Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ Alhamdulillah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Allah Tabaroka wa Ta’ala atas segala nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada kita. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa nikmat Allah itu tidak pernah berhenti sebagaimana kehidupan kita, dimana bumi di pijak di sana ada nikmat الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Sebagaimana Shalawat dan Salam semoga tercurahkan kepada Rasul kita, Nabi kita Rasulullah ﷺ beserta para keluarga, para sahabat dan orang-orang yang istiqamah berjalan dibawah naungan Sunnah beliau sampai Hari Kiamat kelak. Dan semoga Allah merahmati Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى beserta keluarganya dan seluruh ulama kita dan semoga Allah merahmati Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri حفظه الله dan seluruh team berserta keluarganya dan juga orang-orang yang beriman dan umat Muslim dimanapun mereka berada. Dan juga semoga Allah memberikan kekuatan dan ketabahan untuk kaum Muslimin dan Muslimat yang sedang terzhalimi di Palestina, di Uyghur dan di belahan Bumi lainnya, serta memberikan perlindungan kepada kita semua sebagai umat Nabi Muhammad ﷺ, آمِيْنُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن. PART ONE Makna ke-3 dari QS An-Nisa’: 36 adalah sebagai berikut; Kita masih membahas ayat pertama yang Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى bawakan yaitu dalam QS An-Nisa’: 36, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (QS An-Nisa’: 36). Setelah Allah perintahkan kita untuk beribadah hanya kepada Allah, tidak melakukan kesyirikan lalu berbuat baik kepada orang tua, keluarga, anak yatim, fakir miskin dan kepada tetangga, kepada teman sejawat, teman kerja, dengan teman safar dan dengan Istri, dengan musafir dan dengan hamba sahaya di masa tersebut. Dan ketika kita menjalankan perintah ini orang-orang beriman melakukannya bukan dalam rangka berharap feedback dari manusia atau punya kepentingan, namun ia melakukan itu dengan harapan dicintai oleh الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, makanya penutupan ayat ini, Allah menjelaskan tentang cinta إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (QS An-Nisa’: 36). Dan sebagaimana yang sudah dijelaskan keterangan sebagian para ulama seperti keterangan Al Imam As-Sa’di رحمه الله, ‘Bahwa yang menggagalkan kita mentauhidkan Allah lalu membuat kita jatuh ke dalam kesyirikan, menggagalkan kita untuk berbakti kepada orang tua, baik kepada keluarga, lalu baik dengan anak yatim, fakir miskin, tetangga, teman kantor, teman kerja, teman safar dan menghalangi kita baik dengan istri kita, lalu musafir dan hamba sahaya dan itu disebabkan oleh kesombongan kita dan sifat kita yang suka berbangga-bangga dan meremehkan orang (underestimate), merasa diri lebih baik, suci dan bertakwa dari orang lain yang pada akhirnya kita tidak dicintai oleh 'الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Maka mafhum dari ayat ini bahwa sebaliknya, kemampuan seseorang dalam berbuat baik itu sangat ditentukan oleh motif, niat, untuk senantiasa dicintai oleh الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Dan apabila seseorang berhasil mentauhidkan Allah dan tidak melakukan kesyirikan lalu berbuat baik kepada orang tua dan seterusnya, itu akan membuat dia dicintai oleh الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Dan ini yang paling penting dalam kehidupan kita yaitu dicintai oleh الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Jadi orang-orang beriman melakukan hal ini bukan untuk kepentingan duniawi, kita baik kepada teman kerja, teman kantor atau client kita bukan untuk urusan duniawi dan ambisi duniawi. Kita baik dengan orang tua kita bukan karena ingin mendapatkan jatah yang banyak bahkan mengalahkan saudara-saudara kandung kita. Namun kita berbuat baik dengan mereka karena ingin dicintai oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala. Kita berbuat baik dengan tetangga dan ini Bab yang sedang kita bahas itu karena ingin dicintai oleh Allah. Dan itu motivasi orang-orang beriman, sehingga mereka bisa tampil dengan performa yang apik dan baik dimanapun mereka berada, walaupun tidak sempurna tentu saja, karena tidak ada kesempurnaan diantara kita. Tapi mereka akan berusaha dan terus berusaha, karena mereka ingin