah jenis makanan yg menggunakan daging babi sbg bahan utamanya. Makanya jadi aneh kalo nama2 makanan tsb disebutkan secara salah kaprah turun temurun mjd al: bakpao kacang ijo, bakmi ayam, bakso sapi, dgn beralasan bhw bahan utamanya sdh tidak lagi menggunakan daging babi (tapi anehnya tetap menyebut bagian awal dari nama makanan tsb sbg BAK, yang artinya adalah menggunakan bahan utama daging babi). Tapi ya memang spt itulah kondisi +62... segala hal dianggap sebagai "urusan permen" ala anak kecil. Pdhl seharusnya sbg manusia dewasa penting sekali utk memahami kesakralan nama yg tidak boleh diubah2 semaunya sendiri, karena tentunya hal tsb tidaklah sesimpel mengubah sebutan nama2 makanan berbahan dasar daging babi yg jadi semakin acak adut spt contoh diatas, melainkan memiliki kadar keseriusan yg melebihi daripada sekedar salah penulisan nama Rita Wahyu menjadi Rita Wagyu pada selembar dokumen sertifikat kepemilikan tanah & bangunan... atau bersediakah Ibu Rita Wahyu jika Akta Kelahiran dari anak kandungnya sendiri dituliskan bahwa anak tsb merupakan anak dari seorang ibu yg bernama Rita Wagyu atau cukup sekedar ditulis bhw anak tsb adalah anak dari seorang IBU...??? . APALAGI jika ternyata SALAH KAPRAH tadi berkaitan dgn hal KESELAMATAN KEKAL dalam hal "dimaterai/dibaptis" dalam nama tuhan yg sebenarnya tidak pernah disembah sebagai Tuhannya Abraham, Ishak & Yakub, melainkan dibaptis dalam nama tuhan yg disembah oleh keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru menolak ketuhanan YESHUA Sang Mesias, alias YESHUA HaMashiach; atau secara simple dibaptis HANYA dgn menyebutkan sosok bapa - putra - roh kudus... BANDINGKAN dengan SOSOK LAIN YG JUGA DISEBUT BAPA dlm Yohanes 8:44 yang tertulis demikian: "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" . Dan BAHKAN SOSOK ROH KUDUS (PENGHIBUR), di dlm keyakinan sebelah... dgn begitu memaksakan diri mereka anggap sbg sosok dari nabi besar yg selama ini mereka puja2, sebagaimana ditulis pada Yohanes 14:25-26 demikian : "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" . Karena sesungguhnya sosok Tuhan yang kita sembah ini adalah sosok yg echad/esa/eka, dan memiliki nama pribadi, bukan hanya sekedar utk disebut sbg sosok bapa - putera - roh kudus, melainkan memiliki nama yg Kudus & sakral yaitu: YHWH - YESHUA HaMashiach - RUACH HaQodesh, dan pada ketiga nama esa tsblah seharusnya kita dimaterai/dibaptiskan, mjd suatu tanda sorgawi bahwa hidup kita ini telah dimaterai mjd milik kepunyaan-Nya, yaitu dimateraikan dlm nama pribadi Tuhan sorgawi yg Kudus & sakral - sebagaimana perumpamaan sertifikat rumah yg WAJIB terdaftar atas nama diri yg benar, yaitu: an. Rita Wahyu, bukan Rita Wagyu - apalagi jika hanya sekedar ditulis an. IBU... agar selanjutnya sertifikat tsb dpt betul2 diakui secara sah & mengikat sbg milik dari Rita Wahyu. Jadi jangan salah paham dgn mengartikan bhw hal tsb hanyalah sekedar fanatik/sok2an agar nampak berbeda dgn sebutan yg sdh berlaku umum selama ini 👍👍👍
@smileministry8006 Жыл бұрын
@@stanleyadriananta Nama asli? Apakah huruf Ibrani terdiri dari huruf a sampai z? Dan apakah sama huruf yg dipake zaman Musa dengan huruf Ibrani sekarang??
@metanoiachannel57723 жыл бұрын
Setuju... moga bu Rita buat video pendek... soalan dan jawapan
@stanleyadriananta3 жыл бұрын
Saya memikirkan satu kata dlm bahasa Indonesia yg memiliki arti serupa dlm bahasa Malaysia, namun ada sedikit perbedaan dlm penulisan maupun penyebutannya, yaitu kata "berbeda" dlm bahasa Indonesia, yg dituliskan/diucapkan menjadi "berbeza" dlm bahasa Malaysia. Disini ada perbedaan penulisan/penyebutan huruf D mjd Z atas kata tsb. Utk selanjutnya... cerita berikut hanyalah contoh dramatisasi dgn kejadian sbg berikut : . Negara Malaysia menempatkan duta besarnya yg baru utk Indonesia. Pada dokumen yg dibuat oleh pemerintah Malaysia atas penunjukkan duta besar baru tsb, ternyata nama tuan rumah yaitu Presiden Republik Indonesia dituliskan sebagai Joko Wizozo (D dituliskan Z sbgmn kata BERBEDA yg dituliskan mjd BERBEZA). Apakah dgn adanya perbedaan penulisan/pengucapan nama dari pejabat tuan rumah tsb, artinya pengangkatan duta besar Malaysia utk Indonesia tsb bisa dikatakan sah? Tentunya hal "sepele" tadi akhirnya justru mjdkan tidak sah atas ceremony pengangkatan dubes baru tsb... pdhl ini hanyalah ceremony kenegaraan di dunia fana. Tentunya dgn menyadari nama asli Presiden Republik Indonesia adalah Joko Widodo, maka sdh seharusnya dokumen yg telah dibuat oleh pemerintah Malaysia tsb utk segera dikoreksi agar acara pengangkatan dubes tadi bisa dinyatakan sah & mengikat. Sekarang coba pikirkan secara lebih mendalam... hanya sekedar ceremony di dunia fana saja, hal tsb harus dilakukan dengan teliti, tanpa ada toleransi atas kesalahan penulisan pada nama diri seseorang. Coba bayangkan sebuah sertifikat rumah an. Rita Wahyu, namun dituliskan mjd an. Rita Wagyu, atau hanya sekedar ditulis an. IBU... (kosong, alias tanpa satu nama pun yg dituliskan). Emang ini sertifikat an. ibu siapa koq gak ada namanya? Apakah hal spt ini tdk akan mjd masalah besar dikemudian hari? Begitu juga thd hal2 yg berkaitan dlm dunia peradilan, entah itu adlh peradilan pidana atau perdata, atau peradilan apapun diluar keduanya... jika salah satu nama yg tertera dalam suatu perkara adalah salah di dalam penulisannya, maka pengadilan thd perkara tsb adalah dinyatakan tidak sah & tidak dpt mengikat siapapun yg namanya salah dituliskan dlm perkara tsb. . Dalam Matius 18:18 telah dituliskan demikian : "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." . Pantaskah jika kita yang terbiasa sensitif atas salah penulisan pd nama2 duniawi, tapi dgn sengaja justru mengabaikan kebenaran dari nama2 sorgawi, seperti YHWH (Yahwe) yg adalah nama pribadi Tuhan yg disembah oleh bangsa Israel... dengan sembarangan justru diganti dgn sebutan allah yg adalah nama tuhan bagi keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru tidak mengakui ketuhanan Sang Putera... selanjutnya YESHUA HaMashiach yg adalah nama Ibrani asli Sang Mesias, justru diganti sebutannya menjadi nama ala Yunani... bandingkan dgn contoh Joko Widodo yg merupakan nama asli Indonesia dgn penulisan/pelafalan ala Indonesia, jika kemudian diganti penulisan/pelafalannya mjd ala Malaysia yaitu Joko Wizozo... apakah ceremony kenegaraan utk melantik dubes baru Malaysia tadi bisa dikatakan sah & mengikat??? . Memang saya sadari betul bahwa masyarakat +62 ini sulit sekali utk mengoreksi diri atas berbagai hal salah kaprah, apalagi jika hal tsb telah berlangsung secara turun temurun. Contohlah penyebutan jenis2 makanan cina yg berbahan dasar daging babi, misal bakpao, bakso, bakpia, bakmi, dll... yg sebenarnya arti dari awalan BAK tsb adalah jenis makanan yg menggunakan daging babi sbg bahan utamanya. Makanya jadi aneh kalo nama2 makanan tsb disebutkan secara salah kaprah turun temurun mjd al: bakpao kacang ijo, bakmi ayam, bakso sapi, dgn beralasan bhw bahan utamanya sdh tidak lagi menggunakan daging babi (tapi anehnya tetap menyebut bagian awal dari nama makanan tsb sbg BAK, yang artinya adalah menggunakan bahan utama daging babi). Tapi ya memang spt itulah kondisi +62... segala hal dianggap sebagai "urusan permen" ala anak kecil. Pdhl seharusnya sbg manusia dewasa penting sekali utk memahami kesakralan nama yg tidak boleh diubah2 semaunya sendiri, karena tentunya hal tsb tidaklah sesimpel mengubah sebutan nama2 makanan berbahan dasar daging babi yg jadi semakin acak adut spt contoh diatas, melainkan memiliki kadar keseriusan yg melebihi daripada sekedar salah penulisan nama Rita Wahyu menjadi Rita Wagyu pada selembar dokumen sertifikat kepemilikan tanah & bangunan... atau bersediakah Ibu Rita Wahyu jika Akta Kelahiran dari anak kandungnya sendiri dituliskan bahwa anak tsb merupakan anak dari seorang ibu yg bernama Rita Wagyu atau cukup sekedar ditulis bhw anak tsb adalah anak dari seorang IBU...??? . APALAGI jika ternyata SALAH KAPRAH tadi berkaitan dgn hal KESELAMATAN KEKAL dalam hal "dimaterai/dibaptis" dalam nama tuhan yg sebenarnya tidak pernah disembah sebagai Tuhannya Abraham, Ishak & Yakub, melainkan dibaptis dalam nama tuhan yg disembah oleh keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru menolak ketuhanan YESHUA Sang Mesias, alias YESHUA HaMashiach; atau secara simple dibaptis HANYA dgn menyebutkan sosok bapa - putra - roh kudus... BANDINGKAN dengan SOSOK LAIN YG JUGA DISEBUT BAPA dlm Yohanes 8:44 yang tertulis demikian: "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" . Dan BAHKAN SOSOK ROH KUDUS (PENGHIBUR), di dlm keyakinan sebelah... dgn begitu memaksakan diri mereka anggap sbg sosok dari nabi besar yg selama ini mereka puja2, sebagaimana ditulis pada Yohanes 14:25-26 demikian : "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" . Karena sesungguhnya sosok Tuhan yang kita sembah ini adalah sosok yg echad/esa/eka, dan memiliki nama pribadi, bukan hanya sekedar utk disebut sbg sosok bapa - putera - roh kudus, melainkan memiliki nama yg Kudus & sakral yaitu: YHWH - YESHUA HaMashiach - RUACH HaQodesh, dan pada ketiga nama esa tsblah seharusnya kita dimaterai/dibaptiskan, mjd suatu tanda sorgawi bahwa hidup kita ini telah dimaterai mjd milik kepunyaan-Nya, yaitu dimateraikan dlm nama pribadi Tuhan sorgawi yg Kudus & sakral - sebagaimana perumpamaan sertifikat rumah yg WAJIB terdaftar atas nama diri yg benar, yaitu: an. Rita Wahyu, bukan Rita Wagyu - apalagi jika hanya sekedar ditulis an. IBU... agar selanjutnya sertifikat tsb dpt betul2 diakui secara sah & mengikat sbg milik dari Rita Wahyu. Jadi jangan salah paham dgn mengartikan bhw hal tsb hanyalah sekedar fanatik/sok2an agar nampak berbeda dgn sebutan yg sdh berlaku umum selama ini 👍👍👍
@simsalsiahaan3504 жыл бұрын
bu Rita ini memang pinter dan saya sangat setuju dgn prinsip "mau belajar jangan jadi fanatik" artinya Klo mau belajar silahkan ambil refrensi sebanyak2nya utk menambah wawasan....dan saya memang dari protestan (HKBP) tetapi saya banyak belajar dari pak bambang nursena, pak daniel byantoro dan dari bu Rita sendiri. dan iman saya lebih dikuatkan dibandingkan sebelum mengenal mereka...karena menurut saya dari ketiga narasumber tersebut saya banyak memperoleh ilmu tentang bahasa, akar budaya yahudi dan history gereja mula mula....semangat bu Rita dan tetaplah berbagi ilmunya kepada orang lain...semoga panjang umur, sukses dan sehat selalu...Tuhan yesus memberkati bu Rita dan keluarga...
@elizabethgardenchannel2 күн бұрын
Saya izin bertanya bu Rita, sewaktu Tuhan di dunia murid-muridNya memanggil Dia siapa?
