I was there with two friends in 1978. The lovely “ladies”, dressed in evening gowns, walked down the middle of the street, one at a time. The funny part was the reaction of a group of young Marines seated across the street from us. They cheered each lady, pounded their tables, and in general appeared to be getting a big kick out of the whole show. I’m disappointed this famous bit of local color is gone.
@RD-pt5de8 жыл бұрын
Sudah sering saya melintasi tempat perbelanjaan Bugis Street yang bercirikan kanopi besar berwarna merah dengan layar elektronik besar di atasnya yang terletak tepat di belakang halte bis Bugis. Hampir setiap kunjungan ke Singapura atau transit dalam perjalanan pulang ke Jakarta saya selalu menginap di penginapan favorit Cozy Corner yang berada tepat di seberang pusat perbelanjaan Bugis Junction. Awalnya Bugis Street terlihat sangat biasa, tidak lebih seperti pasar tradisional yang menjual barang barang dengan harga murah mulai dari pakaian, sepatu, tas, asesoris, jajanan, dan cinderamata beratribut Singapura. Tidak ada yang istimewa dari jajaran kios-kios kecil yang memenuhi sebuah jalan di kawasan Bugis dan hanya menyisakan ruang sirkulasi sempit di antaranya. Sampai akhirnya saya menemukan cerita mengenai urban development yang menarik di balik sejarah Bugis Street, seiring berkembangnya pembangunan infrastruktur kota Singapura yang pesat tanpa harus mengorbankan sejarah suatu tempat yang justru sebaliknya dipertahankan dan dipromosikan sebagai daya tarik pariwisata belanja kota Singapura. Penawaran Harga Kompetitif di Bugis Junction Pasar Modern di Bugis Junction Kawasan belanja Bugis Street sangat populer di kalangan turis asal Indonesia dan juga selalu menjadi pengunjung terbesar dari tahun ke tahun. Lokasi Bugis Street sangat strategis dicapai baik yang masuk ke Singapura dengan kapal feri melalui Marina Bay, melalui bandara Changi, maupun dengan bis dari Malaysia yang berhenti di Lavender St. Bugis Street juga didukung oleh infrastruktur transportasi yang sangat baik dan memungkinkan untuk dicapai dengan mudah dari kawasan tempat berjamurnya hotel dan pusat perbelanjaan modern di kawasan lain. Area ini bahkan dapat ditempuh dengan berjalan kaki dari China Town, Orchard, Clark Quay, Little India maupun Kampung Glam. Sejarah Bugis Street jauh berawal pada saat Singapura masih bernama Temasek, yang terkenal sebagai kota pelabuhan, menarik banyak imigran dari berbagai etnis untuk datang dan berdagang. Pedagang dan pelaut ulung Bugis dari Indonesia juga berkumpul di sini. Pada tahun 1829 dari Makasar mereka membawa rempah-rempah dan emas dengan menggunakan perahu pinisi menyeberangi lautan untuk mencari peruntungan baru di tanah Singapura. Kedatangan pelaut-pelaut Bugis sekaligus membentuk komunitas Bugis yang bermukim di kampung Bugis atau Bugis Village yang dikenal saat ini dan memunculkan pedagang, pahlawan dan tokoh baru yang berperan dalam sejarah negara Singapura. Era tahun 1950-an hingga 1980-an merupakan masa keemasan Bugis Street. Sebagai pusat jajanan kaki lima dan pasar malam yang menjual makanan dengan cita rasa lokal, minuman beralkohol dengan harga murah dan cinderamata, memikat pengunjung dari tentara Australia dan Inggris yang singgah di Singapura. Bugis Street berkembang menjadi tempat prostitusi dan perjudian pada tahun 1970-an ketika tempat ini sering dijadikan tempat berlibur oleh tentara Amerika Serikat saat perang Vietnam berkecamuk. Cinderamata Singapura ditampilkan di Bugis Street Hiruk-pikuk dan gemerlap malam sepanjang Bugis Street pun sirna ketika Urban Redevelopment Authority (URA) memulai pembangunan stasiun mass rapid transit (MRT) pada tahun 1985. Kawasan Bugis Street dihancurkan dan pedagang