dicintai. Mereka akan menjadi pribadi yang tawadhu (merendah) bukan karena lemah, minder, pesimis, merasa kalah dan merasa diri paling kecil lalu dia minder, bukan itu. Namun kita merendahkan hati itu karena kita ingin dicintai oleh Allah, tidak membangga-banggakan diri bukan berarti kita tidak punya prestasi dan karya tetapi kita ingin dicintai oleh الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Allah tidak suka dan tidak mencintai مُخْتَالًا فَخُورًا مَن كَانَ “Orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”. Dan ini yang menimbulkan kekhawatiran orang-orang beriman kalau saya membangga-banggakan karya saya, ibadah-ibadah saya, merasa diri lebih baik dan suci daripada orang lain. Mungkin orang akan kagum kepada saya tapi Rabb saya akan membenci saya, dan ini yang paling tidak diinginkan dan paling dikhawatirkan. Jadi motivasi besar kita adalah bagaimana dicintai oleh الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى karena orang-orang beriman tahu dan sadar, kalau dia dicintai oleh Allah itu ٱللَّٰهُ أَكْبَرُ. Lalu apa Ucapan الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam Hadits Qudsi, كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ “Maka Akulah pendengarannya yang ia jadikan untuk mendengar”, sehingga yang kita dengar adalah yang baik-baik saja dan apa yang kita dengar tidak akan menghancurkan hati kita, tidak akan membuat hati kita terpuruk, karena Allah yang jaga pendengaran kita. Kemudian وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ “Dan pandangannya yang ia jadikan untuk memandang”, Allah akan jaga penglihatan kita sehingga kita tidak melihat hal-hal yang menjatuhkan, merusak dan menurunkan Iman kita, sehingga tidak melihat hal-hal yang membuat kita trauma. Allah akan jaga kita, menjaga pendengaran kita, menjaga penglihatan, pandangan dan mata kita. Dan itu terjadi, ada banyak orangtua ketika anaknya baik, dan anak tersebut pada masa remaja pernah melalui fase yang yang tidak baik atau fase buruk dan ada banyak orang tua ketika anaknya berbuat itu mereka tidak pernah mendengar tentang fase tersebut, lalu anaknya mendapatkan hidayah kemudian membaik dan seterusnya dan itu yang di dengar oleh orang tuanya, dan orang tuanya tidak pernah mendengar tingkah polah anaknya pada fase tersebut, pokoknya orang tua senang saja dengan anaknya dan dido’akan terus, Subhanallah. Tapi kalau orangtuanya dengar itu akan membuat orangtuanya terpukul dan hancur dan akan menangis. Makanya Allah jaga pendengaran orang tuanya dan berfikir bahwa anaknya baik-baik saja, padahal anaknya pernah terjatuh. Dan kasus seperti itu banyak. Kita butuh Allah jaga pendengaran dan mata kita, karena seringkali hati itu terpuruk dan hancur karena kita mendengar apa yang kita lihat. Ada banyak hal yang jauh lebih berharga daripada uang, materi salah satunya penjagaan terhadap pendengaran dan penglihatan dan kaki kita dalam melangkah dan ini sangat penting. To be continued 1 of 2 part Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ Barakallahu fikum… Jakarta, Sabtu, 14 Jumada al-Akhirah 1444 AH/07 Januari 2023 Ahida Muhsin
Alhamdulillah alladzi bi ni'matihi tatimmush shoolihaat, semoga Allah senantiasa merahmati imam Nawawi, para ulama, para imam, ustadz, keluarga, tim, para orangtua kami, para guru kami dan anak anak kami, serta seluruh umat muslim dimanapun berada. Jazakumullah kyairan katsiran ustadz, atas ilmu yang bermanfaat ini. Barakallah fiikum
@anggav9170 Жыл бұрын
ya Alloh, cintai diriku ya Alloh....
@melisasaputri3443 Жыл бұрын
Maa Syaa Allah, jazakumullah khayr ustad dan tim. Semoga selalu dijaga Allah dengan sebaik-baik penjagaan. Barakallahu fiikum
@sobatpenuntutilmu4841 Жыл бұрын
===[ PART 1]=== 📓 Catatan Riyaadhus Shalihin | Bab 39 "Hak Tetangga Dan Wasiat Menjaga Hak Tetangga Tersebut" 📝 "944. ORANG YANG DICINTAI ALLAH ﷻ" 🔊 Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri, Lc Hafidzhahullah 🕔 Sabtu, 7 Januari 2023 | 14 Jumadil Akhir 1444 H ✏ Hamba Allah 📋Catatan: Ini merupakan catatan kajian yang saya ketik dengan keterbatasan kemampuan dan waktu saya, tentu saya sangat menyadari betul catatan tersebut tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan, sangat bisa terjadi kesalahan dalam menyimpulkan, dan jika diperhatikan masih banyak kata yang tidak diketik, typo (salah ketik/tulis) dan sebagainya. Oleh karena itu mohon catatan ini sebagai