Di pedalaman sy lihat banyak org yg nulis baca aja masih banyak yg tdk bisa kalo kita memenangkan jiwa2 trs kita persulit lagi masalah bahasa ibrani dan panggilan pusing kepalanya bisa pecah itu. Ikut Tuhan Yesus itu simple percaya dgn iman. Lakukan firman dan hiduplah berbuah jd berkat. Zaman skrg hdp sudah susah dunia keadaan begini trs kita beritakan firnan dgn mempermasalahkan panggilan saja bagaimana jiwa bisa dimenangkan makanya sy lihat grj anda ga berkembang . Masalah udah banyak jiwa2 perlu jawaban bukan measalah panggilan yg ditekankan. Banyak tuh yg org bisu Tuhan tau bahasanya
@reaper54683 жыл бұрын
Setuju bu, pemahaman teologi yg baru seumur jagung sdh merasa lebih benar dari fakta historis yg sdh berabad-abad... ini yg membuat faksi2 dlm gereja. Tapi ada yg kurang pas mnrt sy dg analogi ibu mengenai nama Darmawan diganti generous man, justru ini analogi yg dipake mrk utk menuduh LAI mengganti2 nama Yesus
@simonndoloe12894 жыл бұрын
Sutrisno,,,,,Bu Rita lucu juga,,,,,Bu @Rita Wahyu,,,,di Amerika berubah jadi,,,,Rita Revelation,,,,Becanda bu
@stanleyadriananta3 жыл бұрын
Saya memikirkan satu kata dlm bahasa Indonesia yg memiliki arti serupa dlm bahasa Malaysia, namun ada sedikit perbedaan dlm penulisan maupun penyebutannya, yaitu kata "berbeda" dlm bahasa Indonesia, yg dituliskan/diucapkan menjadi "berbeza" dlm bahasa Malaysia. Disini ada perbedaan penulisan/penyebutan huruf D mjd Z atas kata tsb. Utk selanjutnya... cerita berikut hanyalah contoh dramatisasi dgn kejadian sbg berikut : . Negara Malaysia menempatkan duta besarnya yg baru utk Indonesia. Pada dokumen yg dibuat oleh pemerintah Malaysia atas penunjukkan duta besar baru tsb, ternyata nama tuan rumah yaitu Presiden Republik Indonesia dituliskan sebagai Joko Wizozo (D dituliskan Z sbgmn kata BERBEDA yg dituliskan mjd BERBEZA). Apakah dgn adanya perbedaan penulisan/pengucapan nama dari pejabat tuan rumah tsb, artinya pengangkatan duta besar Malaysia utk Indonesia tsb bisa dikatakan sah? Tentunya hal "sepele" tadi akhirnya justru mjdkan tidak sah atas ceremony pengangkatan dubes baru tsb... pdhl ini hanyalah ceremony kenegaraan di dunia fana. Tentunya dgn menyadari nama asli Presiden Republik Indonesia adalah Joko Widodo, maka sdh seharusnya dokumen yg telah dibuat oleh pemerintah Malaysia tsb utk segera dikoreksi agar acara pengangkatan dubes tadi bisa dinyatakan sah & mengikat. Sekarang coba pikirkan secara lebih mendalam... hanya sekedar ceremony di dunia fana saja, hal tsb harus dilakukan dengan teliti, tanpa ada toleransi atas kesalahan penulisan pada nama diri seseorang. Coba bayangkan sebuah sertifikat rumah an. Rita Wahyu, namun dituliskan mjd an. Rita Wagyu, atau hanya sekedar ditulis an. IBU... (kosong, alias tanpa satu nama pun yg dituliskan). Emang ini sertifikat an. ibu siapa koq gak ada namanya? Apakah hal spt ini tdk akan mjd masalah besar dikemudian hari? Begitu juga thd hal2 yg berkaitan dlm dunia peradilan, entah itu adlh peradilan pidana atau perdata, atau peradilan apapun diluar keduanya... jika salah satu nama yg tertera dalam suatu perkara adalah salah di dalam penulisannya, maka pengadilan thd perkara tsb adalah dinyatakan tidak sah & tidak dpt mengikat siapapun yg namanya salah dituliskan dlm perkara tsb. . Dalam Matius 18:18 telah dituliskan demikian : "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." . Pantaskah jika kita yang terbiasa sensitif atas salah penulisan pd nama2 duniawi, tapi dgn sengaja justru mengabaikan kebenaran dari nama2 sorgawi, seperti YHWH (Yahwe) yg adalah nama pribadi Tuhan yg disembah oleh bangsa Israel... dengan sembarangan justru diganti dgn sebutan allah yg adalah nama tuhan bagi keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru tidak mengakui ketuhanan Sang Putera... selanjutnya YESHUA HaMashiach yg adalah nama Ibrani asli Sang Mesias, justru diganti sebutannya menjadi nama ala Yunani... bandingkan dgn contoh Joko Widodo yg merupakan nama asli Indonesia dgn penulisan/pelafalan ala Indonesia, jika kemudian diganti penulisan/pelafalannya mjd ala Malaysia yaitu Joko Wizozo... apakah ceremony kenegaraan utk melantik dubes baru Malaysia tadi bisa dikatakan sah & mengikat??? . Memang saya sadari betul bahwa masyarakat +62 ini sulit sekali utk mengoreksi diri atas berbagai hal salah kaprah, apalagi jika hal tsb telah berlangsung secara turun temurun. Contohlah penyebutan jenis2 makanan cina yg berbahan dasar daging babi, misal bakpao, bakso, bakpia, bakmi, dll... yg sebenarnya arti dari awalan BAK tsb adalah jenis makanan yg menggunakan daging babi sbg bahan utamanya. Makanya jadi aneh kalo nama2 makanan tsb disebutkan secara salah kaprah turun temurun mjd al: bakpao kacang ijo, bakmi ayam, bakso sapi, dgn beralasan bhw bahan utamanya sdh tidak lagi menggunakan daging babi (tapi anehnya tetap menyebut bagian awal dari nama makanan tsb sbg BAK, yang artinya adalah menggunakan bahan utama daging babi). Tapi ya memang spt itulah kondisi +62... segala hal dianggap sebagai "urusan permen" ala anak kecil. Pdhl seharusnya sbg manusia dewasa penting sekali utk memahami kesakralan nama yg tidak boleh diubah2 semaunya sendiri, karena tentunya hal tsb tidaklah sesimpel mengubah sebutan nama2 makanan berbahan dasar daging babi yg jadi semakin acak adut spt contoh diatas, melainkan memiliki kadar keseriusan yg melebihi daripada sekedar salah penulisan nama Rita Wahyu menjadi Rita Wagyu pada selembar dokumen sertifikat kepemilikan tanah & bangunan... atau bersediakah Ibu Rita Wahyu jika Akta Kelahiran dari anak kandungnya sendiri dituliskan bahwa anak tsb merupakan anak dari seorang ibu yg bernama Rita Wagyu atau cukup sekedar ditulis bhw anak tsb adalah anak dari seorang IBU...??? . APALAGI jika ternyata SALAH KAPRAH tadi berkaitan dgn hal KESELAMATAN KEKAL dalam hal "dimaterai/dibaptis" dalam nama tuhan yg sebenarnya tidak pernah disembah sebagai Tuhannya Abraham, Ishak & Yakub, melainkan dibaptis dalam nama tuhan yg disembah oleh keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru menolak ketuhanan YESHUA Sang Mesias, alias YESHUA HaMashiach; atau secara simple dibaptis HANYA dgn menyebutkan sosok bapa - putra - roh kudus... BANDINGKAN dengan SOSOK LAIN YG JUGA DISEBUT BAPA dlm Yohanes 8:44 yang tertulis demikian: "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" . Dan BAHKAN SOSOK ROH KUDUS (PENGHIBUR), di dlm keyakinan sebelah... dgn begitu memaksakan diri mereka anggap sbg sosok dari nabi besar yg selama ini mereka puja2, sebagaimana ditulis pada Yohanes 14:25-26 demikian : "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" . Karena sesungguhnya sosok Tuhan yang kita sembah ini adalah sosok yg echad/esa/eka, dan memiliki nama pribadi, bukan hanya sekedar utk disebut sbg sosok bapa - putera - roh kudus, melainkan memiliki nama yg Kudus & sakral yaitu: YHWH - YESHUA HaMashiach - RUACH HaQodesh, dan pada ketiga nama esa tsblah seharusnya kita dimaterai/dibaptiskan, mjd suatu tanda sorgawi bahwa hidup kita ini telah dimaterai mjd milik kepunyaan-Nya, yaitu dimateraikan dlm nama pribadi Tuhan sorgawi yg Kudus & sakral - sebagaimana perumpamaan sertifikat rumah yg WAJIB terdaftar atas nama diri yg benar, yaitu: an. Rita Wahyu, bukan Rita Wagyu - apalagi jika hanya sekedar ditulis an. IBU... agar selanjutnya sertifikat tsb dpt betul2 diakui secara sah & mengikat sbg milik dari Rita Wahyu. Jadi jangan salah paham dgn mengartikan bhw hal tsb hanyalah sekedar fanatik/sok2an agar nampak berbeda dgn sebutan yg sdh berlaku umum selama ini 👍👍👍
@hasanhs3563 Жыл бұрын
Chen lung ke America berubah jadi Jacky chan.apa salah? Org ke Japan kerja, nama dia di kartu nama berubah jadi tulisan Japan .apa salah?
