Рет қаралды 41,049
TRIBUN-VIDEO.COM - Ir Soekarno merupakan presiden pertama Indonesia yang dikenal kharismatik.
Kisah cintanya menjadi daya tarik tersendiri bagi sebagian masyarakat.
Fatmawati merupakan istri Soekarno yang menjadi saksi dibacakannya detik-detik proklamasi kemerdekaan.
Bahkan, ia menjadi orang yang menjahir bendera Merah Putih yang dikibarkan di hari dibacakannya naskah proklamasi untuk pertama kali, 17 Agustus 1945.
Meski begitu, kisah cinta antara Fatmawati dan Soekarno tak berjalan mulus.
Bung Karno bertemu dengan Fatmawati ketika berada di pengasingan di Bengkulu.
Saat itu Fatmawati meminta saran soal pinangan seorang pria.
Bukannya memberikan saran, Bung karno justru mengungkapkan isi hatinya secara terbuka kepada Fatmawati.
Sebelumnya, keluarga Fatmawati sempat mengunjungi Soerkarno saat diasingkan ke Bengkulu dari Flores.
Saat itu, Fatmawati berusaha tampil seanggun mungkin, mengenakan pakaian kurung merah hati dan tutup kepala tile kuning yang dibordir.
Begitu tiba, Fatmawati tak bisa menyembunyikan kekagumannya saat pertama kali bertemu.
Ia memandang Soekarno sebagai sosok yang tidak sombong dengan sorot mata berseri-seri, berbadan tegap dan tawanya yang lebar.
Saat Bung Karno menyampaikan perasaannya, tak terbesit rasa cinta di hati Fatmawati.
Fatmawati ganya memiliki rasa hormat seorang anak pada ayahnya tak lebih.
Bung Karno tak berhenti pada mengungkapkan cinta, sejumlah rayuan juga ia berikan.
Saat itu, Bung Karno melamar Fatmawati namun lamarannya ditolak oleh sang ayah, Hasan Din lantaran saat itu Bung Karno telah memiliki seorang istri bernama Inggit.
Bung Karno tak berhenti berjuang ia menjanjikan meminta waktu selama 6 bulan untuk menyelesaikan persoalannya dengan Inggit.
Mulai saat itu kisah cinta Bung Karno dan Fatmawati tak jelas hingga kedatangan pendudukan Jepang pada tahun 1942.
Hingga akhirnya hubungan Bung Karno dan Inggit selesai dan Fatmawati menikah dengan Bung Karno.
Pada dekade 50-an, hubungan antara keduanya tampak merenggang.
Ternyata renggangnya hubungan itu karena Bung Karno akan menikahi seorang perempuan bernama Hartini.
Saat itu, Fatmawati baru saja melahirkan Mohammad Guruh pada 1954.
Kehadiran Guruh membuat keluarga presiden bahagia dan tampak rukun.
Namun setelah kabar pernikahan Soekarno dengan Hartini muncul, hubungan Soekarno dan Fatmawati seketika berubah.
Bahkan saat masih di Istana, Fatmawati pindah dari kamar yang berada di gedung utama Istana Merdeka ke paviliun yang letaknya berada di dekat Masjid Baitul Rachim.
Hubungan keduanya terus merenggang hingga puncaknya, Fatmawati meninggalkan Istana.
Saat itu, Fatmawati mendadak menghadap Soekarno untuk pamit pulang ke rumahnya yang ada di Jalan Sriwijaya, namun tak diizinkan oleh Soekarno.
Saat itu Soekarno menahan Fatmawati dan menyebut Istana adalah rumahnya.
"Di sini rumahmu," ucap Soekarno.
Seketika Fatmawati langsung menjawab, Istana bukanlah rumahnya lantaran keadaan mereka kini sudah berbeda.
"Di sini bukan rumahku, keadaan kita sekarang sudah lain," jawab Fatmawati.
Fatmawati kemudian mengucapkan selamat tinggal secara persaudaan.
Tak ada keributan dan perkelahian, Fatmawati hanya membaca basmalah lalu meninggalkan Istana dengan perasaan tenang, menuju ke Kebayoran Baru.
"Tidak ada keributan dan tak ada perkelahian. Setelah membaca bismillah, aku terus meninggalkan istana dengan perasaan tenang menuju Kebayoran Baru," kata Fatmawati.