pendukung saja bukan menjadi hal yang utama. saya pribadi tidak menganjurkan hanya sebatas membaca catatan, saya sangat menganjurkan untuk/sambil menyimak kajian terlebih dahulu agar mendapatkan ilmu yang maksimal dan terhindar atau minimalisir kesalahpahaman yang disampaikan. dan apabila ada yang kurang jelas, baiknya ditanyakan langsung ke ustadz. semoga yang sedikit ini bisa bermanfaat, mohon doanya agar bisa istiqomah, Barakallahu fiikum ------ Hadirin yang allah muliakan, kita mengucapkan dan bertahmid kepada allah atas nikmat yang allah berikan kepada kita khususnya nikmat iman, islam dan berinteraksi dengan buku-buku para ulama. Yang didalamnya ada banyak pelajaran, hikmah, mutiara-mutiara kehidupan yang sangat kita butuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Terlebih lagi buku yang diterima umat, ulama selama beratus-ratus tahun, seperti Riyadhus Shalihin karya Imam An-Nawawi. Bicara buku ini kita bicara buku yang telah dipelajari, diamalkan dan terbukti menjadi pendamping kehidupan umat selama beratus-ratus tahun lamanya Ini sebuah keberuntungan kepada diri kita, dan kenikmatan yang harus kita respon dengan rasa syukur kepada Allah. semoga kita menjadi hamba yang bersyukur karena bisa bersama buku ini dalam keseharian kita itu lebih mahal daripada harta dunia, sebagaimana yang Allah firmankan QS. Yunus: 58. قُلْ بِفَضْلِ ٱللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِۦ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا۟ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ "Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah (:iman) dan rahmat-Nya (:Al-Quran) itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan"." "iman dan alquran itu lebih baik daripada harta yang mereka kumpulkan." Semoga kita termasuk menjadi hamba yang bersyukur kepada Allah, Aamiin ya Rabbal Alamin Hadirin yang allah muliakan kita masih berada di awal bab tentang tetangga, dan kita bersama ayat pertama atau dalil pertama yang dibawakan imam Nawawi yaitu QS. An-Nisa: 36 Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, وَٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا۟ بِهِۦ شَيْـًٔا ۖ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا وَبِذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينِ وَٱلْجَارِ ذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْجَارِ ٱلْجُنُبِ وَٱلصَّاحِبِ بِٱلْجَنۢبِ وَٱبْنِ ٱلسَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَٰنُكُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا "Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat/teman safar/teman kerja/istri, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri" (QS. An-Nisa: 36) Hadirin yang allah muliakan setelah perintah allah untuk beribadah kepada allah, tidak berbuat kesyirikan lalu berbuat baik kepada orang tua, keluarga, anak yatim, faqir miskin, tetangga, kepada teman sejawat/kerja/safar dan istri, musafir, hamba sahaya. Itu hadirin yang allah muliakan, ketika kita menjalankan perintah ini, orang-orang beriman itu melakukan bukan dalam rangka berharap feedback dari manusia, atau punya kepentingan. Tapi ia melakukan itu agar dicintai Allah. makanya penutupan ayat ini Allah menjelaskan tentang Cinta. إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا "Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri" Dan kita sudah jelaskan keterangan ulama seperti Imam As-Sa'di yang membuat kita gagal dalam mentauhidkan allah, terjatuh kedalam kesyirikan, gagal dalam berbakti kepada orang tua, baik sama keluarga, baik dengan anak yatim, faqir miskin, tetangga, kepada teman sejawat/teman kerja/teman safar/istri, musafir, hamba sahaya. Itu disebabkan oleh Kesombongan kita dan sifat Berbangga-bangga. Suka meremehkan orang, underestimate, merasa diri lebih baik, suci, bertakwa dari orang. yang pada akhirnya kita tidak dicintai allah. Maka mafhum dari ayat ini bahwa sebaliknya, kemampuan seseorang dalam berbuat baik itu sangat ditentukan oleh motifnya, niatnya untuk senantiasa dicintai allah. dan apabila seseorang berhasil mentauhidkan allah, tidak berbuat kesyirikan lalu berbuat baik kepada orang tua, keluarga, anak yatim, faqir miskin, tetangga, kepada teman sejawat/teman kerja/teman safar/istri, musafir, hamba sahaya. Itu akan membuat dicintai oleh Allah. dan itu yang paling penting dalam kehidupan kita yaitu dicintai Allah subhanahu wata'ala Orang beriman