@salimanhandhoyo27986 ай бұрын
Amin amin
@daengdelon27774 жыл бұрын
Jelas, lugas terpercaya
@stanleyadriananta3 жыл бұрын
Saya memikirkan satu kata dlm bahasa Indonesia yg memiliki arti serupa dlm bahasa Malaysia, namun ada sedikit perbedaan dlm penulisan maupun penyebutannya, yaitu kata "berbeda" dlm bahasa Indonesia, yg dituliskan/diucapkan menjadi "berbeza" dlm bahasa Malaysia. Disini ada perbedaan penulisan/penyebutan huruf D mjd Z atas kata tsb. Utk selanjutnya... cerita berikut hanyalah contoh dramatisasi dgn kejadian sbg berikut : . Negara Malaysia menempatkan duta besarnya yg baru utk Indonesia. Pada dokumen yg dibuat oleh pemerintah Malaysia atas penunjukkan duta besar baru tsb, ternyata nama tuan rumah yaitu Presiden Republik Indonesia dituliskan sebagai Joko Wizozo (D dituliskan Z sbgmn kata BERBEDA yg dituliskan mjd BERBEZA). Apakah dgn adanya perbedaan penulisan/pengucapan nama dari pejabat tuan rumah tsb, artinya pengangkatan duta besar Malaysia utk Indonesia tsb bisa dikatakan sah? Tentunya hal "sepele" tadi akhirnya justru mjdkan tidak sah atas ceremony pengangkatan dubes baru tsb... pdhl ini hanyalah ceremony kenegaraan di dunia fana. Tentunya dgn menyadari nama asli Presiden Republik Indonesia adalah Joko Widodo, maka sdh seharusnya dokumen yg telah dibuat oleh pemerintah Malaysia tsb utk segera dikoreksi agar acara pengangkatan dubes tadi bisa dinyatakan sah & mengikat. Sekarang coba pikirkan secara lebih mendalam... hanya sekedar ceremony di dunia fana saja, hal tsb harus dilakukan dengan teliti, tanpa ada toleransi atas kesalahan penulisan pada nama diri seseorang. Coba bayangkan sebuah sertifikat rumah an. Rita Wahyu, namun dituliskan mjd an. Rita Wagyu, atau hanya sekedar ditulis an. IBU... (kosong, alias tanpa satu nama pun yg dituliskan). Emang ini sertifikat an. ibu siapa koq gak ada namanya? Apakah hal spt ini tdk akan mjd masalah besar dikemudian hari? Begitu juga thd hal2 yg berkaitan dlm dunia peradilan, entah itu adlh peradilan pidana atau perdata, atau peradilan apapun diluar keduanya... jika salah satu nama yg tertera dalam suatu perkara adalah salah di dalam penulisannya, maka pengadilan thd perkara tsb adalah dinyatakan tidak sah & tidak dpt mengikat siapapun yg namanya salah dituliskan dlm perkara tsb. . Dalam Matius 18:18 telah dituliskan demikian : "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." . Pantaskah jika kita yang terbiasa sensitif atas salah penulisan pd nama2 duniawi, tapi dgn sengaja justru mengabaikan kebenaran dari nama2 sorgawi, seperti YHWH (Yahwe) yg adalah nama pribadi Tuhan yg disembah oleh bangsa Israel... dengan sembarangan justru diganti dgn sebutan allah yg adalah nama tuhan bagi keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru tidak mengakui ketuhanan Sang Putera... selanjutnya YESHUA HaMashiach yg adalah nama Ibrani asli Sang Mesias, justru diganti sebutannya menjadi nama ala Yunani... bandingkan dgn contoh Joko Widodo yg merupakan nama asli Indonesia dgn penulisan/pelafalan ala Indonesia, jika kemudian diganti penulisan/pelafalannya mjd ala Malaysia yaitu Joko Wizozo... apakah ceremony kenegaraan utk melantik dubes baru Malaysia tadi bisa dikatakan sah & mengikat??? . Memang saya sadari betul bahwa masyarakat +62 ini sulit sekali utk mengoreksi diri atas berbagai hal salah kaprah, apalagi jika hal tsb telah berlangsung secara turun temurun. Contohlah penyebutan jenis2 makanan cina yg berbahan dasar daging babi, misal bakpao, bakso, bakpia, bakmi, dll... yg sebenarnya arti dari awalan BAK tsb adalah jenis makanan yg menggunakan daging babi sbg bahan utamanya. Makanya jadi aneh kalo nama2 makanan tsb disebutkan secara salah kaprah turun temurun mjd al: bakpao kacang ijo, bakmi ayam, bakso sapi, dgn beralasan bhw bahan utamanya sdh tidak lagi menggunakan daging babi (tapi anehnya tetap menyebut bagian awal dari nama makanan tsb sbg BAK, yang artinya adalah menggunakan bahan utama daging babi). Tapi ya memang spt itulah kondisi +62... segala hal dianggap sebagai "urusan permen" ala anak kecil. Pdhl seharusnya sbg manusia dewasa penting sekali utk memahami kesakralan nama yg tidak boleh diubah2 semaunya sendiri, karena tentunya hal tsb tidaklah sesimpel mengubah sebutan nama2 makanan berbahan dasar daging babi yg jadi semakin acak adut spt contoh diatas, melainkan memiliki kadar keseriusan yg melebihi daripada sekedar salah penulisan nama Rita Wahyu menjadi Rita Wagyu pada selembar dokumen sertifikat kepemilikan tanah & bangunan... atau bersediakah Ibu Rita Wahyu jika Akta Kelahiran dari anak kandungnya sendiri dituliskan bahwa anak tsb merupakan anak dari seorang ibu yg bernama Rita Wagyu atau cukup sekedar ditulis bhw anak tsb adalah anak dari seorang IBU...??? . APALAGI jika ternyata SALAH KAPRAH tadi berkaitan dgn hal KESELAMATAN KEKAL dalam hal "dimaterai/dibaptis" dalam nama tuhan yg sebenarnya tidak pernah disembah sebagai Tuhannya Abraham, Ishak & Yakub, melainkan dibaptis dalam nama tuhan yg disembah oleh keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru menolak ketuhanan YESHUA Sang Mesias, alias YESHUA HaMashiach; atau secara simple dibaptis HANYA dgn menyebutkan sosok bapa - putra - roh kudus... BANDINGKAN dengan SOSOK LAIN YG JUGA DISEBUT BAPA dlm Yohanes 8:44 yang tertulis demikian: "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" . Dan BAHKAN SOSOK ROH KUDUS (PENGHIBUR), di dlm keyakinan sebelah... dgn begitu memaksakan diri mereka anggap sbg sosok dari nabi besar yg selama ini mereka puja2, sebagaimana ditulis pada Yohanes 14:25-26 demikian : "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" . Karena sesungguhnya sosok Tuhan yang kita sembah ini adalah sosok yg echad/esa/eka, dan memiliki nama pribadi, bukan hanya sekedar utk disebut sbg sosok bapa - putera - roh kudus, melainkan memiliki nama yg Kudus & sakral yaitu: YHWH - YESHUA HaMashiach - RUACH HaQodesh, dan pada ketiga nama esa tsblah seharusnya kita dimaterai/dibaptiskan, mjd suatu tanda sorgawi bahwa hidup kita ini telah dimaterai mjd milik kepunyaan-Nya, yaitu dimateraikan dlm nama pribadi Tuhan sorgawi yg Kudus & sakral - sebagaimana perumpamaan sertifikat rumah yg WAJIB terdaftar atas nama diri yg benar, yaitu: an. Rita Wahyu, bukan Rita Wagyu - apalagi jika hanya sekedar ditulis an. IBU... agar selanjutnya sertifikat tsb dpt betul2 diakui secara sah & mengikat sbg milik dari Rita Wahyu. Jadi jangan salah paham dgn mengartikan bhw hal tsb hanyalah sekedar fanatik/sok2an agar nampak berbeda dgn sebutan yg sdh berlaku umum selama ini 👍👍👍
@lyzalilink7524 жыл бұрын
Masalah Nama itu tdk masalah krn Yesus Kristus dan Yeshua Hamasiakh adalah Pribadi yg Sama.,.....Sbab setiap bangsa mungkin krn berbeda bahasa shga penyebutannya Berbeda. Yg penting yg dimaksud adalah pribadi yg sama yaitu Yesus Kristus , Jesus Christ adalah Yeshua Hamasiakh.
@samuelgaol76532 жыл бұрын
Betul gak masalah, tp kalau nama asli kita sendiri dipanggil dgn sebutan yg lain di negara lain, apakah kita mau.?
@hasanhs3563 Жыл бұрын
@@samuelgaol7653 Kal anda kerja di Jepang, kartu nama anda di tulis dalam bhs Jepang .apa anda bilang tidak mau?
@petrussualan407 Жыл бұрын
Sgt setuju dan benar...
@mikaela2163 ай бұрын
@@samuelgaol7653 Ketika Injil diberitakan di China, bagaimana cara menulis Yeshua Hamasiakh dengan menggunakan aksara China?
@Speedvonnewstar3 жыл бұрын
Terimakasih. Pengetahuan saya bertambah.
@stanleyadriananta3 жыл бұрын
Saya memikirkan satu kata dlm bahasa Indonesia yg memiliki arti serupa dlm bahasa Malaysia, namun ada sedikit perbedaan dlm penulisan maupun penyebutannya, yaitu kata "berbeda" dlm bahasa Indonesia, yg dituliskan/diucapkan menjadi "berbeza" dlm bahasa Malaysia. Disini ada perbedaan penulisan/penyebutan huruf D mjd Z atas kata tsb. Utk selanjutnya... cerita berikut hanyalah contoh dramatisasi dgn kejadian sbg berikut : . Negara Malaysia menempatkan duta besarnya yg baru utk Indonesia. Pada dokumen yg dibuat oleh pemerintah Malaysia atas penunjukkan duta besar baru tsb, ternyata nama tuan rumah yaitu Presiden Republik Indonesia dituliskan sebagai Joko Wizozo (D dituliskan Z sbgmn kata BERBEDA yg dituliskan mjd BERBEZA). Apakah dgn adanya perbedaan penulisan/pengucapan nama dari pejabat tuan rumah tsb, artinya pengangkatan duta besar Malaysia utk Indonesia tsb bisa dikatakan sah? Tentunya hal "sepele" tadi akhirnya justru mjdkan tidak sah atas ceremony pengangkatan dubes baru tsb... pdhl ini hanyalah ceremony kenegaraan di dunia fana. Tentunya dgn menyadari nama asli Presiden Republik Indonesia adalah Joko Widodo, maka sdh seharusnya dokumen yg telah dibuat oleh pemerintah Malaysia tsb utk segera dikoreksi agar acara pengangkatan dubes tadi bisa dinyatakan sah & mengikat. Sekarang coba pikirkan secara lebih mendalam... hanya sekedar ceremony di dunia fana saja, hal tsb harus dilakukan dengan teliti, tanpa ada toleransi atas kesalahan penulisan pada nama diri seseorang. Coba bayangkan sebuah sertifikat rumah an. Rita Wahyu, namun dituliskan mjd an. Rita Wagyu, atau hanya sekedar ditulis an. IBU... (kosong, alias tanpa satu nama pun yg dituliskan). Emang ini sertifikat an. ibu siapa koq gak ada namanya? Apakah hal spt ini tdk akan mjd masalah besar dikemudian hari? Begitu juga thd hal2 yg berkaitan dlm dunia peradilan, entah itu adlh peradilan pidana atau perdata, atau peradilan apapun diluar keduanya... jika salah satu nama yg tertera dalam suatu perkara adalah salah di dalam penulisannya, maka pengadilan thd perkara tsb adalah dinyatakan tidak sah & tidak dpt mengikat siapapun yg namanya salah dituliskan dlm perkara tsb. . Dalam Matius 18:18 telah dituliskan demikian : "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." . Pantaskah jika kita yang terbiasa sensitif atas salah penulisan pd nama2 duniawi, tapi dgn sengaja justru mengabaikan kebenaran dari nama2 sorgawi, seperti YHWH (Yahweh) yg adalah nama pribadi Tuhan yg disembah oleh bangsa Israel... dengan sembarangan justru diganti dgn sebutan allah yg adalah nama tuhan bagi keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru tidak mengakui ketuhanan Sang Putera... selanjutnya YESHUA HaMashiach yg adalah nama Ibrani asli Sang Mesias, justru diganti sebutannya menjadi nama ala Yunani... bandingkan dgn contoh Joko Widodo yg merupakan nama asli Indonesia dgn penulisan/pelafalan ala Indonesia, jika kemudian diganti penulisan/pelafalannya mjd ala Malaysia yaitu Joko Wizozo... apakah ceremony kenegaraan utk melantik dubes baru Malaysia tadi bisa dikatakan sah & mengikat??? . Memang saya sadari betul bahwa masyarakat +62 ini sulit sekali utk mengoreksi diri atas berbagai hal salah kaprah, apalagi jika hal tsb telah berlangsung secara turun temurun. Contohlah penyebutan jenis2 makanan cina yg berbahan dasar daging babi, misal bakpao, bakso, bakpia, bakmi, dll... yg sebenarnya arti dari awalan BAK tsb adalah jenis makanan yg menggunakan daging babi sbg bahan utamanya. Makanya jadi aneh kalo nama2 makanan tsb disebutkan secara salah kaprah turun temurun mjd al: bakpao kacang ijo, bakmi ayam, bakso sapi, dgn beralasan bhw bahan utamanya sdh tidak lagi menggunakan daging babi (tapi anehnya tetap menyebut bagian awal dari nama makanan tsb sbg BAK, yang artinya adalah menggunakan bahan utama daging babi). Tapi ya memang spt itulah kondisi +62... segala hal dianggap sebagai "urusan permen" ala anak kecil. Pdhl seharusnya sbg manusia dewasa penting sekali utk memahami kesakralan nama yg tidak boleh diubah2 semaunya sendiri, karena tentunya hal tsb tidaklah sesimpel mengubah sebutan nama2 makanan berbahan dasar daging babi yg jadi semakin acak adut spt contoh diatas, melainkan memiliki kadar keseriusan yg melebihi daripada sekedar salah penulisan nama Rita Wahyu menjadi Rita Wagyu pada selembar dokumen sertifikat kepemilikan tanah & bangunan... atau bersediakah Ibu Rita Wahyu jika Akta Kelahiran dari anak kandungnya sendiri dituliskan bahwa anak tsb merupakan anak dari seorang ibu yg bernama Rita Wagyu atau cukup sekedar ditulis bhw anak tsb adalah anak dari seorang IBU...??? . APALAGI jika ternyata SALAH KAPRAH tadi berkaitan dgn hal KESELAMATAN KEKAL dalam hal "dimaterai/dibaptis" dalam nama tuhan yg sebenarnya tidak pernah disembah sebagai Tuhannya Abraham, Ishak & Yakub, melainkan dibaptis dalam nama tuhan yg disembah oleh keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru menolak ketuhanan YESHUA Sang Mesias, alias YESHUA HaMashiach; atau secara simple dibaptis HANYA dgn menyebutkan sosok bapa - putra - roh kudus... BANDINGKAN dengan SOSOK LAIN YG JUGA DISEBUT BAPA dlm Yohanes 8:44 yang tertulis demikian: "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" . Dan BAHKAN SOSOK ROH KUDUS (PENGHIBUR), di dlm keyakinan sebelah... dgn begitu memaksakan diri mereka anggap sbg sosok dari nabi besar yg selama ini mereka puja2, sebagaimana ditulis pada Yohanes 14:25-26 demikian : "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" . Karena sesungguhnya sosok Tuhan yang kita sembah ini adalah sosok yg echad/esa/eka, dan memiliki nama pribadi, bukan hanya sekedar utk disebut sbg sosok bapa - putera - roh kudus, melainkan memiliki nama yg Kudus & sakral yaitu: YHWH - YESHUA HaMashiach - RUACH HaQodesh, dan pada ketiga nama esa tsblah seharusnya kita dimaterai/dibaptiskan, mjd suatu tanda sorgawi bahwa hidup kita ini telah dimaterai mjd milik kepunyaan-Nya, yaitu dimateraikan dlm nama pribadi Tuhan sorgawi yg Kudus & sakral - sebagaimana perumpamaan sertifikat rumah yg WAJIB terdaftar atas nama diri yg benar, yaitu: an. Rita Wahyu, bukan Rita Wagyu - apalagi jika hanya sekedar ditulis an. IBU... agar selanjutnya sertifikat tsb dpt betul2 diakui secara sah & mengikat sbg milik dari Rita Wahyu. Jadi jangan salah paham dgn mengartikan bhw hal tsb hanyalah sekedar fanatik/sok2an agar nampak berbeda dgn sebutan yg sdh berlaku umum selama ini 👍👍👍
@Speedvonnewstar3 жыл бұрын
@@stanleyadriananta Di dunia fana, dunia hukum, dunia pidana dan perdata memang membutuhkan ketepatan identitas sehingga nama bahkan ditambahkan nama keluarga untuk menjamin identitas tsb. Tidak sampai di situ saja, bahkan perlu dibubuhkan tanda tangan bahkan cap jempol sebagai sidik jari yang tak terbantahkan sebagai identitas seseorang. Karena manusia memiliki pengetahuan terbatas untuk memastikan seseorang secara fisik. Namun pada Yesus yang adalah Tuhan? Dia tdk memerlukan identitas fisik untuk mengenal seseorang karena Tuhan mengenal hati. Dia juga tidak memerlukan identitas physicalnya untuk diproofing pada manusia karena tidak ada dua Yesus dan dua Tuhan lainnya. Kalau Tuhan harus dikenal dengan identitas fisik maka Dia tidak boleh diam di sorga tetapi harus diam di bumi sepanjang segala abad supaya dilihat, dikenal, dibedakan dgn tuhan lainnya. Ketika kita percaya pada Sang Juruselamat yaitu Yesus yang lahir dari perawan Maria, mati di salib dan bangkit pada hari ketiga, naik ke sorga dan yang akan datang kembali sebagai hakim maka itulah identitas yang sdh tidak tergantikan. Makanya bapa2 gereja merumuskannya dalam pengakuan "iman rasuli" sebagai identitas yg tidak mungkin keliru. Entah kemudian berbagai bahasa dan lafal penyebutan merubah nama Yeshua, Yesus, Jesus, Yesu, tidak akan menyandera, membatalkan ke-Tuhanannya. Karena siapakah manusia mau mengatur Tuhan? Dan kalau Tuhan tidak mempermasalahkan penglafalan mengapa manusia saling mempersalahkan? Yesus saja waktu di bumi tidak memanggil Bapa dgn nama YHWH bukti bahwa pengkultusan nama tidak diperlukan. Tuhan adalah TUHAN tidak ada yang lain.