direlokasi ke tempat lain untuk dapat meneruskan usaha mereka. Dunia pariwisata Singapura kehilangan salah satu atraksi wisatanya yang sangat populer hingga akhirnya pada tahun 1987 Singapore Tourism Board memulai kembali usaha untuk merevitalisasi Bugis Street yang pernah menjadi ikon dari atraksi pariwisata Singapura dengan membangun pusat perbelanjaan modern Bugis Junction. Pembangunan Bugis Junction mengintegrasikan pusat perbelanjaan, menara perkantoran dan hotel InterContinental Singapore yang berada di atas MRT Bugis dan selesai pada tahun 1995. Suasana di Bugis Street Modern Mungkin tidak banyak yang tahu kalau Bugis Street yang sebenarnya justru berada di dalam pusat perbelanjaan modern Bugis Junction, yaitu jalan yang kini beralaskan batu keramik, beratapkan panel kaca transparan, terapit diantara rumah toko dengan fasade berarsitektur Straits Chinese-style. Jalan yang berada di antara deretan rumah toko dua lantai di Bugis Village yang berarsitektur konservatif dan pusat perbelanjaan Iluma yang berarsitektur modern dengan permainan iluminasi crystal mesh pada fasadenya disebut New Bugis Street, hanya saja oleh Singapore Tourist Promotion Board tetap dipromosikan sebagai Bugis Street untuk mengenang masa keemasan yang sudah berlalu.
@dildil31934 жыл бұрын
Bugis is Malay also why never .Malay in.this area kampong glam area.
@nissannismo40073 жыл бұрын
@@dildil3193 no, Bugis is Bugis itself. Don't claim other ethnic to considered to Malay people.. if u considered Bugis as Malay race (Austronesian people) it's fine...
@teztay82395 жыл бұрын
It's sad to see our Singapore culture gone !!!
@GoodGood-vb8gm4 ай бұрын
You mean the 'Ah Kuah' culture?
@GoodGood-vb8gm4 ай бұрын
Which aspects of Singapore culture having gone make you feel sad? Eating unhygienic street food on those dirty streets?
@johndonaldson79305 жыл бұрын
great memories..was based there with 42 Commando Recce troop,Royal Marines back in the 60/70 did 2 tours of duty in Borneo..plus Malay peninsula..also visited Hong Kong & Japan..
@alanmillar13 жыл бұрын
ditto ex mater lot from bulwark....time of our lives
@alanmillar13 жыл бұрын
ex matelot shud be
@saltyoldseadog11 ай бұрын
When I was at Sea, Singapore became like a second home for me. We had many great runs ashore in Bugis St, Clifford Pier and also Sambewang. It's a shame it's all gone but at least I have my memories.
@daddybob60966 жыл бұрын
I remember Bugis Street well during my time in the NZ Army early 1960s. I'm 77yo now.
@johndonaldson79306 жыл бұрын
me too..I was with 42 Commando Royal Marines..did 2 tours in Borneo with Recce troop..loved my time there ,now retired in Costa Blanca!!
@LPS-ww4wl Жыл бұрын
Loved my time in Singapore.. late hubby was in NZ army ,these videos great stirring up memories
@m0rShh6 жыл бұрын
My mom grew up in Singapore in the 70s and has told me about what a wild place Bugis Street was, SG wasn't always the squeaky clean tourist trap it is now. It's a shame that they've taken what was once an LGBTQ haven and turned it into yet another shopping center to hawk cheap bootleg crap.
@joshuapowell1145 жыл бұрын
Certainly another time....I regret to have missed out
@person.X.3 жыл бұрын
This is the future of everywhere in Asia eventually - all the character and history of an area leached away to become yet another bland and soulless shopping precinct. By the time the locals realise they have made a big mistake it will be too late.
@YnMillion8 жыл бұрын
If I may ask, where is this documentary from? I need the information for a project I'm working on
@jamesnkk2 жыл бұрын
Miss the good old day at bugis especially the food. It was so lively in the night. Thr Street was brighten up with those hanging light bulb.