melakukan hal itu bukan untuk kepentingan duniawi. Kita baik sama teman kerja, teman kantor, client bukan untuk urusan duniawi. Kita baik ke tetangga kita bukan untuk ambisi duniawi. Kita baik sama orang tua bukan karena kita ingin mendapatkan jatah yang banyak bahkan mengalahkan saudara kandung kita, kita cari muka mereka, sehingga nanti perusahannya jatuh ditangan kita atau hasad diantara kakak-adik. Bukan itu bukan, tapi kita berbuat baik tapi ingin dicintai Allah subhanahu wata'ala Kita berbuat baik kepada tetangga itu karena ingin dicintai allah, kita baik sama istri bukan kita masuk club atau ikatan "suami takut istri" bukan, tapi kita ingin dicintai Allah. istri baik sama suami bukan karena ketakutan suaminya, galak suaminya, suka marah-marah tapi karena ingin dicintai oleh Allah. itu motivasi orang-orang beriman. Sehingga mereka bisa tampil dengan performa yang baik dimanapun berada. Walaupun mereka tidak sempurna, tapi mereka terus berusaha terus berusaha terus berusaha. Mengapa? Karena mereka ingin dicintai. Mereka akan menjadi pribadi yang tawadhu, merendah. Bukan karena minder, pesimis, merasa kalah, merasa diri yang paling kecil lalu minder. Tapi kita merendahkan hati agar dicintai allah Kita tidak membanggakan diri bukan karena tidak punya prestasi, tidak punya karya. Tapi karena kita ingin dicintai Allah. dan allah tidak mencintai orang yang menyombongkan diri dan kufur nikmat. Allah tidak dicinta dengan orang seperti itu. Dan itu menimbulkan kekhawatiran orang-orang beriman. Kalau saya membangga-banggakan karya saya, ibadah-ibadah saya. hidup lebih baik, lebih suci daripada orang lain. mungkin orang akan kagum dengan saya tapi Rabb saya akan membenci saya. itu yang paling tidak diinginkan, yang paling dikhawatirkan. Jadi motivasi besar kita adalah bagaimana dicintai Allah subhanahu wata'ala. karena orang beriman tahu dan sadar kalau dia dicintai allah, Allahuakbar. Apa kata Allah? كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِى يَسْمَعُ بِهِ "Allah akan jaga pendengaran kita yang digunakan untuk mendengar" Sehingga yang dengar itu yang baik-baik, dana apa yang allah dengar tidak akan menghancurkan kita, tidak membuat kita terpuruk, karena allah yang jaga pendengaran kita. Cukup sampai sini? Belum… ===[ LANJUT PART 2]===
@sobatpenuntutilmu4841 Жыл бұрын
===[ PART 2 ]=== وَبَصَرَهُ الَّذِى يُبْصِرُ بِهِ "Allah akan jaga penglihatan kita yang digunakan untuk melihat" Allah akan jaga penglihatan kita sehingga kita tidak melihat hal-hal yang menjatuhkan iman kita, merusak iman kita, menurunkan iman kita, tidak melihat hal-hal yang membuat kita terima. Allah akan jaga pendengaran kita dan jaga penglihatan kita. Dan itu terjadi, ada banyak orang tua yang anaknya baik hadirin, masyaaAllah. tapi, ya namanya anak ya, di masa remaja pernah melalui fase yang tidak baik (fase buruk), itu subhanallah, itu orang tua tidak pernah mendengar fase tentang itu. Lalu anaknya dapat hidayah. Lalu, jadi anaknya membaik dan itu yang didenger orang tua. Orang tua nya tidak pernah dengar difase yang tidak baik itu. Jadi orangtua nya itu seneng aja sama si anak. Di doa-in. bahagia. Tapi kalau misalnya orang tuanya denger, maka orang tua akan terpukul, nangis. Tapi Allah jaga tuh pendengaran orang tuanya. sehingga dia pikir anaknya baik aja tuh. Padahal anaknya pernah terjatuh dan itu kasus banyak. Artinya bukan satu-dua laki-laki, ayah, atau suami sempet bandel di luar tapi subhanallah tidak pernah kelihatan dan didengar oleh istri dan anak-anak dia. Ditutup sama Allah. lalu suaminya bertaubat, sebelum dibuka sama allah baik di dunia ataupun diakhirat. يَوْمَ تُبْلَى ٱلسَّرَآئِرُ (QS. Ath-Thariq: 9) Hari kiamat adalah hari dimana rahasia itu dibuka sama Allah. taubat taubatan nasuha. pokoknya yang didengar istri dan anak itu baik aja tentang suami dan ayah mereka. padahal sempet aneh-aneh ini, Gitu loh hadirin. kita butuh penjagaan allah. kita butuh Allah jaga pendengaran kita, mata kita. seringkali hati hancur, terpuruk karena apa yang kita dengar dan apa yang kita lihat. Jadi hal-hal seperti ini ada banyak hal yang jauh lebih berharga daripada uang, materi. Salah satunya penjagaan terhadap pendengaran dan penglihatan kita. dan itu penting. Dan itu salah satu contoh dan ada banyak orang-orang kayak gitu. Ada orang waktu ketika sekolah bandel minta ampun, dan melakukan maksiat segala