@stanleyadriananta3 жыл бұрын
@@Speedvonnewstar Anehkan? Nama Tuhan surgawi yg Kudus & sakral dianggap biasa saja kalo diganti seenaknya dgn julukan bikinan manusia, bahkan diganti dgn julukan nama tuhan lain yg tidak pernah disembah oleh Abraham, Ishak & Yakub... Tapi giliran nama pemimpin negara Jokowi diganti jadi Jokovich dianggap penting... memang sebenarnya masalah nama adalah sangat penting, karena menyangkut siapakah nama pribadi Tuhan yg telah kita akui selama hidup di dunia, yg akan mengikat kita di akhirat kelak. Kenapa bisa begitu meremehkan nama Tuhan yg benar, pdhl melalui nama-Nya yg Kudus itu kita dimateraikan dgn cara dibaptis mjd milik-Nya shg tercatat pada nama-Nya yg benar, Kudus & sakral... yg kelak akan mjd kehidupan kekal kita utk selamanya (ingat Matius 18:18). Dan nama Tuhan yg Kudus ini secara jelas telah Ia nyatakan sendiri kepada Musa saat Ia menampakkan diri dalam bentuk api yg membakar semak2, yg sayangnya dlm kitab Keluaran 3:14-15 hanya diterjemahkan mjd : Firman Allah kepada Musa: "AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kau katakan kepada orang Israel: TUHAN, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak & Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu : itulah nama-Ku utk selama-lamanya & itulah sebutan-Ku turun-temurun." . Skrg pertanyaan besarnya adalah : apakah bangsa Israel sejak firman Tuhan yg disampaikan-Nya kepada Musa pada Keluaran 3:14-15 tsb menyebut nama diri-Nya sebagai nama sesembahan agama lain, yaitu allah? Coba anda cek sendiri, siapakah nama Tuhan yg disembah oleh bangsa Israel dari dulu sampai sekarang... apakah allah, ataukah YHWH spt yg Tuhan sebutkan secara jelas kpd Musa & menyatakan itulah nama-Ku utk selama-lamanya & itulah sebutan-Ku turun-temurun (Silakan anda cek sendiri pada bagian belakang Alkitab LAI anda... cari penjelasan tentang kata TUHAN pada bagian kamus tsb, anda akan menemukan nama YHWH atau diucapkan sbg Yahweh) . Anda tidak setuju tidak masalah... tapi Bapa yg kita sembah dlm nama Putera, masing2 memiliki nama yg Ia sebut sendiri dgn cukup jelas dihadapan Musa... dan sayangnya spt biasa tidak berlaku pd masyarakat +62. It's up to you +62!!!
@Speedvonnewstar3 жыл бұрын
@@stanleyadriananta Orang Yahudi saja gak sebut YHWH dan menggantinya dgn Adonai, apakah jadi bersalah? Anda yg terlalu berani menyebut Yahweh atau Yehovah (mana yg benar gak ada yg bisa pastikan) apakah pasti benar?
@stanleyadriananta3 жыл бұрын
@@Speedvonnewstar Krn dianggap terlalu berani menyebut nama YHWH, berarti sah2 saja utk menggantinya dgn nama tuhan lain yg justru tidak disembah oleh Abraham, Ishak & Yakub... gitu maksudnya? Kita memiliki Yeshua sbg pengantara, yg sebenarnya Yeshua ini adlh YHWH sendiri yg telah datang utk menebus dosa kita dgn wafat disalib... yg memang hal ini tlh ditolak sendiri oleh bangsa Israel, shg mendatangkan murka Tuhan dgn mencerai-beraikan bangsa Israel sejak tahun 70 Masehi s/d 14-05-1948 (bukankah tindakan MENOLAK YESHUA sbg Tuhan ini justru yg sebenarnya merupakan PENGHINAAN thd Tuhan, hingga akhirnya mendatangkan murka-Nya dgn cara mencerai-beraikan bangsa Israel sampai hampir 2000 tahun lamanya?) . Bahkan Pilatus sendiri tidak berani menanggung kesalahan karena telah menghukum mati Yeshua dgn cara membasuh tangannya sbg tanda melepaskan diri dari akibat perbuatan tsb sebagaimana ditulis dalam Matius 27:24-26 demikian: Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: "Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!" Dan seluruh rakyat itu (bangsa Israel) menjawab: "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!" Lalu ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Yeshua disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan... Ini lho yg namanya bangsa Israel, bukan hanya sekedar MENGHINA tapi dgn tidak memiliki pemahaman yg benar atas apa yg tjd, dgn beraninya justru meminta utk menghukum mati YHWH yg telah hadir ke dunia sebagai Mesias, bahkan bangsa Israel ini menyatakan diri sanggup menanggung dosa karena telah menyalibkan Yeshua HaMashiach yg adalah Sang Mesias, bahkan berani menanggungnya thd anak keturunan mereka... dan akhirnya sumpah serapah bangsa Israel tsb betul2 tjd & harus mereka tanggung turun-temurun semenjak tahun 70 Masehi s/d 14-05-1948. . Kalo kita menyebut nama-Nya dgn benar spt yg Ia sendiri nyatakan: "...itulah nama-Ku utk selama-lamanya & itulah sebutan-Ku turun-temurun"... menghinanya 'tu dimana bung... sdgkan Yeshua saja wafat dgn cara yg SANGAT HINA diantara 2 penjahat karena bangsa Israel sendiri yg memang menghendaki tjd spt itu dihadapan Pontius Pilatus, pdhl tadi menurutmu bangsa Israel tidak mau menyebut nama YHWH karena takut dianggap sbg tindakan yg MENGHINA Tuhan? Ini bukan menghina bung... kita sejak dulu memang sdh menghina-Nya dgn perbuatan dosa & Dialah yg menanggung segala dosa & penghinaan kita semua. Menyebut nama-Nya yg benar spt yg saya maksud disini bukan dlm kapasitas utk menghina (kita sendiri yg bisa menilai niat kita, apakah menyebutkan nama Tuhan tsb dgn tujuan utk menghina atau tidak), tapi yg saya lakukan disini sebenarnya adlh demi utk meluruskan, karena yg tjd selanjutnya justru malah menggunakan nama tuhan lain yg tidak pernah dinyatakan sendiri oleh Tuhan kpd Musa, yg seharusnya nama-Nya yg benar tsblah yg harus selalu dinyatakan/digunakan secara turun-temurun, karena memang itulah nama-Nya selama-lamanya (Keluaran 3:14-15). Yg punya nama saja meminta agar nama-Nya disebutkan sedemikian jelas & spesifik secara turun-temurun, lha koq anda semua malah protes, justru menggantinya dgn semaunya sendiri menggunakan nama tuhan lain dari keyakinan sebelah? (halo LAI...kenapa nama TUHAN yang Ia sendiri telah menyatakan bahwa: "...itulah nama-Ku utk selama-lamanya & itulah sebutan-Ku turun-temurun..." justru diganti nama-Nya dgn nama tuhan dari keyakinan sebelah yaitu allah, sementara nama TUHAN dari bangsa Israel yg sebenarnya justru hanya dimasukkan dibagian kamus pada halaman belakang dari Alkitab terbitan LAI???) . Dalam Zakharia 14:9 tertulis demikian: "Maka TUHAN akan menjadi Raja atas seluruh bumi; pada waktu itu TUHAN adalah satu-satunya dan nama-Nya satu-satunya" . Sementara dalam Yohanes 17:6 tertulis demikian: "Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia" . Menurutmu dari kedua ayat diatas tadi, nama siapakah yg dimaksud... allah atau YHWH, atau hanya sekedar penyebutan secara umum sbg tuhan, yg sebenarnya tidak ada bedanya dgn sebutan tuan (Gusti dlm bahasa Jawa pun tidak berbeda maknanya antara Tuhan dgn tuan, begitu pula God dlm bahasa Inggris yg tidak berbeda maknanya antara Tuhan dgn tuan). Bisa dikatakan Tuhan itu adalah sebutan gelar semacam tuan, sehingga jika disematkan pada nama diri seseorang misalkan Joko Widodo, maka akan disebut sbg Tn. Joko Widodo. Jadi harus dibedakan antara gelar tuan (tuhan) tadi, dgn nama pribadi yg sebenarnya dari si tuan (tuhan) tsb. . Karena tetangga sebelah pun memiliki nama tuhannya secara spesifik, yang selalu mereka sebutkan turun-temurun, yaitu: "Tiada Tuhan selain Allah" . Apakah ini berarti sosok yg dimaksudkan sbg NAMA pada Zakharia 14:9 maupun Yohanes 17:6 adalah nama tuhan sebagaimana yg dimaksud dlm keyakinan sebelah? Kalo anda mmg berkeberatan utk menyebut nama YHWH & lebih memilih utk menyebut nama allah thd Tuhan yg sesungguhnya disembah oleh Abraham, Ishak & Yakub (termasuk Musa) sbgmn yg Tuhan sendiri nyatakan agar nama-Nya disebutkan secara turun-temurun, karena Tuhan sendiri telah mengatakan: "Itulah nama-Ku utk selama-lamanya"... kenapa anda tidak sekalian mengucapkan kalimat syahadat secara lengkap sesuai ritual sebelah???
@rubinodjimbal6321 Жыл бұрын
Saya mahu memilih Yeshua HaMashiakh tetapi tidak bermasalah dgn Yesus Kristus. Tetapi bila Yeshua HaMashiakh dipermasalahkan maka timbullah juga masalah dgn Yesus Kristus.
@PaulLumansik4 ай бұрын
Mantap pembelajaran dari ibu Rita. Di indonesia saja bapak presiden Joko Widodo dipanggil JOKOWi
@marktan17412 жыл бұрын
Bukan sekedar boleh... Tdk boleh... Nama yg harus digunakan nama pemberian Bapa, bukan nama pemberian penguasa waktu itu...
@roymalukumaluku14244 жыл бұрын
Hadir bu rita .👍👍
@bahastuntas69504 жыл бұрын
Abadon. Apa arti bahasa ibarani .Apolion apa arti basa junani tolong ter jemakan bahasa indonesa bu .mks.