I was there in the 60's, and I remember the children asking to play OXO on small little writing/carbon pads , for money. As the punters were worse for wear due to alcohol the children generally won, and so it was a nice little earner for them....good fun days.
@CaramelCake-m9s3 ай бұрын
Looking for information of a blacksmith shop that operated before n during WW2, among those 3stories shophouse, facing Bugis mrt...
@palamirtammarimuthu176 жыл бұрын
I heard bugis were pirates!!!!!please correct me..if wrong!!!😮
@kcjb78615 жыл бұрын
I heard tamilians are drunkards correct me if I am wrong
@sarafiansalleh62005 жыл бұрын
look for 'Tuah Bugis' in Facebook. He will enlighten you
@mecky19894 жыл бұрын
Buginese arent pirates, they're sailors
@julieha26 жыл бұрын
Where did the transvestites go?
@midnightteapot56333 жыл бұрын
Desker road and Geylang but not so many at least by comparison .
@johnmacdonald18788 ай бұрын
Fortunately I saw the last days of Bugis or Boogie Street
@RD-pt5de8 жыл бұрын
Bugis merupakan dengan wilayah asal Selawesi Selatan. Penciri utama kelompok etnik ini adalah bahasa dan adat - istiadat. Namun karena masyarakat Bugis tersebar di dataran rendah yang subur dan pesisir, maka kebanyakan dari masyarakat Bugis hidup sebagai petani dan nelayan. Mata pencaharian lain yang diminati orang Bugis adalah pedagang.Hal tersebut menyebabkan orang Bugis berdagang hingga ke luar pulau Indonesia. Kepiawaian suku Bugis dalam mengarungi samudra cukup dikenal luas, dan wilayah perantauan mereka pun hingga Malaysia, Filipina , Brunei, Thailand, Australia, Madagaskar dan Afrika Selatan. Bahkan, di pinggiran kota Cape Town, Afrika Selatan terdapat sebuah suburb yang bernama Maccassar, sebagai tanda penduduk setempat mengingat tanah asal nenek moyang mereka. Berikut ceritanya bagaimana suku Bugis berada di Singapura : Setelah dikuasainya kerajaan Gowa oleh VOC pada pertengahan abad ke-17, banyak perantau Melayu dan Minangkabau yang menduduki jabatan di kerajaan Gowa bersama orang Bugis lainnya, ikut serta meninggalkan Sulawesi menuju kerajaan-kerajaan di tanah Melayu. Disini mereka turut terlibat dalam perebutan politik kerajaan-kerajaan Melayu. Hingga saat ini banyak raja-raja di Johor yang merupakan keturunan Makassar. Ketika Johor dan laskar laskar bayaran dari Bugis berhasil menaklukkan Jambi, Raja Johor justru ingkar janji. Orang orang Bugis pun marah, sehingga mereka secara membabi buta melawan Kerajaan Johor. Maka runtuhlah kerajaan Johor (yang waktu itu juga menguasai Riau dan Singapura) dan terpisah dari Kerajaan Lingga (Riau). Kedua kerajaan itu pun takluk pada orang orang Bugis, sehingga jadilah raja raja mereka turun tahta, dan digantikan oleh raja dan sultan sultan Bugis,turun temurun sampai sekarang. Menurut sejarah, 9 dari 13 kerajaan dan kesultanan di Malaysia adalah keturunan raja raja Bugis, termasuk kerajaan terbesarnya, Selangor, hingga Yang Dipertuan Agung (Raja Malaysia), yang dijabat secara bergantian oleh raja raja dari negara negara bagian di Malaysia. Kejayaan Bugis yang berbaur sebagai orang Melayu itu pun, berpengaruh sampai ke Singapura. Ketika Singapura jatuh ke tangan Inggris, orang orang Bugis sudah melakukan perdagangan di Singapura bersama etnis China dan Eropa. Namun tidak sedikit juga yang dijadikan laskar bayaran, yang dihasut oleh Inggris untuk membunuh etnis lain. Di kawasan