macem. orang tuanya tidak denger sama sekali. Habis itu taubat tuh si anak. Serius, jadi orang baik. itu yang didenger oleh orang tuanya. ada teman anaknya datang ke orang tuanya, "MasyaaAllah tante, anak tante tuh" dia jujur, karena emang pas kenalnya lagi baik, waktu anak bandel tidak pernah kenalan. Itu sangat mungkin sekali. Lihat Allah jaga. Cukup sampai sini? Belum… وَيَدَهُ الَّتِى يَبْطُشُ بِهَا "Allah akan jaga tangan kita, kalau kita dicintai Allah" Kalau Allah cinta, allah akan jaga tangan kita yang kita gunakan untuk beraktifitas, memegang agar tangan tidak maksiat. ada banyak suami tuh tangannya tidak dijaga oleh allah, akhirnya dia tampar istrinya, pukul istrinya. Ada banyak orang tua tidak dijaga tangannya oleh allah, dia pukul anaknya, dicubit sampai biru, padahal tidak boleh. Itu malah menyisakan trauma, anak rusak bisa jadi. Akhirnya tangannya menyakiti orang orang terkasih sama dia, yang paling dekat dengan sama dia. Babak belur karena tangannya. Dan panjang urusan kedepannya. Tidak dijaga tangannya oleh allah Coba evaluasi, allah akan jaga tangan. Ada orang yang tangannya tidak dijaga oleh allah pada saat mengendarai mobil atau motor, akhirnya terjatuh, tabrakan, atau nabrak orang. karena tangannya tidak dijaga. Makanya kita itu ketika baca hadits qudsi seringkali hanya selewat doang hadirin, "allah akan jaga pendengar, jaga tangan" atau sebagaian kita tidak tertarik karena tidak ada duitnya itu hadits. Beda kan (kalau) "barangsiapa yang allah cintai, Allah akan kasih direkeningnya setiap bulan 3 M" seru kan itu hadits, kalau setahun Allah cinta kita, maka 3x12 itu sebanyak 36 M, itu seru. Tapi dia lupa bahwa ada yang lebih berharga dibandingkan uang. Diantaranya penjagaan Allah وَرِجْلَهُ الَّتِى يَمْشِى بَهَا "Allah akan jaga kaki kita yang digunakan untuk melangkah, berjalan" Kita sering mendengar istilah "The Right Man In The Wrong Place" dia orang baik tapi dia berada di tempat yang salah akhirnya dia jadi korban. Karena dia tidak dicintai Allah. the right man nya itu hanya dihadapan manusianya saja, kakinya tidak dijaga. Allah akan jaga kaki kita. tapi bukan selalu demikian ya, bisa jadi karena memang ujian bagi dia. Jadi jangan di tembakkan ke orang, "sepertinya lo enggak dicintai oleh Allah deh, buktinya lo ada disana, kaki lo gak dijaga" Jangan tembakkan dalil kepada orang lain. tapi coba evaluasi diri kita. bisa jadi dicintai oleh allah dan dari sisi lain itu ujian bagi dia. Ujian kenaikan iman, bukan karena allah tidak cinta. Terus cukup? Belum… "Kalau dia meminta kepada-Ku aku akan kabulkan" Kalau kita dicintai allah, kalau meminta sesuatu kepada allah itu akan dikabulkan. dan, "kalau dia meminta perlindungan maka aku akan lindungi" Jadi orang beriman mengerti hal ini, dia baik dengan lingkungan, tetangga, keluarga, istri itu ingin dicintai oleh allah. karena dia tahu apa yang dia dapatkan ketika allah mencintai dia. Dia akan dijaga oleh Rabbul Alamin. Dan itu yang kita cari. Makanya kata para ulama, "parameternya itu bukan disaat anda mengclaim cinta, tapi pada saat anda dicintai" kalau sebatas parameternya cinta kepada allah maka mayoritas bisa, tapi apakah anda dicintai oleh allah tidak? kalau anda dicintai allah maka cinta anda tulus, jujur, dan ikhlas. Ini hal yang perlu kita tanamkan Jadi berbuat baiklah kepada tetangga, keluarga, istri, teman kerja, karena kita ingin dicintai oleh Allah bukan karena tujuan dunia. Tidak mudah tapi butuh tawakkal minta pertolongan dan hidup itu enak. Akhirnya kita tidak nuntut pamrih dari orang, feedback dari orang. Mengapa anda tidak aktif lagi dilingkungan? "habisnya tidak ada gunanya, aku kemarin dateng dicuekin oleh tetangga. Terakhir Rapat RT aku kasih saran dicuekin, cuman dibilang usul yang bagus tapi tidak diterapkan juga" itu karena ingin dapat feedback positif. adapun orang beriman mau dicuekin orang lain, tetangga, teman kantor tetap aja berbuat baik karena dia tidak tertarik akan hal itu. Itu bukan misi kita, misi kita itu bagaimana allah cinta sama saya. Ada apa sih mba dengan orang tua mba? "aku belum bisa memaafkan orang tua ku, mereka dulu menyia-nyiakan aku" kita ini berbuat baik dengan orang tua agar dicintai oleh allah. orang tua mungkin salah tapi kita juga salah. Kita terlalu egois yang hanya fokus kesalahan orang tua. Fokuslah bagaimana allah mencintai kita. semoga allah memberikan taufik kepada kita.