@ritawahyuwulandari4 жыл бұрын
Baca Ulasan di www.sarapanpagi.org/abadon-dan-apolion-vt3591.html#p19654
@imamsyafi42754 жыл бұрын
Ingin nanya .... .ibadah apa yang di ajarkan yesus untuk .ibadah harian .tolong di jawab bu .mksh
@rossalambok70024 жыл бұрын
Soal nama ga usah lagi dipermasalahkan . Di america org panggil Jesus. Di jepang org panggil yaso di indonesia org panggil Yesus . Anda mau spt di israel ga pp panggil Yosua . Su tau anda kelompok dari grj Hamasiah yg panggil suka debat masalah panggilan saja. Sy prnh itu ketemu org anda wah ngajak debat sy tinggalin. Bagi saya bukan debat tp melakukan firman yg penting
@stanleyadriananta3 жыл бұрын
Saya memikirkan satu kata dlm bahasa Indonesia yg memiliki arti serupa dlm bahasa Malaysia, namun ada sedikit perbedaan dlm penulisan maupun penyebutannya, yaitu kata "berbeda" dlm bahasa Indonesia, yg dituliskan/diucapkan menjadi "berbeza" dlm bahasa Malaysia. Disini ada perbedaan penulisan/penyebutan huruf D mjd Z atas kata tsb. Utk selanjutnya... cerita berikut hanyalah contoh dramatisasi dgn kejadian sbg berikut : . Negara Malaysia menempatkan duta besarnya yg baru utk Indonesia. Pada dokumen yg dibuat oleh pemerintah Malaysia atas penunjukkan duta besar baru tsb, ternyata nama tuan rumah yaitu Presiden Republik Indonesia dituliskan sebagai Joko Wizozo (D dituliskan Z sbgmn kata BERBEDA yg dituliskan mjd BERBEZA). Apakah dgn adanya perbedaan penulisan/pengucapan nama dari pejabat tuan rumah tsb, artinya pengangkatan duta besar Malaysia utk Indonesia tsb bisa dikatakan sah? Tentunya hal "sepele" tadi akhirnya justru mjdkan tidak sah atas ceremony pengangkatan dubes baru tsb... pdhl ini hanyalah ceremony kenegaraan di dunia fana. Tentunya dgn menyadari nama asli Presiden Republik Indonesia adalah Joko Widodo, maka sdh seharusnya dokumen yg telah dibuat oleh pemerintah Malaysia tsb utk segera dikoreksi agar acara pengangkatan dubes tadi bisa dinyatakan sah & mengikat. Sekarang coba pikirkan secara lebih mendalam... hanya sekedar ceremony di dunia fana saja, hal tsb harus dilakukan dengan teliti, tanpa ada toleransi atas kesalahan penulisan pada nama diri seseorang. Coba bayangkan sebuah sertifikat rumah an. Rita Wahyu, namun dituliskan mjd an. Rita Wagyu, atau hanya sekedar ditulis an. IBU... (kosong, alias tanpa satu nama pun yg dituliskan). Emang ini sertifikat an. ibu siapa koq gak ada namanya? Apakah hal spt ini tdk akan mjd masalah besar dikemudian hari? Begitu juga thd hal2 yg berkaitan dlm dunia peradilan, entah itu adlh peradilan pidana atau perdata, atau peradilan apapun diluar keduanya... jika salah satu nama yg tertera dalam suatu perkara adalah salah di dalam penulisannya, maka pengadilan thd perkara tsb adalah dinyatakan tidak sah & tidak dpt mengikat siapapun yg namanya salah dituliskan dlm perkara tsb. . Dalam Matius 18:18 telah dituliskan demikian : "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." . Pantaskah jika kita yang terbiasa sensitif atas salah penulisan pd nama2 duniawi, tapi dgn sengaja justru mengabaikan kebenaran dari nama2 sorgawi, seperti YHWH (Yahwe) yg adalah nama pribadi Tuhan yg disembah oleh bangsa Israel... dengan sembarangan justru diganti dgn sebutan allah yg adalah nama tuhan bagi keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru tidak mengakui ketuhanan Sang Putera... selanjutnya YESHUA HaMashiach yg adalah nama Ibrani asli Sang Mesias, justru diganti sebutannya menjadi nama ala Yunani... bandingkan dgn contoh Joko Widodo yg merupakan nama asli Indonesia dgn penulisan/pelafalan ala Indonesia, jika kemudian diganti penulisan/pelafalannya mjd ala Malaysia yaitu Joko Wizozo... apakah ceremony kenegaraan utk melantik dubes baru Malaysia tadi bisa dikatakan sah & mengikat??? . Memang saya sadari betul bahwa masyarakat +62 ini sulit sekali utk mengoreksi diri atas berbagai hal salah kaprah, apalagi jika hal tsb telah berlangsung secara turun temurun. Contohlah penyebutan jenis2 makanan cina yg berbahan dasar daging babi, misal bakpao, bakso, bakpia, bakmi, dll... yg sebenarnya arti dari awalan BAK tsb adalah jenis makanan yg menggunakan daging babi sbg bahan utamanya. Makanya jadi aneh kalo nama2 makanan tsb disebutkan secara salah kaprah turun temurun mjd al: bakpao kacang ijo, bakmi ayam, bakso sapi, dgn beralasan bhw bahan utamanya sdh tidak lagi menggunakan daging babi (tapi anehnya tetap menyebut bagian awal dari nama makanan tsb sbg BAK, yang artinya adalah menggunakan bahan utama daging babi). Tapi ya memang spt itulah kondisi +62... segala hal dianggap sebagai "urusan permen" ala anak kecil. Pdhl seharusnya sbg manusia dewasa penting sekali utk memahami kesakralan nama yg tidak boleh diubah2 semaunya sendiri, karena tentunya hal tsb tidaklah sesimpel mengubah sebutan nama2 makanan berbahan dasar daging babi yg jadi semakin acak adut spt contoh diatas, melainkan memiliki kadar keseriusan yg melebihi daripada sekedar salah penulisan nama Rita Wahyu menjadi Rita Wagyu pada selembar dokumen sertifikat kepemilikan tanah & bangunan... atau bersediakah Ibu Rita Wahyu jika Akta Kelahiran dari anak kandungnya sendiri dituliskan bahwa anak tsb merupakan anak dari seorang ibu yg bernama Rita Wagyu atau cukup sekedar ditulis bhw anak tsb adalah anak dari seorang IBU...??? . APALAGI jika ternyata SALAH KAPRAH tadi berkaitan dgn hal KESELAMATAN KEKAL dalam hal "dimaterai/dibaptis" dalam nama tuhan yg sebenarnya tidak pernah disembah sebagai Tuhannya Abraham, Ishak & Yakub, melainkan dibaptis dalam nama tuhan yg disembah oleh keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru menolak ketuhanan YESHUA Sang Mesias, alias YESHUA HaMashiach; atau secara simple dibaptis HANYA dgn menyebutkan sosok bapa - putra - roh kudus... BANDINGKAN dengan SOSOK LAIN YG JUGA DISEBUT BAPA dlm Yohanes 8:44 yang tertulis demikian: "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" . Dan BAHKAN SOSOK ROH KUDUS (PENGHIBUR), di dlm keyakinan sebelah... dgn begitu memaksakan diri mereka anggap sbg sosok dari nabi besar yg selama ini mereka puja2, sebagaimana ditulis pada Yohanes 14:25-26 demikian : "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" . Karena sesungguhnya sosok Tuhan yang kita sembah ini adalah sosok yg echad/esa/eka, dan memiliki nama pribadi, bukan hanya sekedar utk disebut sbg sosok bapa - putera - roh kudus, melainkan memiliki nama yg Kudus & sakral yaitu: YHWH - YESHUA HaMashiach - RUACH HaQodesh, dan pada ketiga nama esa tsblah seharusnya kita dimaterai/dibaptiskan, mjd suatu tanda sorgawi bahwa hidup kita ini telah dimaterai mjd milik kepunyaan-Nya, yaitu dimateraikan dlm nama pribadi Tuhan sorgawi yg Kudus & sakral - sebagaimana perumpamaan sertifikat rumah yg WAJIB terdaftar atas nama diri yg benar, yaitu: an. Rita Wahyu, bukan Rita Wagyu - apalagi jika hanya sekedar ditulis an. IBU... agar selanjutnya sertifikat tsb dpt betul2 diakui secara sah & mengikat sbg milik dari Rita Wahyu. Jadi jangan salah paham dgn mengartikan bhw hal tsb hanyalah sekedar fanatik/sok2an agar nampak berbeda dgn sebutan yg sdh berlaku umum selama ini 👍👍👍
@marktan17412 жыл бұрын
Ngaco, makanya klu merenungkan firman.. Harus teliti.... Ingat firman berkata, tidak ada nama lain yg didalamnya kita boleh diselamatkan... Perhatikan kalimat tidak ada nama lain.... Jadi cuma satu satunya nama lain...
@faustinuskaryadi66102 жыл бұрын
@@stanleyadriananta udah cek belum nama Raja Charles III di media berbahasa Spanyol? Apa nama Paus Fransiskus di media bahasa Inggris? Apa nama Paus Yohanes Paulus II di media berbahasa Italia? Kalau ga paham fenomena linguistik di Kekristenan Barat, ga usah komen. Nanti kelihatan bego sendiri. Kamu mau bikin kedutaan besar Republik Indonesia memprotes Presiden Joko Widodo ditulis menjadi Joko Wizozo? Inggris tidak mempermasalahkan tuh Raja Charles III disebut Carlos III di negara-negara berbahasa Spanyol.
@smileministry8006 Жыл бұрын
@@marktan1741 Apa itu?
@zaenaf77744 жыл бұрын
Nyimak .... dengan serius....
@stanleyadriananta3 жыл бұрын
Saya memikirkan satu kata dlm bahasa Indonesia yg memiliki arti serupa dlm bahasa Malaysia, namun ada sedikit perbedaan dlm penulisan maupun penyebutannya, yaitu kata "berbeda" dlm bahasa Indonesia, yg dituliskan/diucapkan menjadi "berbeza" dlm bahasa Malaysia. Disini ada perbedaan penulisan/penyebutan huruf D mjd Z atas kata tsb. Utk selanjutnya... cerita berikut hanyalah contoh dramatisasi dgn kejadian sbg berikut : . Negara Malaysia menempatkan duta besarnya yg baru utk Indonesia. Pada dokumen yg dibuat oleh pemerintah Malaysia atas penunjukkan duta besar baru tsb, ternyata nama tuan rumah yaitu Presiden Republik Indonesia dituliskan sebagai Joko Wizozo (D dituliskan Z sbgmn kata BERBEDA yg dituliskan mjd BERBEZA). Apakah dgn adanya perbedaan penulisan/pengucapan nama dari pejabat tuan rumah tsb, artinya pengangkatan duta besar Malaysia utk Indonesia tsb bisa dikatakan sah? Tentunya hal "sepele" tadi akhirnya justru mjdkan tidak sah atas ceremony pengangkatan dubes baru tsb... pdhl ini hanyalah ceremony kenegaraan di dunia fana. Tentunya dgn menyadari nama asli Presiden Republik Indonesia adalah Joko Widodo, maka sdh seharusnya dokumen yg telah dibuat oleh pemerintah Malaysia tsb utk segera dikoreksi agar acara pengangkatan dubes tadi bisa dinyatakan sah & mengikat. Sekarang coba pikirkan secara lebih mendalam... hanya sekedar ceremony di dunia fana saja, hal tsb harus dilakukan dengan teliti, tanpa ada toleransi atas kesalahan penulisan pada nama diri seseorang. Coba bayangkan sebuah sertifikat rumah an. Rita Wahyu, namun dituliskan mjd an. Rita Wagyu, atau hanya sekedar ditulis an. IBU... (kosong, alias tanpa satu nama pun yg dituliskan). Emang ini sertifikat an. ibu siapa koq gak ada namanya? Apakah hal spt ini tdk akan mjd masalah besar dikemudian hari? Begitu juga thd hal2 yg berkaitan dlm dunia peradilan, entah itu adlh peradilan pidana atau perdata, atau peradilan apapun diluar keduanya... jika salah satu nama yg tertera dalam suatu perkara adalah salah di dalam penulisannya, maka pengadilan thd perkara tsb adalah dinyatakan tidak sah & tidak dpt mengikat siapapun yg namanya salah dituliskan dlm perkara tsb. . Dalam Matius 18:18 telah dituliskan demikian : "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." . Pantaskah jika kita yang terbiasa sensitif atas salah penulisan pd nama2 duniawi, tapi dgn sengaja justru mengabaikan kebenaran dari nama2 sorgawi, seperti YHWH (Yahwe) yg adalah nama pribadi Tuhan yg disembah oleh bangsa Israel... dengan sembarangan justru diganti dgn sebutan allah yg adalah nama tuhan bagi keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru tidak mengakui ketuhanan Sang Putera... selanjutnya YESHUA HaMashiach yg adalah nama Ibrani asli Sang Mesias, justru diganti sebutannya menjadi nama ala Yunani... bandingkan dgn contoh Joko Widodo yg merupakan nama asli Indonesia dgn penulisan/pelafalan ala Indonesia, jika kemudian diganti penulisan/pelafalannya mjd ala Malaysia yaitu Joko Wizozo... apakah ceremony kenegaraan utk melantik dubes baru Malaysia tadi bisa dikatakan sah & mengikat??? . Memang saya sadari betul bahwa masyarakat +62 ini sulit sekali utk mengoreksi diri atas berbagai hal salah kaprah, apalagi jika hal tsb telah berlangsung secara turun temurun. Contohlah penyebutan jenis2 makanan cina yg berbahan dasar daging babi, misal bakpao, bakso, bakpia, bakmi, dll... yg sebenarnya arti dari awalan BAK tsb adalah jenis makanan yg menggunakan daging babi sbg bahan utamanya. Makanya jadi aneh kalo nama2 makanan tsb disebutkan secara salah kaprah turun temurun mjd al: bakpao kacang ijo, bakmi ayam, bakso sapi, dgn beralasan bhw bahan utamanya sdh tidak lagi menggunakan daging babi (tapi anehnya tetap menyebut bagian awal dari nama makanan tsb sbg BAK, yang artinya adalah menggunakan bahan utama daging babi). Tapi ya memang spt itulah kondisi +62... segala hal dianggap sebagai "urusan permen" ala anak kecil. Pdhl seharusnya sbg manusia dewasa penting sekali utk memahami kesakralan nama yg tidak boleh diubah2 semaunya sendiri, karena tentunya hal tsb tidaklah sesimpel mengubah sebutan nama2 makanan berbahan dasar daging babi yg jadi semakin acak adut spt contoh diatas, melainkan memiliki kadar keseriusan yg melebihi daripada sekedar salah penulisan nama Rita Wahyu menjadi Rita Wagyu pada selembar dokumen sertifikat kepemilikan tanah & bangunan... atau bersediakah Ibu Rita Wahyu jika Akta Kelahiran dari anak kandungnya sendiri dituliskan bahwa anak tsb merupakan anak dari seorang ibu yg bernama Rita Wagyu atau cukup sekedar ditulis bhw anak tsb adalah anak dari seorang IBU...??? . APALAGI jika ternyata SALAH KAPRAH tadi berkaitan dgn hal KESELAMATAN KEKAL dalam hal "dimaterai/dibaptis" dalam nama tuhan yg sebenarnya tidak pernah disembah sebagai Tuhannya Abraham, Ishak & Yakub, melainkan dibaptis dalam nama tuhan yg disembah oleh keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru menolak ketuhanan YESHUA Sang Mesias, alias YESHUA HaMashiach; atau secara simple dibaptis HANYA dgn menyebutkan sosok bapa - putra - roh kudus... BANDINGKAN dengan SOSOK LAIN YG JUGA DISEBUT BAPA dlm Yohanes 8:44 yang tertulis demikian: "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" . Dan BAHKAN SOSOK ROH KUDUS (PENGHIBUR), di dlm keyakinan sebelah... dgn begitu memaksakan diri mereka anggap sbg sosok dari nabi besar yg selama ini mereka puja2, sebagaimana ditulis pada Yohanes 14:25-26 demikian : "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" . Karena sesungguhnya sosok Tuhan yang kita sembah ini adalah sosok yg echad/esa/eka, dan memiliki nama pribadi, bukan hanya sekedar utk disebut sbg sosok bapa - putera - roh kudus, melainkan memiliki nama yg Kudus & sakral yaitu: YHWH - YESHUA HaMashiach - RUACH HaQodesh, dan pada ketiga nama esa tsblah seharusnya kita dimaterai/dibaptiskan, mjd suatu tanda sorgawi bahwa hidup kita ini telah dimaterai mjd milik kepunyaan-Nya, yaitu dimateraikan dlm nama pribadi Tuhan sorgawi yg Kudus & sakral - sebagaimana perumpamaan sertifikat rumah yg WAJIB terdaftar atas nama diri yg benar, yaitu: an. Rita Wahyu, bukan Rita Wagyu - apalagi jika hanya sekedar ditulis an. IBU... agar selanjutnya sertifikat tsb dpt betul2 diakui secara sah & mengikat sbg milik dari Rita Wahyu. Jadi jangan salah paham dgn mengartikan bhw hal tsb hanyalah sekedar fanatik/sok2an agar nampak berbeda dgn sebutan yg sdh berlaku umum selama ini 👍👍👍
@bonarsagala77023 жыл бұрын
Terima Kasih Buk Rita jangan belajar jadi Fanatis ..... JBU.
