Jangan Naif!!! | Menjadi Bijak dengan Merubah Isi Kepala

Рет қаралды 3,728

Күн бұрын

Пікірлер: 22

@priasikmaberbadankekar Жыл бұрын

Ga belajar bukan berarti tidak bisa sukses,tapi kalau belajar udah pasti bisa sukses.sebenarnya semua itu tergantung tekad kita

@priasikmaberbadankekar Жыл бұрын

"Tapi kok gw gak sukses,padahal gw sering rangking 1 di sekolah".pertama lu ga punya tujuan mau jadi apa kedepannya dan berakhir bingung mau milih apa.kedua terhasut nafsu untuk memukul seseorang dan memungkinkan lu terjerat kasus.ketiga terlalu naif dan terlalu baik.

@priasikmaberbadankekar Жыл бұрын

Karena menurut gw rata rata orang pintar itu menyelesaikan suatu masalah kecil agar tidak menjadi masalah besar,dan menyelesaikan suatu masalah besar agar tidak menimbulkan masalah kecil

@Xinburt Жыл бұрын

Tambajan saja, meskipun suskes memang bukan hanya dari sekolah, tapi bukan berarti sekolah atau pendidikan tidak penting. Jangan sampai kalian malah menjadikan isi video ini sebagai alasan untuk tidak sekolah dan cuma malas-malasan.

@Bagazzz1 Жыл бұрын

Setuju banget..

@rio-bf9dh 6 ай бұрын

request bahas ttg PEMBENTUKAN ISI KEPALA kak. dmn prosesnya memang sejak usia janin. namun ada kaitannya dg kualitas gen ortu nya jg sangat mempengaruhi. jd kalo kedua ortunya sangat minus, pastilah fasilitas seperti pola asuh + pendidikan + lingkungan dll akan minus jg, dan agar si individu mampu merubah total, minimal isi kepalanya harus sudah ada apa saja, dan mungkinkah dy akan memilikinya jk sejak start sampai akhir dy tdk pernah terpapar dg "plus" krn realitas yg diterima dan disaksikan adl serba minus. ---- semoga direspon

@Bagazzz1 6 ай бұрын

Terima kasih, kpn2 kita bahas🙏🏻

@rio-bf9dh 6 ай бұрын

@@Bagazzz1 boleh nambah? hehe - HUBUNGAN IMAN DAN EGO

@Bagazzz1 6 ай бұрын

Boleh banget.. malah seneng ada yg kasih saran

@rio-bf9dh 6 ай бұрын

@@Bagazzz1 HUBUNGAN IMAN, EGO, DAN EMPATHY dlm konsep ilmu ilmiah neurosains, psikologi, agama dan filsafat. ----- (tema lain) apa yg menyebabkan org yg sudah tua / lansia merasa ketakutan hidup sendirian tanpa anak tanpa pasangan selain faktor kesepian?. "jargon" biar ada yg merawatnya ini seolah jd paksaan untuk si anak krn memegang kendali atas konsep "durhaka", jd kalo tdk dikerjakan akan mengancam keselamatan hidupnya. dg tidak memikirkan apa yg dy sudah tanam pd anaknya sampai berbuat demikian. jk iman nya sudah ada sebelum ada anak, pastilah anak tsb dirawat dg penuh pertanggungjawaban. jk imannya terlambat datang pun masih bisa diperbaiki jk niatnya ada. namun jk tdk pernah ada sampai si anak dewasa dan mampu survive sendiri lalu memutuskan untuk pergi selamanya dr nya (bukan curhat hlo ya), itu "apa yg terjadi?". apa yg menyebabkan seolah dekat kematian terasa berat bagi si ortu, apakah krn naluri survive hidupnya masih tinggi ? egonya masih tinggi ? bagaimana dg iman dan empaty nya? apakah memang pembentukan empaty itu prosesnya sesulit itu? atw hanya sebatas ada yg punya dan ada yg tdk? slain kesepian, amarah, rasa malu, ego tinggi, apa saja faktor yg memperberat proses kehidupannya, dan mengubah keadaan minimal cukup menjadi tampak sangat kekurangan jd menyebabkan sangat kesusahan dan menderita? mengingat jk motivasinya adl rasa takut dg Tuhan, jk disertai pengetahuan dan kerelaan pasti jatuhnya ttep akan berusaha bertobat. beda dg yg tanpa pengetahuan tp merasa yakin dg ketakutan tsb. apakah yg tanpa pengetahuan tsb artinya dy denial tp tdk tau arah, atw ketakutan krn faktor ikut2 an yg dipaksakan? - contoh kasus lain, A, seseorang yg kena musibah kecelakaan yg menyebabkan dy cacat dan memiliki penyakit komplikasi setelahnya krn perawatannya terbatas krn terhalang biaya dll. umumnya, mudah saja org yg kesulitan merawat (B) berfikiran untuk "mengikhlaskan" kepergian org tsb dg alibi lisan biar A tdk menderita, padahal adl krn biar dirinya tdk lagi kesusahan krn merasa menderita jg krn merawatnya. jd ego nya B, menghalangi untuk menderita demi keselamatan A. apakah itu hanya bisa terjadi jk B tdk memiliki empaty? apakah penderitaan A tsb bisa dianggap setara atw sama saja jk kasusnya tdk demikian, melainkan pertarungan dg ego dan otak chaos dikala masih sehat fisik, tp menderita secara mental versi masih sadar? krn outputnya sama2 hilang kesadaran. hanya saja yg versi mental, tubunya masih normal. paling jd ODGJ, dan yg satu tubuhnya ikut mati. --------- mohon maaf karena kepanjangan, sengaja sih, kkkkk terima kasih, semoga bisa ditoleransi. hehe

@Bagazzz1 6 ай бұрын

Mendalam bgt😭 Harus banyak2 belajar lagi nih biar bisa bahas topik itu🙏🏻👍🏻