@idaasyidah9196 Жыл бұрын
BaarakAllahu fiik ustadz
@dewinurfitriyana4085 Жыл бұрын
Hadirin yang Allah muliakan, ketika orang beriman menjalankan perintah ini itu melakukannya bukan dalam rangka berharap feedback dari manusia, atau punya kepentingan. Ia melakukan itu dengan harapan ingin dicintai oleh Allah Subahanhuwataala. Makanya dalam penutup ayat ini, Allah menjelaskan: “Sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang sombong dan berbangga-bangga”. Dan telah dijelaskan oleh sebagian ulama seperti As Sadi Rahimahullahutaala: “Bahwa yang menggagalkan kita mentauhidkan Allah, lalu membuat kita jatuh dalam kesyirikan, menggagalkan kita berbakti kepada orangtua, gagal baik pada tetangga, teman safar, teman kerja, musafir dan hamba sahaya, itu disebabkan oleh kesombongan kita dan sifat kita yang senang membangga-banggakan diri, suka under estimate sama orang, merasa lebih baik daripada orang, yang pada akhirnya membuat kita gagal dicintai oleh Allah Subhanahuwataala” Maka mafhum dari ayat ini adalah sebaliknya: “Kemampuan seseorang dalam berbuat baik, itu sangat ditentukan oleh motifnya, niatnya untuk senantiasa dicintai oleh Allah Subhanahuwataala. Dan ketika seseorang berhasil metauhidkan Allah, bebas dari kesyirikan, berbakti kepada orangtua, baik pada tetangga, teman safar, teman kerja, musafir, dan hamba sahaya akan membuat dia dicintai oleh Allah Subhanahuwataala” Jadi orang-orang yang beriman melakukan hal ini bukan untuk kepentingan duniawi, kita baik sama teman kantor, sama istri, atau tetangga bukan karena kita mengejar urusan duniawi. Kita baik sama orangtua bukan karena ingin mendapatkan jatah yang banyak, bahkan mengalahkan saudara-saudara kita. Agar perusahaan jatuh ke kita. Bukan… Kita itu baik karena ingin dicintai oleh Allah. Kita baik sama istri bukan karena kita masuk klub ikatan suami takut istri, tapi karena kita ingin dicintai oleh Allah. Itu motivasi orang beriman, sehingga mereka bisa tampil dengan tampi yang apik di mana pun meski tidak sempurna. Mereka akan menjadi pribadi yang tawadhu, merendah, bukan karena merasa kalah, merasa diri paling kecil lalu minder. Bukan… Kita karena ingin dicintai oleh Allah. Karena Allah gak suka, gak mencintai, orang yang menyombongkan diri dan kufur nikmat, serta membangga-banggakan diri. Ini menimbulkan kekhawatiran orang beriman kalau saya merasa bangga dengan ibadah saya, saya merasa lebih baik daripada orang lain, mungkin manusia akan kagum pada saya tapi Allah akan membenci saya. Karena orang beriman tahu kalau mereka dicintai oleh Allah, apa yang akan terjadi? ………………. Tidak ada taqarrubnya seorang hamba kepada-Ku yang lebih aku cintai kecuali dengan beribadah dengan apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan hambaku yang selalu mendekatkan diri kepada-Ku dengan nawafil (perkara-perkara sunnah diluar yang fardhu) maka Aku akan mencintainya dan jika Aku telah mencintainya maka Aku adalah pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, tangannya yang digunakannya untuk memegang dan kakinya yang digunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepadaku niscaya akan aku berikan dan jika dia minta perlindungan dari-Ku niscaya akan Aku lindungi “ Riwayat Bukhari . Coba perhatikan… jika Aku telah mencintainya maka Aku adalah pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, Dan ini terjadi, ada banyak orangtua ketika anaknya baik tapi namanya juga anak, pernah mengalami fase buruk di masa remaja mereka, dan subhanallah orangtua tersebut tidak pernah mendengar fase yang buruk itu. Allah jaga pendengarannya. Lalu anaknya mendapat hidayah, tapi selama itu Allah jaga pendengaran orangtuanya dengan tidak pernag mendengar tentang kejatuhan anaknya dalam fase yang buruk tadi. Jadi tetap didoain, disayangin, padahal mungkin kalau sampai tahu mereka bisa hancur… Jadi yang didengar hanya hal-hal baik saja. Allah akan (menjaga) penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, Kita ini butuh penjagaan Allah Subhanahuwataala, kita butuh Allah jaga mata kita, pendengaran kita. Karena seringkali kita terpukul, hancur itu karena apa yang kita lihat. Jadi ada banyak hal yang jauh lebih berharga daripada uang atau materi, salah satunya adalah penjagaan terhadap penglihatan dan pendengaran kita. Dan itu sangat penting. Dan ada banyak orang-orang yang