@3nsibero7863 жыл бұрын
God bless, 😀
@stefanuswindarhariadi94894 жыл бұрын
Om namo Yeshu parama bhagawattara bhagawatama 🙏🙏🙏
@trustobey18174 жыл бұрын
Galilea yang merupakan bagian dari daerah pekerjaan Tuhan Yesus disebut sebagai wilayah bangsa-bangsa (Matius 4:15) karena di sana banyak bangsa asing/non-yahudi. Penulisan Injil dengan bahasa Yunani oleh 4 rasul karena bahasa Yunani saat itu menjadi lingua franca atau bahasa internasional, kalau konteksnya sekarang lingua francanya bahasa Inggris. Tujuannya adalah agar Injil dapat dibaca dan dipahami oleh semua orang dan bangsa. Menurut saya, dengan penulisan Injil dalam bahasa Yunani oleh para rasul artinya bahwa masalah ini sudah beres di antara mereka n tidak ada masalah. Kalau di antara para rasul yang sudah bersama2 dengan Tuhan Yesus dan hidup di zaman yang sama dengan Tuhan Yesus urusan ini sudah beres kenapa orang2 yang baru muncul di abad 21 masih mempermasalahkannya ? Adakah orang2 ini lebih pinter daripada para rasul ? Mikiirrr... Jangan memakai pola pikir yang mengkultuskan suatu bahasa sebagai bahasa suci atau bahasa surgawi. Bahasa itu sifatnya netral.
@rosaliaindah22404 жыл бұрын
Saya jg heran cara pikir begitu
@wegahmanuke65784 жыл бұрын
Yesus, Jesu, Isa, Jesua... adalah merujuk pada satu pribadi yg sama, no problem, ada perbedaan yg didengar at dialek tiap suku, yg penting adalah.. segera kita akan tahu namaNya yg baru Wahyu 3:12 (TB) Barangsiapa menang, ia akan Kujadikan sokoguru di dalam Bait Suci Allah-Ku, dan ia tidak akan keluar lagi dari situ; dan padanya akan Kutuliskan nama Allah-Ku, nama kota Allah-Ku, yaitu Yerusalem baru, yang turun dari sorga dari Allah-Ku, dan *nama-Ku yang baru* . amen...
@madeagustinus7484 жыл бұрын
Setuju Bu, kita tak usah fanatik dg nama tp pribadi NYA Contoh : Mangga : B. Indo Pelem. : B Jawa Poh. : B Bali Mungkin banyak lg nama nya sesuai daerah masing," Jd terserah anda mau pakai yg mana Krn semua bhs yg beda itu menunjuk ke satu buah yaitu 'Mangga" Semua itu benar. So beriman dewasa lah.
@rf22254 жыл бұрын
“Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!” Filipi 2:9-11 TB www.bible.com/306/php.2.9-11.tb
@NetizenAnswer4 жыл бұрын
Ohh ya.. kalo seseorang bernama Made, kira-kira orang bule atau orang Jawa memanggilnya dengan nama......??? Tentunya dia tetap dipanggil dgn nama Made, bukan Mad ataupun EdaM... Sangat tidak mungkin untuk merubah nama seseorang..!!!! A : What's your name..?? Z : my name is Made..!! A : No. In my country your name Will change become Mad, Not Made..!! Z : ?#°%?! 😂😂😂😂😂 💖Bapa YHWH Menyertai kita 💖
@smileministry8006 Жыл бұрын
@@NetizenAnswer Bapa Yahweh ??copy dari mana? Y.s?
@djasminsim3074 жыл бұрын
Mantap ito....
@stanleyadriananta3 жыл бұрын
Saya memikirkan satu kata dlm bahasa Indonesia yg memiliki arti serupa dlm bahasa Malaysia, namun ada sedikit perbedaan dlm penulisan maupun penyebutannya, yaitu kata "berbeda" dlm bahasa Indonesia, yg dituliskan/diucapkan menjadi "berbeza" dlm bahasa Malaysia. Disini ada perbedaan penulisan/penyebutan huruf D mjd Z atas kata tsb. Utk selanjutnya... cerita berikut hanyalah contoh dramatisasi dgn kejadian sbg berikut : . Negara Malaysia menempatkan duta besarnya yg baru utk Indonesia. Pada dokumen yg dibuat oleh pemerintah Malaysia atas penunjukkan duta besar baru tsb, ternyata nama tuan rumah yaitu Presiden Republik Indonesia dituliskan sebagai Joko Wizozo (D dituliskan Z sbgmn kata BERBEDA yg dituliskan mjd BERBEZA). Apakah dgn adanya perbedaan penulisan/pengucapan nama dari pejabat tuan rumah tsb, artinya pengangkatan duta besar Malaysia utk Indonesia tsb bisa dikatakan sah? Tentunya hal "sepele" tadi akhirnya justru mjdkan tidak sah atas ceremony pengangkatan dubes baru tsb... pdhl ini hanyalah ceremony kenegaraan di dunia fana. Tentunya dgn menyadari nama asli Presiden Republik Indonesia adalah Joko Widodo, maka sdh seharusnya dokumen yg telah dibuat oleh pemerintah Malaysia tsb utk segera dikoreksi agar acara pengangkatan dubes tadi bisa dinyatakan sah & mengikat. Sekarang coba pikirkan secara lebih mendalam... hanya sekedar ceremony di dunia fana saja, hal tsb harus dilakukan dengan teliti, tanpa ada toleransi atas kesalahan penulisan pada nama diri seseorang. Coba bayangkan sebuah sertifikat rumah an. Rita Wahyu, namun dituliskan mjd an. Rita Wagyu, atau hanya sekedar ditulis an. IBU... (kosong, alias tanpa satu nama pun yg dituliskan). Emang ini sertifikat an. ibu siapa koq gak ada namanya? Apakah hal spt ini tdk akan mjd masalah besar dikemudian hari? Begitu juga thd hal2 yg berkaitan dlm dunia peradilan, entah itu adlh peradilan pidana atau perdata, atau peradilan apapun diluar keduanya... jika salah satu nama yg tertera dalam suatu perkara adalah salah di dalam penulisannya, maka pengadilan thd perkara tsb adalah dinyatakan tidak sah & tidak dpt mengikat siapapun yg namanya salah dituliskan dlm perkara tsb. . Dalam Matius 18:18 telah dituliskan demikian : "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." . Pantaskah jika kita yang terbiasa sensitif atas salah penulisan pd nama2 duniawi, tapi dgn sengaja justru mengabaikan kebenaran dari nama2 sorgawi, seperti YHWH (Yahwe) yg adalah nama pribadi Tuhan yg disembah oleh bangsa Israel... dengan sembarangan justru diganti dgn sebutan allah yg adalah nama tuhan bagi keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru tidak mengakui ketuhanan Sang Putera... selanjutnya YESHUA HaMashiach yg adalah nama Ibrani asli Sang Mesias, justru diganti sebutannya menjadi nama ala Yunani... bandingkan dgn contoh Joko Widodo yg merupakan nama asli Indonesia dgn penulisan/pelafalan ala Indonesia, jika kemudian diganti penulisan/pelafalannya mjd ala Malaysia yaitu Joko Wizozo... apakah ceremony kenegaraan utk melantik dubes baru Malaysia tadi bisa dikatakan sah & mengikat??? . Memang saya sadari betul bahwa masyarakat +62 ini sulit sekali utk mengoreksi diri atas berbagai hal salah kaprah, apalagi jika hal tsb telah berlangsung secara turun temurun. Contohlah penyebutan jenis2 makanan cina yg berbahan dasar daging babi, misal bakpao, bakso, bakpia, bakmi, dll... yg sebenarnya arti dari awalan BAK tsb adalah jenis makanan yg menggunakan daging babi sbg bahan utamanya. Makanya jadi aneh kalo nama2 makanan tsb disebutkan secara salah kaprah turun temurun mjd al: bakpao kacang ijo, bakmi ayam, bakso sapi, dgn beralasan bhw bahan utamanya sdh tidak lagi menggunakan daging babi (tapi anehnya tetap menyebut bagian awal dari nama makanan tsb sbg BAK, yang artinya adalah menggunakan bahan utama daging babi). Tapi ya memang spt itulah kondisi +62... segala hal dianggap sebagai "urusan permen" ala anak kecil. Pdhl seharusnya sbg manusia dewasa penting sekali utk memahami kesakralan nama yg tidak boleh diubah2 semaunya sendiri, karena tentunya hal tsb tidaklah sesimpel mengubah sebutan nama2 makanan berbahan dasar daging babi yg jadi semakin acak adut spt contoh diatas, melainkan memiliki kadar keseriusan yg melebihi daripada sekedar salah penulisan nama Rita Wahyu menjadi Rita Wagyu pada selembar dokumen sertifikat kepemilikan tanah & bangunan... atau bersediakah Ibu Rita Wahyu jika Akta Kelahiran dari anak kandungnya sendiri dituliskan bahwa anak tsb merupakan anak dari seorang ibu yg bernama Rita Wagyu atau cukup sekedar ditulis bhw anak tsb adalah anak dari seorang IBU...??? . APALAGI jika ternyata SALAH KAPRAH tadi berkaitan dgn hal KESELAMATAN KEKAL dalam hal "dimaterai/dibaptis" dalam nama tuhan yg sebenarnya tidak pernah disembah sebagai Tuhannya Abraham, Ishak & Yakub, melainkan dibaptis dalam nama tuhan yg disembah oleh keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru menolak ketuhanan YESHUA Sang Mesias, alias YESHUA HaMashiach; atau secara simple dibaptis HANYA dgn menyebutkan sosok bapa - putra - roh kudus... BANDINGKAN dengan SOSOK LAIN YG JUGA DISEBUT BAPA dlm Yohanes 8:44 yang tertulis demikian: "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" . Dan BAHKAN SOSOK ROH KUDUS (PENGHIBUR), di dlm keyakinan sebelah... dgn begitu memaksakan diri mereka anggap sbg sosok dari nabi besar yg selama ini mereka puja2, sebagaimana ditulis pada Yohanes 14:25-26 demikian : "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" . Karena sesungguhnya sosok Tuhan yang kita sembah ini adalah sosok yg echad/esa/eka, dan memiliki nama pribadi, bukan hanya sekedar utk disebut sbg sosok bapa - putera - roh kudus, melainkan memiliki nama yg Kudus & sakral yaitu: YHWH - YESHUA HaMashiach - RUACH HaQodesh, dan pada ketiga nama esa tsblah seharusnya kita dimaterai/dibaptiskan, mjd suatu tanda sorgawi bahwa hidup kita ini telah dimaterai mjd milik kepunyaan-Nya, yaitu dimateraikan dlm nama pribadi Tuhan sorgawi yg Kudus & sakral - sebagaimana perumpamaan sertifikat rumah yg WAJIB terdaftar atas nama diri yg benar, yaitu: an. Rita Wahyu, bukan Rita Wagyu - apalagi jika hanya sekedar ditulis an. IBU... agar selanjutnya sertifikat tsb dpt betul2 diakui secara sah & mengikat sbg milik dari Rita Wahyu. Jadi jangan salah paham dgn mengartikan bhw hal tsb hanyalah sekedar fanatik/sok2an agar nampak berbeda dgn sebutan yg sdh berlaku umum selama ini 👍👍👍
@look11974 жыл бұрын
Nyimak
@jalan-kebenaran-hidup42984 жыл бұрын
Fakta yg ada bhw orang2 yg ikut gereja agak ke yahudi2an itu, MEREKA INGIN HIDUP SEPERTI GEREJA MULA2 MENURUT PEMAHAMAN MEREKA, TETAPI FAKTANYA MEREKA KEHILANGAN “ KASIH MULA2 GEREJA ABAD 1 “ . Makanya yg gaya2an ibadah pakai bhs aramaik ibrani meniru gereja mula2, saya tanya : apakah kalian sudah menjual rumah/ tanahmu utk uangnya dibagi2 ke jemaat ?? hahahahaha
@pradjwalitamestikawati76693 жыл бұрын
Bu Rita, kalo buat petulant, harus bagaimana untuk belajar seperti ini ? Terima Kasih.