Kallang, menurut sejarah Singapura, orang orang Bugis pernah melakukan pembunuhan massal terhadap orang orang Jawa yang juga adalah pendatang di sana. Lebih dari 20.000 orang Jawa konon di bunuh, karena hasutan orang orang Inggris Hingga kini kawasan Kallang masih ada, bahkan sudah berkembang pesat di Singapura. Namun, Kampung Bugis di kawasan itu masih tetap ada, bahkan diabadikan sebagai nama jalan ‘Kampong Bugis Street’. Jauh dari Kallang, terdapat distrik Bugis, yang merupakan salah satu kawasan perdagangan terkenal di Singapura. Di kawasan Bugis berdiri pusat perbelanjaan terkenal seperti Bugis Village, Bugis Junction, Bugis Square, dan Arab Street. Di kawasan ini juga terdapat masjid terbesar di Singapura, ‘Sultan Mosque’, yang merupakan masjid peninggalan pengusaha pengusaha Bugis di jaman itu. Konon untuk membangun masjid itu, orang orang Bugis mengumpulkan uang dan emas, bahkan mereka menjual tanahnya di kawasan Geylang, yang dulunya sebagian besar adalah milik orang orang Bugis. Saat ini, Kampung Bugis ini mengalami pasang surut. Kampung-kampung Bugis ini banyak yang tinggal nama. Penduduk di Kampung itu sudah berganti, perkampungan baru tidak lagi diberi nama Kampung Bugis, kecuali di Singapura ada real estate di Bugis Street menggunakan nama Bugis Junction. Negara Singapura tetap mengenang jasa-jasa saudagar Bugis, antara lain dengan tetap menggunakan gambar perahu Phinisi/Palari pada mata uang kertasnya.Bugis Street asli sekarang menjadi relatif, lebar jalan berbatu diapit bangunan dari Bugis Junction pertokoan. Di sisi lain, jalan saat ini disebut-sebut sebagai “Bugis Street” oleh Singapore Tourist Promotion Board sebenarnya dikembangkan dari New Bugis Street, dan adalah tagihan sebagai “jalan-lokasi perbelanjaan terbesar di Singapura”. Namun dari sekian banyak etnis yang membentuk orang orang Melayu Singapura, tampaknya Bugis-lah yang paling besar pengaruhnya, sehingga diabadikan sebagai nama sebuah distrik terpenting di negara pulau itu. Tidak hanya nama ‘Bugis’, kawasan lain yang juga diambil dari Bugis adalah Sengkang. Di Singapura terdapat distrik Sengkang, yang diambil dari nama kota di Sulawesi Selatan, ibukota Kabupaten Wajo, yang merupakan salah satu daerah asal perantau perantau Bugis di Tanah Melayu. Kawasan Sengkang, kini sudah menjadi bagian dari modernisasi Singapura. Di Sengkang, berdiri Markas Besar kepolisian Singapura, kantor kantor pemerintahan, sekolah, hingga kawasan bisnis dan pusat perbelanjaan. Jika ada masa ke Singapura, silahkan datang ke Bugis dan Sengkang. Kawasan landmark, bukti kejayaan orang orang Bugis khususnya, dan Indonesia pada umumnya di Negara Jiran, Singapura.
@aleemvc7 жыл бұрын
"Di Sengkang, berdiri Markas Besar kepolisian Singapura..." dapat maklumat dari mana ni?
@sarafiansalleh62006 жыл бұрын
kzbin.info/www/bejne/pHzCqGiPotKpiKs
@sarafiansalleh62005 жыл бұрын
Aga Kareba !
@Mahdi-he2tn4 жыл бұрын
Mantap to ogi
@nissannismo40073 жыл бұрын
@@kcjb7861 lanun?? GK usah hina etnis lain bre klo Melayu sendiri pemalas dan pemabuk 😁😏
@cthulhumythos20332 жыл бұрын
Singapore no longer has a culture or heritage to call its own.
@PL-jk1wz6 жыл бұрын
Bugis Amazing War
@priscillangan4838 Жыл бұрын
沧海桑田,变幻原是永恒。
@roubini743 жыл бұрын
Sg govt destroy sg culture
@captainlarose81052 жыл бұрын
merveilleux souvenirs quand la femelle devient male et me fait gémir de plaisir