seperti tadi, dulu pas di sekolah bandel, maksiat sana sini, orangtuanya gak dengar sama sekali tentang itu, tahu-tahu anaknya dapat hidayah, taubat… Cukup sampai sini? Belum Allah akan menjaga tangannya yang digunakannya untuk memegang Allah akan jaga tangan kita jika Allah mencintai kita. Biar tangan ini tidak bermaksiat. Ada banyak suami gak menjaga tangannya, dipukul istrinya, ditampar istrinya. Ada banyak orangtua gak menjaga tangannya, memukul anaknya, mencubit tangannya sampai biru, itu gak boleh. Ada orang yang tangannya gak dijaga oleh Allah ketika mengendarai mobil atau motor, jatuh, nabrak. Itu gak dijaga oleh Allah. Nah seringkali kita itu mendengar hadith qudsi itu hanya selewat, atau malah gak tertarik karena isi hadithnya gak ada uangnya. Beda kan, kalau misalnya kalimat hadithnya itu: “Barangsiapa yang dicintai oleh Allah, akan Allah kasih uang 3 milyar” Padahal ada banyak hal yang lebih berharga daripada sekadar uang. Seru tuh hadirin bagi sebagian orang. Dia lupa di antara penjagaan Allah Tabarakawataala: Allah akan menjaga kakinya yang digunakan untuk berjalan. Kita suka mendengar istilah: “The right man in the wrong place” Jangan-jangan pada saat itu dia tidak sedang dijaga oleh Allah, pada saat itu dia tidak dicintai oleh Allah. Jadi ‘the right man’ nya itu hanya di hadapan manusia. Tapi bukan selalu demikian, bisa jadi itu juga ujian. Makanya jangan tembakkan dalil untuk orang lain, tapi evaluasi diri kita. Bisa jadi dia dicintai oleh Allah, tetapi dikasih ujian seperti itu. Ujian kenaikan iman, bukan karena Allah gak cinta. Lalu apakah cukup? kalau kita meminta sesuatu Allah kabulkan dia minta perlindungan? Aku lindungi Jadi orang beriman itu mengerti hal ini. Ketika dia baik sama lingkungan, keluarga, tetangga, istri, dia tahu apa yang akan di dapatkan dari Allah. Allah akan jaga dia, dan itu yang kita cari. Makanya ulama mengatakan: “Parameternya bukan saat anda mengklaim cinta, tetapi saat anda dicintai” Kalau mengklaim cinta kepada Allah, hampir semua orang mengatakan demikian. Tetapi yang jadi parameter adalah, anda dicintai gak sama Allah? Karena ketika itu terjadi, baru itu adalah bukti bahwa cinta anda terhadap Allah tulus. Ini hal yang harus kita tanamkan. Jadi berbuat baiklah pada tetangga, keluarga, istri, rekan kerja karena kita ingin dicintai oleh Allah. Ini yang butuh tawakal tentunya karena ini gak mudah. Karena kita jadi gak minta feedback sama orang. “Kok gak rapat RT lagi?” “Males ah, kemarin kasih usul bagus juga gak diaplikasiin” Adapun orang beriman, mau dicuekin orang lain, tetangga, orang kantor, tetap saja berbuat baik. Karena dia gak tertarik feedback manusia, itu bukan misi dia, misi dia itu bagaimana agar dia dicintai oleh Allah Tabarakawataala. Jadi hadirin yang Allah muliakan, coba fokuslah tentang bagaimana agar Allah mencintai kita. Wallahualam
@joenathan7211 Жыл бұрын
Jazakillahu khairan
@nursapitri7113 Жыл бұрын
Bismillah .alhamdulilah .syukron .wa jazakumulloh khoiron atas ilmu nya ustadz wa yubarokalloh fikum .semoga kita termasuk orang yang dicintai alloh 🤲
@herwanisarmansugianto91269 ай бұрын
🙏
@ahidamuhsin95327 күн бұрын
LAST PART Jadi kalau kita dicintai Allah, kita minta sesuatu Allah akan kabulkan dan kalau dia meminta perlindungan maka Allah akan lindungi dan orang-orang beriman mengerti tentang ini. Dan ketika dia berbuat baik dengan lingkungan, tetangga, keluarga dan istri, dia ingin dicintai oleh Allah, karena dia tahu apa yang akan dia dapatkan kalau Allah mencintai dia. Dia akan di jaga oleh Rabbul ‘Alamin dan itu yang kita cari. Makanya kata para ulama, ‘Parameternya bukan di saat anda mengclaim cinta, namun paramaternya adalah pada saat anda dicintai’. Betapa banyak orang mengclaim cinta kepada Allah, tetapi yang menjadi tolak ukur apakah Allah cinta kepada dia? Dan begitu kita dicintai oleh Allah, maka itu menunjukan bahwa cinta anda itu tulus, jujur dan ikhlas kepada Allah. Jadi focuslah bagaimana Allah mencintai kita. Session Tanya-Jawab: Tanya: Saya pernah punya pengalaman beberapa kali bermasalah dengan orang lain dan setelah saya pelajari, bahwa ternyata saya memang sangat kurang dalam adab. Seringkali karena memang tidak paham bagaimana seharusnya. Sehingga dari situ saya memilih untuk tidak terlalu banyak bersosialisasi khawatir tanpa sadar saya salah lagi. Saya