@pradjwalitamestikawati76693 жыл бұрын
Pemula maksdnya
@ritawahyuwulandari3 жыл бұрын
ikuti pelajaran di www.sarapanpagi.org/stt-ekumene-biblical-hebrew-bible-untuk-pemula-vt11425.html
@pradjwalitamestikawati76693 жыл бұрын
@@ritawahyuwulandari terima kasih banyak Ibu.
@whoami65232 жыл бұрын
Prinsip dasarnya satu. Nama diri boleh d ganti apa tidak?
@sugengsutardjo1834 жыл бұрын
TUHAN ITU MENYANGI SEMUA BANGSA BANGSA SEBAGAI MURIT NYA TUHAN BERBUDAYA DAYA YANG KUAT SALING MENGHARGAI SATU SAMA LAIN ILMU IMAN ART SENI KE INDAHAN TUHAN CIPTAKAN BERMACAM MACAM CARA BANYAK CARA YANG MENGAKUI TUHAN ESA=TUNGGAL SEMUA BAIK TUHAN ITU BAIK BUAT CIPTAANYA HABANYA YANG PERCAYA
@perlindungankasih18753 жыл бұрын
Bu ada pertanyaan saya imlah bahasa asli Ibrani Alkitab nya dan apa arti yg sebenarnya Trimakasih
@stanleyadriananta3 жыл бұрын
Saya memikirkan satu kata dlm bahasa Indonesia yg memiliki arti serupa dlm bahasa Malaysia, namun ada sedikit perbedaan dlm penulisan maupun penyebutannya, yaitu kata "berbeda" dlm bahasa Indonesia, yg dituliskan/diucapkan menjadi "berbeza" dlm bahasa Malaysia. Disini ada perbedaan penulisan/penyebutan huruf D mjd Z atas kata tsb. Utk selanjutnya... cerita berikut hanyalah contoh dramatisasi dgn kejadian sbg berikut : . Negara Malaysia menempatkan duta besarnya yg baru utk Indonesia. Pada dokumen yg dibuat oleh pemerintah Malaysia atas penunjukkan duta besar baru tsb, ternyata nama tuan rumah yaitu Presiden Republik Indonesia dituliskan sebagai Joko Wizozo (D dituliskan Z sbgmn kata BERBEDA yg dituliskan mjd BERBEZA). Apakah dgn adanya perbedaan penulisan/pengucapan nama dari pejabat tuan rumah tsb, artinya pengangkatan duta besar Malaysia utk Indonesia tsb bisa dikatakan sah? Tentunya hal "sepele" tadi akhirnya justru mjdkan tidak sah atas ceremony pengangkatan dubes baru tsb... pdhl ini hanyalah ceremony kenegaraan di dunia fana. Tentunya dgn menyadari nama asli Presiden Republik Indonesia adalah Joko Widodo, maka sdh seharusnya dokumen yg telah dibuat oleh pemerintah Malaysia tsb utk segera dikoreksi agar acara pengangkatan dubes tadi bisa dinyatakan sah & mengikat. Sekarang coba pikirkan secara lebih mendalam... hanya sekedar ceremony di dunia fana saja, hal tsb harus dilakukan dengan teliti, tanpa ada toleransi atas kesalahan penulisan pada nama diri seseorang. Coba bayangkan sebuah sertifikat rumah an. Rita Wahyu, namun dituliskan mjd an. Rita Wagyu, atau hanya sekedar ditulis an. IBU... (kosong, alias tanpa satu nama pun yg dituliskan). Emang ini sertifikat an. ibu siapa koq gak ada namanya? Apakah hal spt ini tdk akan mjd masalah besar dikemudian hari? Begitu juga thd hal2 yg berkaitan dlm dunia peradilan, entah itu adlh peradilan pidana atau perdata, atau peradilan apapun diluar keduanya... jika salah satu nama yg tertera dalam suatu perkara adalah salah di dalam penulisannya, maka pengadilan thd perkara tsb adalah dinyatakan tidak sah & tidak dpt mengikat siapapun yg namanya salah dituliskan dlm perkara tsb. . Dalam Matius 18:18 telah dituliskan demikian : "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." . Pantaskah jika kita yang terbiasa sensitif atas salah penulisan pd nama2 duniawi, tapi dgn sengaja justru mengabaikan kebenaran dari nama2 sorgawi, seperti YHWH (Yahwe) yg adalah nama pribadi Tuhan yg disembah oleh bangsa Israel... dengan sembarangan justru diganti dgn sebutan allah yg adalah nama tuhan bagi keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru tidak mengakui ketuhanan Sang Putera... selanjutnya YESHUA HaMashiach yg adalah nama Ibrani asli Sang Mesias, justru diganti sebutannya menjadi nama ala Yunani... bandingkan dgn contoh Joko Widodo yg merupakan nama asli Indonesia dgn penulisan/pelafalan ala Indonesia, jika kemudian diganti penulisan/pelafalannya mjd ala Malaysia yaitu Joko Wizozo... apakah ceremony kenegaraan utk melantik dubes baru Malaysia tadi bisa dikatakan sah & mengikat??? . Memang saya sadari betul bahwa masyarakat +62 ini sulit sekali utk mengoreksi diri atas berbagai hal salah kaprah, apalagi jika hal tsb telah berlangsung secara turun temurun. Contohlah penyebutan jenis2 makanan cina yg berbahan dasar daging babi, misal bakpao, bakso, bakpia, bakmi, dll... yg sebenarnya arti dari awalan BAK tsb adalah jenis makanan yg menggunakan daging babi sbg bahan utamanya. Makanya jadi aneh kalo nama2 makanan tsb disebutkan secara salah kaprah turun temurun mjd al: bakpao kacang ijo, bakmi ayam, bakso sapi, dgn beralasan bhw bahan utamanya sdh tidak lagi menggunakan daging babi (tapi anehnya tetap menyebut bagian awal dari nama makanan tsb sbg BAK, yang artinya adalah menggunakan bahan utama daging babi). Tapi ya memang spt itulah kondisi +62... segala hal dianggap sebagai "urusan permen" ala anak kecil. Pdhl seharusnya sbg manusia dewasa penting sekali utk memahami kesakralan nama yg tidak boleh diubah2 semaunya sendiri, karena tentunya hal tsb tidaklah sesimpel mengubah sebutan nama2 makanan berbahan dasar daging babi yg jadi semakin acak adut spt contoh diatas, melainkan memiliki kadar keseriusan yg melebihi daripada sekedar salah penulisan nama Rita Wahyu menjadi Rita Wagyu pada selembar dokumen sertifikat kepemilikan tanah & bangunan... atau bersediakah Ibu Rita Wahyu jika Akta Kelahiran dari anak kandungnya sendiri dituliskan bahwa anak tsb merupakan anak dari seorang ibu yg bernama Rita Wagyu atau cukup sekedar ditulis bhw anak tsb adalah anak dari seorang IBU...??? . APALAGI jika ternyata SALAH KAPRAH tadi berkaitan dgn hal KESELAMATAN KEKAL dalam hal "dimaterai/dibaptis" dalam nama tuhan yg sebenarnya tidak pernah disembah sebagai Tuhannya Abraham, Ishak & Yakub, melainkan dibaptis dalam nama tuhan yg disembah oleh keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru menolak ketuhanan YESHUA Sang Mesias, alias YESHUA HaMashiach; atau secara simple dibaptis HANYA dgn menyebutkan sosok bapa - putra - roh kudus... BANDINGKAN dengan SOSOK LAIN YG JUGA DISEBUT BAPA dlm Yohanes 8:44 yang tertulis demikian: "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" . Dan BAHKAN SOSOK ROH KUDUS (PENGHIBUR), di dlm keyakinan sebelah... dgn begitu memaksakan diri mereka anggap sbg sosok dari nabi besar yg selama ini mereka puja2, sebagaimana ditulis pada Yohanes 14:25-26 demikian : "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" . Karena sesungguhnya sosok Tuhan yang kita sembah ini adalah sosok yg echad/esa/eka, dan memiliki nama pribadi, bukan hanya sekedar utk disebut sbg sosok bapa - putera - roh kudus, melainkan memiliki nama yg Kudus & sakral yaitu: YHWH - YESHUA HaMashiach - RUACH HaQodesh, dan pada ketiga nama esa tsblah seharusnya kita dimaterai/dibaptiskan, mjd suatu tanda sorgawi bahwa hidup kita ini telah dimaterai mjd milik kepunyaan-Nya, yaitu dimateraikan dlm nama pribadi Tuhan sorgawi yg Kudus & sakral - sebagaimana perumpamaan sertifikat rumah yg WAJIB terdaftar atas nama diri yg benar, yaitu: an. Rita Wahyu, bukan Rita Wagyu - apalagi jika hanya sekedar ditulis an. IBU... agar selanjutnya sertifikat tsb dpt betul2 diakui secara sah & mengikat sbg milik dari Rita Wahyu. Jadi jangan salah paham dgn mengartikan bhw hal tsb hanyalah sekedar fanatik/sok2an agar nampak berbeda dgn sebutan yg sdh berlaku umum selama ini 👍👍👍
@hms874 жыл бұрын
Miris ketika melihat fenomena penggunaan nama Kristus Tuhan kita, "Yesus / Yeshua Hamasiakh" yg diucap skedar sbagai ritualitas, hanya digunakan tidak beda dengan "MANTRA" dlm praktik perdukunan. Sibuk dan pusing mengurusi sebutan, tanpa sadar dgn alasan dan sebab dari mengapa Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama. Fil.2:1-8 Maka kembali menjadi introspeksi bagi diri kita masing2 bahwa, Kebenaran itu utk dikenankan/dihidupi, bukan sekedar diucapkan. ketika dr mulut kita keluar ucapan 'dalam nama Yesus' atau "dalam nama Yeshua Hamasiakh" (mungkin bagi yg merasa fanatik, mrasa lebih 'ahli'/ lebih Torah dr yg lain), Apakah kehidupan kita sudah benar2 dipersiapkan mnjadi persembahan bagi dan demi kemuliaan dari Yang empunya Nama yg Agung itu?
@NetizenAnswer3 жыл бұрын
anda & saya tidak ada yg benar dihadapanNYA.. kita semua mendapat keselamatan karena DIA, jadi jgn mengjudge, apalagi kalo itu adalah kebenaran.. karena akan fatal akibatnya, di kehidupan yg kekal♥️
@megakelanabayu17344 жыл бұрын
Jdi alkitab/injil/ Bible pertama kali ditulis kapan Bu? & Dalam bahasa apa?
@nato90594 жыл бұрын
Klo menurut sya.. Sya tdk memersalakan ketika orng mengunakan nama Yesus.. Krna nama Yesus adalah salinan dari nama YESHUA Cman sya lebih suka dng Nama YESHUA krna nama nya secara bhsa ibrani mmpunyai arti yg sangat luas.. Tp dsni sya tdk mmpermasalahkan ketika Orng Mengunakan nama Yesus Tp klo sya di tnya Ya sya mnjwb nya sya lebih senang dan lebih ska mengunakan nama YESHUA krna mmpunyai nama yh sangat dalam dan luas Sdangkan Yesus sama sekali tdk mmpunyai arti.. Nama Yesus Hanya nma Terjemahan dari bhsa yunani yg di translet ke latin Iesus.. Krna Huruf yunani tdk mengenal fokal Y mknya Di tulis Iesous..
@faustinuskaryadi66102 жыл бұрын
Iesous tetap dibaca Yesus. Dan kamu pikir huruf Yod bukan untuk vokal i ?
@nato90592 жыл бұрын
@@faustinuskaryadi6610 vokal yod bs berbunyi "i" bs juga berbunyi "y" mknya kt harus liat letak posisi dan objek yg di ucapkan Iesous lafalan nya bukan yesus tp "esous" yesus itu pelafalan bhs indonesia Coba ada km dengar baik² pelafalan nya ya
@faustinuskaryadi66102 жыл бұрын
@@nato9059 intinya sih, sacred name movement absurd. Nama Sri Paus itu beda bahasa beda penyebutan. Paus Yohanes Paulus - Indonesia Pope John Paul - Inggris Papa Juan Pablo - Spanyol Papa Giovanni Paolo - Italia Nama raja Inggris juga bisa beda di beberapa bahasa Eropa Charles III - Inggris III Çarlz - Azerbaijan Carlos III - Spanyol dan Italia Čārlzs III - Latvia Carl III - Lombardi Juga kalau di Asia Timur, nama Presiden China Xi Jinping kalau di media bahasa Jepang akan dilafalkan menjadi Shu Kinpei. Sacred name movement bisa menjadi absurd jika dipaksakan ke Asia Timur yang bahasanya cenderung isolasi, susah melafalkan nama Asing kaya Jepang. Untungnya sih Yeshua masih bisa dieja dengan Katakana tanpa mengubah banyak bunyinya イェシュア, tapi kalau Elohim, bisa jadi Erohimu, malah dianggap nama erotis lagi. Aduh, ngga deh. Jangan deh tuh sacred name movement sampai berkembang di Asia Timur.
@NetizenAnswer Жыл бұрын
I ❤ Yeshua Elohim
@MrKaiden24 жыл бұрын
God is good
@thefamilydays99173 жыл бұрын
Sebaiknya kalau sudah tau nama aslinya Yesua Hamasiakh di pakai nama yang sebenarnya ... karna mmng biarpun qt pergi ke negara mana/ berbicara dalam bahasa apa saja tapi nama qt tidak akan berubah... contoh nama saya Christina , tidak mungkin kalau pergi ke negara lain di panggil christa ya kan , dan tentu saja walaupun orang yg menunjukan nama itu ke saya , saya tidak akan menyaut atau menyapa karna mmng itu bukan nama saya 🙏 Adonai Yesua Hamasiakh Memberkati ...
@ergetx382 жыл бұрын
Jadi Para Rasul yang menulis Yeshua Hamasiakh menjadi Yesus Kristus di PB adalah salah menurut anda?
@None-if3mo Жыл бұрын
@@ergetx38 lah bodoh para rasul gak ada yang nyebut yesus kristus, yang ngubah kan orang romawi
@smileministry8006 Жыл бұрын
Nama asli? Apakah huruf Ibrani terdiri dari huruf a sampai z ? Samakah huruf yg dipake zaman Musa dgn Ibrani sekarang ? Bagaimana pula dengan alkitab Japan,Mandarin ?apakah salah ?
@jesusislord37304 жыл бұрын
Setuju bu , Yesus maha tau , Dia tau yg kita maksud , ngga perlu pake bahasa tertentu.
@stanleyadriananta3 жыл бұрын
Saya memikirkan satu kata dlm bahasa Indonesia yg memiliki arti serupa dlm bahasa Malaysia, namun ada sedikit perbedaan dlm penulisan maupun penyebutannya, yaitu kata "berbeda" dlm bahasa Indonesia, yg dituliskan/diucapkan menjadi "berbeza" dlm bahasa Malaysia. Disini ada perbedaan penulisan/penyebutan huruf D mjd Z atas kata tsb. Utk selanjutnya... cerita berikut hanyalah contoh dramatisasi dgn kejadian sbg berikut : . Negara Malaysia menempatkan duta besarnya yg baru utk Indonesia. Pada dokumen yg dibuat oleh pemerintah Malaysia atas penunjukkan duta besar baru tsb, ternyata nama tuan rumah yaitu Presiden Republik Indonesia dituliskan sebagai Joko Wizozo (D dituliskan Z sbgmn kata BERBEDA yg dituliskan mjd BERBEZA). Apakah dgn adanya perbedaan penulisan/pengucapan nama dari pejabat tuan rumah tsb, artinya pengangkatan duta besar Malaysia utk Indonesia tsb bisa dikatakan sah? Tentunya hal "sepele" tadi akhirnya justru mjdkan tidak sah atas ceremony pengangkatan dubes baru tsb... pdhl ini hanyalah ceremony kenegaraan di dunia fana. Tentunya dgn menyadari nama asli Presiden Republik Indonesia adalah Joko Widodo, maka sdh seharusnya dokumen yg telah dibuat oleh pemerintah Malaysia tsb utk segera dikoreksi agar acara pengangkatan dubes tadi bisa dinyatakan sah & mengikat. Sekarang coba pikirkan secara lebih mendalam... hanya sekedar ceremony di dunia fana saja, hal tsb harus dilakukan dengan teliti, tanpa ada toleransi atas kesalahan penulisan pada nama diri seseorang. Coba bayangkan sebuah sertifikat rumah an. Rita Wahyu, namun dituliskan mjd an. Rita Wagyu, atau hanya sekedar ditulis an. IBU... (kosong, alias tanpa satu nama pun yg dituliskan). Emang ini sertifikat an. ibu siapa koq gak ada namanya? Apakah hal spt ini tdk akan mjd masalah besar dikemudian hari? Begitu juga thd hal2 yg berkaitan dlm dunia peradilan, entah itu adlh peradilan pidana atau perdata, atau peradilan apapun diluar keduanya... jika salah satu nama yg tertera dalam suatu perkara adalah salah di dalam penulisannya, maka pengadilan thd perkara tsb adalah dinyatakan tidak sah & tidak dpt mengikat siapapun yg namanya salah dituliskan dlm perkara tsb. . Dalam Matius 18:18 telah dituliskan demikian : "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." . Pantaskah jika kita yang terbiasa sensitif atas salah penulisan pd nama2 duniawi, tapi dgn sengaja justru mengabaikan kebenaran dari nama2 sorgawi, seperti YHWH (Yahwe) yg adalah nama pribadi Tuhan yg disembah oleh bangsa Israel... dengan sembarangan justru diganti dgn sebutan allah yg adalah nama tuhan bagi keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru tidak mengakui ketuhanan Sang Putera... selanjutnya YESHUA HaMashiach yg adalah nama Ibrani asli Sang Mesias, justru diganti sebutannya menjadi nama ala Yunani... bandingkan dgn contoh Joko Widodo yg merupakan nama asli Indonesia dgn penulisan/pelafalan ala Indonesia, jika kemudian diganti penulisan/pelafalannya mjd ala Malaysia yaitu Joko Wizozo... apakah ceremony kenegaraan utk melantik dubes baru Malaysia tadi bisa dikatakan sah & mengikat??? . Memang saya sadari betul bahwa masyarakat +62 ini sulit sekali utk mengoreksi diri atas berbagai hal salah kaprah, apalagi jika hal tsb telah berlangsung secara turun temurun. Contohlah penyebutan jenis2 makanan cina yg berbahan dasar daging babi, misal bakpao, bakso, bakpia, bakmi, dll... yg sebenarnya arti dari awalan BAK tsb adalah jenis makanan yg menggunakan daging babi sbg bahan utamanya. Makanya jadi aneh kalo nama2 makanan tsb disebutkan secara salah kaprah turun temurun mjd al: bakpao kacang ijo, bakmi ayam, bakso sapi, dgn beralasan bhw bahan utamanya sdh tidak lagi menggunakan daging babi (tapi anehnya tetap menyebut bagian awal dari nama makanan tsb sbg BAK, yang artinya adalah menggunakan bahan utama daging babi). Tapi ya memang spt itulah kondisi +62... segala hal dianggap sebagai "urusan permen" ala anak kecil. Pdhl seharusnya sbg manusia dewasa penting sekali utk memahami kesakralan nama yg tidak boleh diubah2 semaunya sendiri, karena tentunya hal tsb tidaklah sesimpel mengubah sebutan nama2 makanan berbahan dasar daging babi yg jadi semakin acak adut spt contoh diatas, melainkan memiliki kadar keseriusan yg melebihi daripada sekedar salah penulisan nama Rita Wahyu menjadi Rita Wagyu pada selembar dokumen sertifikat kepemilikan tanah & bangunan... atau bersediakah Ibu Rita Wahyu jika Akta Kelahiran dari anak kandungnya sendiri dituliskan bahwa anak tsb merupakan anak dari seorang ibu yg bernama Rita Wagyu atau cukup sekedar ditulis bhw anak tsb adalah anak dari seorang IBU...??? . APALAGI jika ternyata SALAH KAPRAH tadi berkaitan dgn hal KESELAMATAN KEKAL dalam hal "dimaterai/dibaptis" dalam nama tuhan yg sebenarnya tidak pernah disembah sebagai Tuhannya Abraham, Ishak & Yakub, melainkan dibaptis dalam nama tuhan yg disembah oleh keyakinan sebelah - yg sebenarnya justru menolak ketuhanan YESHUA Sang Mesias, alias YESHUA HaMashiach; atau secara simple dibaptis HANYA dgn menyebutkan sosok bapa - putra - roh kudus... BANDINGKAN dengan SOSOK LAIN YG JUGA DISEBUT BAPA dlm Yohanes 8:44 yang tertulis demikian: "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" . Dan BAHKAN SOSOK ROH KUDUS (PENGHIBUR), di dlm keyakinan sebelah... dgn begitu memaksakan diri mereka anggap sbg sosok dari nabi besar yg selama ini mereka puja2, sebagaimana ditulis pada Yohanes 14:25-26 demikian : "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" . Karena sesungguhnya sosok Tuhan yang kita sembah ini adalah sosok yg echad/esa/eka, dan memiliki nama pribadi, bukan hanya sekedar utk disebut sbg sosok bapa - putera - roh kudus, melainkan memiliki nama yg Kudus & sakral yaitu: YHWH - YESHUA HaMashiach - RUACH HaQodesh, dan pada ketiga nama esa tsblah seharusnya kita dimaterai/dibaptiskan, mjd suatu tanda sorgawi bahwa hidup kita ini telah dimaterai mjd milik kepunyaan-Nya, yaitu dimateraikan dlm nama pribadi Tuhan sorgawi yg Kudus & sakral - sebagaimana perumpamaan sertifikat rumah yg WAJIB terdaftar atas nama diri yg benar, yaitu: an. Rita Wahyu, bukan Rita Wagyu - apalagi jika hanya sekedar ditulis an. IBU... agar selanjutnya sertifikat tsb dpt betul2 diakui secara sah & mengikat sbg milik dari Rita Wahyu. Jadi jangan salah paham dgn mengartikan bhw hal tsb hanyalah sekedar fanatik/sok2an agar nampak berbeda dgn sebutan yg sdh berlaku umum selama ini 👍👍👍
@bayue53114 жыл бұрын
Saya dapat rekomendasi dari Video Truth.id oleh Pdt.Dr.Erastus Sabdono utk belajar Ibrani dr Bu.Rita Wahyu
@ritawahyuwulandari4 жыл бұрын
Bayu E blessings 🙏
@bayue53114 жыл бұрын
@@ritawahyuwulandari GBU too 😁
@tofel3883 Жыл бұрын
Saya ingin belajar bahasa Ibrani, bagaimana caranya...?! 🙏
@ritawahyuwulandari Жыл бұрын
Silahkan daftar gratis di www.shemalifeclass.com
@byEPI Жыл бұрын
@@ritawahyuwulandari saya juga mau belajar bahasa ibrani tapi kenapa gak bisa di buka link nya