pernah dinasihati oleh suami saya, bahwa memang saya terkadang keliru dalam beberapa hal, tetapi menjauh dari manusia bukan cara yang paling tepat. Terus berada di posisi yang nyaman tidak membuat saya berkembang. Mohon nasihatnya Ustadz. Jawab: Proporsional saja dan kadarnya disesuaikan dengan ilmu kita. Karena kita tidak akan berubah kecuali jika Allah berikan taufik kepada kita, lalu belajar dan kita berusaha mengamalkan ilmu kita tersebut dan butuh praktek. Dan dalam mengamalkan ilmu tersebut butuh waktu dan trial and error dan jangan menghilang 100% tetapi secara perlahan-lahan saja. Jadi jangan trauma dan takut salah, manusia mana yang tidak pernah berbuat dosa, kita tidak bergaul dengan manusia saja kita tetap berbuat salah karena كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ “Setiap anak Adam banyak melakukan kesalahan demi kesalahan, namun yang terbaik dari orang-orang yang banyak melakukan kesalahan adalah orang yang banyak bertaubat kepada Allah” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah). Kita butuh latihan, tetapi proporsional, jangan sampai waktu kita habis dalam bergaul. Masih ingat nasihat dari Al Imam Ibnu Qoyyim رحمه الله تَعَالَى bahwa, ‘Bergaul dengan manusia itu harus hati-hati sebagaimana seekor burung yang selalu waspada. Dia tidak bergaul dan berinteraksi dengan manusia kecuali selalu waspada dan hati-hati’. Jadi tidak memudahkan dan polos tetapi harus ada namun hati-hati, karena Allah mengatakan tentang manusia dalam QS Al-Ahzab: 72, إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا “Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”. Karena berhadapan dengan yang demikian, maka harus waspada dan porsinya di atur dan seterusnya. Tanya: Saya memiliki Nenek yang tinggal sendirian jauh dari saya dan keluarga, satu-satunya anak yang beliau punya hanya Bapak saya. Hal ini selalu mengganjal di hati saya jika mengingat beliau. Ada 2 permasalahan, pertama beliau tidak mengenal Islam sama sekali karena lingkungannya sangat traditional dan jauh dari Agama dan kini saya yang baru belajar dan baru memahami bingung bagaimana menyampaikan Agama dengan kondisi beliau yang sudah sepuh dengan background tidak berpendidikan sama sekali, sehingga beliau tidak bisa membaca bahkan sangat sulit memahami sesuatu pembicaraan dengan baik. Kemudian kini beliau juga memiliki masalah pendengaran yang semakin menyulitkan kami dalam berkomunikasi dengannya, saya takut kami zhalim karena menyerah dengan beliau. Permasalahan kedua sejak meninggalnya kakek saya dulu, Bapak saya tidak mengambil keputusan apakah nenek akan tinggal dengan kami atau tidak, menurut saya hal ini sangat penting dipertimbangkan karena kemampuan bapak terbatas, tidak selalu bisa pulang kampung karena budget banyak terkuras di biaya Pendidikan saya dan adik-adik. Bagaimana menghadapi dua permasalahan ini Ustadz? Jazakallah khairan. Jawab: Minta pertolongan kepada Allah. Lalu ini menjadi cambuk bagi kita untuk semakin semangat dalam belajar dan beramal, karena PR kita ternyata banyak dan kita tidak hanya mengurus diri sendiri, ternyata ada keluarga di belakang kita. Lalu فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu” (QS At-Tagabun: 16). Kemudian perbanyak do’a untuk nenek kita secara terus menerus lalu coba dipikirkan nenek untuk tinggal bersama kita, apalagi tidak ada keluarga kecuali ayah kita dan ini penting, adapun rizki Allah akan berikan. Dan misinya adalah Birrul Walidain, masa Allah tidak berikan rizki dan ini tidak mungkin. Justru sebaliknya bahwa Birrul Walidain itu kunci Rizki, hadits dari Anas bin Malik رضي الله تَعَالَى عنه, Nabi ﷺ bersabda, مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ “Barangsiapa senang diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahim” (Muttafaq Alaih). Dan silaturahim di level tertinggi adalah Birrul Walidain. Jadi tidak ada ceritanya bahwa Birrul Walidain itu membuat kita semakin terpuruk secara financial, namun justru itu kunci rizki. Jadi ajak nenek kita untuk hidup dan tinggal bersama kita, sehingga kita lebih mudah untuk mengajak atau mencontohkan dan beliau akan terbawa oleh lingkungan, biiznillah. Istikharah dan tawakaltu ‘Alallah. Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ Barakallahu fikum… Jakarta, Sabtu, 14 Jumada al-Akhirah 1444 AH/07 Januari 2023 Ahida Muhsin