DARI KUPANG NUSA TENGGARA TIMUR KAMI UCAPKAN SHALOM TUHAN JESUS KRISTUS FIRMAN ALLAH YANG HIDUP ITU MEMBERKATI SAUDARA/RI DAN KAMI SEMUANYA SOLAGRATIA !!!
@fatmawatysiahaan3410Ай бұрын
Salam sehat
@sondangsilalahi8876 ай бұрын
Salom pak Pdt,saya suka mengikuti kotbah bpk.trims pak yg memberikan perumpamaan ttg pohon hidup yg mengeluarkan getah sehingga lobang itu tertutup kembali.Tuhan memberkati pelayanan bpk...🙏🙏
@albertnomleni97206 ай бұрын
Aminnnn
@holongsilaen74426 ай бұрын
Situasi, keadaan, keinginan, dorongan bisa org berbuat dosa.
@omarnightwatchman21167 ай бұрын
Shalom Pdt. I Nyoman Djepun & kita semua, Betul sekali, untuk melaksanakan perintah *_melepaskan pengampunan_* yang diperlukan oleh manusia *_hanyalah memilih_* kemauan untuk melepaskannya. Semakin cepat memilih melepaskan pengampunan, maka secepat itu juga Roh Kudus akan mulai bekerja, sehingga manusia tersebut dimampukan untuk melepaskan pengampunan. Ketika itu Ruth DePaiva masih dalam suasana duka atas tragedi kematian anaknya, yaitu Pastor Ruimar DePaiva (42) beserta anak mantunya, yaitu Margaret Ottoni (37), dan cucunya Larisson (11). Setelah acara pemakaman mereka, Ruth DePaiva mengunjungi Justin Hiroshi dalam tahanannya. Justin Hiroshi (43) adalah laki-laki yang telah membunuh keluarga dari Ruth DePaiva itu, dan juga sempat menculik adik dari Larisson, yaitu Melissa (10), yang kemudian dilepaskannya. Dalam kunjungannya itu Ruth mengatakan kepada Justin: “Because of Jesus, I want you to know that we forgive you,” dan “I want to see you in heaven one day with my son and daughter-in-law and grandson.” (Karena Yesus, saya ingin anda mengetahui bahwa kami memaafkan anda. Saya ingin berjumpa anda di sorga suatu hari nanti, bersama anak saya, menantu saya dan cucu saya) Ketika ditanyakan kepada Ruth bagaimana dapat memaafkan Justin, jawabnya: “It is impossible from a human perspective. Forgiveness only comes from the Holy Spirit,” (Dari sisi manusia ini adalah sesuatu yang tidak mungkin. Pengampunan hanya datang dari Roh Kudus) 15 tahun setelah tragedi pembunuhan itu, Melissa yang sudah menikah, dengan ditemani anggota keluarganya, kembali mengunjugi Palau, tempat tragedi itu terjadi. Mereka mengunjugi Justin yang sedang menjalani masa tahanannya untuk seumur hidup karena kejahatannya itu. Dengan airmata yang terus mengalir pada wajahnya, Melissa mengatakan “ Justin, we are all the same in God’s sight. We are no better than you are. We are all in need of God’s saving grace in our lives. I want to see you in heaven one day with my parents and my brother”. (Justin, kita semua adalah sama dalam pandangan Tuhan. Kami tidak lebih baik dari anda. Kita semua membutuhkan karunia keselamatan Tuhan dalam hidup kita. Saya ingin berjumpa anda di sorga suatu hari nanti bersama orang tua saya dan saudara saya) Ruth dan Melissa secara *_proaktif lebih memilih membiarkan_* Roh Kudus bekerja dalam dirinya untuk melepaskan pengampunan kepada Justin Hirosi, daripada memilih untuk berpikir bahwa pembalasan adalah hak Allah, sehingga mereka dapat berkata “I want to see you in heaven one day…..” Sehingga, tanpa mereka sadari, mereka telah melaksanakan perintah Yesus, yaitu janganlah kamu menghakimi (Matius 7:1), yang dihubungkan dengan Yohanes 7:24 :” Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil”. Bagi yang belum mengetahui kisah nyata ini, bisa search dengan kata kunci "Return to Palau: A Journey of Healing and Restoration". _Justin Hirosi was charged with killing all three DePaiva family members, kidnapping, burglary, indecent assault, and sexual assault, reported Plainview. He was sentenced to three life sentences in prison without parole_ . Justin Hirosi telah dihukum. Tapi tentu kita semua sepakat bahwa ketika Justin bayi dilahirkan pertama kali adalah tidak untuk menjadi penjahat disuatu hari nanti. Kalau dirunut kebelakang, bisa jadi Justin dan para penjahat lainnya yang saat ini sedang menjalani hukumannya, sebenarnya mereka bukanlah hanya pelaku kejahatan. Bisa jadi mereka sebelumnya adalah korban juga dari kejahatan yang dilakukan tanpa sadar oleh lingkungan terdekatnya secara rutin atau terus menerus kepada mereka, sehingga pada akhirnya disuatu hari kemudian mereka menjadi pelaku kejahatan oleh karena pola berpikir yang salah yang sudah terbentuk dalam diri mereka, tanpa pernah mereka memintanya ketika pertama kali keluar dari rahim ibunya. Jadi sebenarnya mereka sudah lebih dahulu menjadi korban kejahatan sebelum menjadi pelaku kejatan. Sehingga inilah yang menjadi concern Yesus dalam Yohanes 7:24, yaitu tidak menghakimi menurut apa yang sudah mereka lakukan, tapi juga harus berdasarkan apa yang sudah dilakukan kepada mereka. Bagi para orang tua yang masih memiliki anak balita, dengan pertolongan Roh Kudus, ini adalah kesempatan emas untuk mengawal secara ketat pertumbuhan anaknya.
@jmsimbolom49796 ай бұрын
Sdrku.Aku baru membaca respon seindah dan seberhikmat ini.Yg pertama harus kukatakan kpd anda:'Trimakasih buat sebuah 'cerita' analogi anda yg sangat berarti itu.Aku tak cukup dua tiga kali membacanya.Seakan ingin mencoba menjadi pribadi yg memerankannya.Tetapi harus kuakui bhw seolah olahpun aku masih gagal.Sebenarnya saya bukanlah seoran yg saleh ataupun bukan seorang penjahat,namun kerinduanku agar kiranya damai ada disetiap tempat paling tidak ditempat sekitarku. Sekali lagi aku haturkan trimakasihku kpdmu sobatku.Tanpa lupa kpd hamnaNya Nyoman yg kaya rasa,terutama kpd Roh Kudus yg memimpin para hamba hambaNya Trimakasih.Shalom dr Sumatera.❤
@sondangsilalahi8876 ай бұрын
Trims saudaraku atas penjabaran firman yg luar biasa dgn contoh yg diberikan...🙏🙏@@jmsimbolom4979
@rts68642 ай бұрын
Syalom Romo....
@sondangsilalahi8875 ай бұрын
Pak Pdt saya mau ty,dari sekian byk kemahatahuan Tuhan,ada satu yg Tuhan tdk bs lakukan.Bpk td suruh buka Yes 43:25,saya tdk mendpt yg dimaksud bapak* satu yg Tdk bs Tuhan lakukan.*,mohon beritahu pak..🙏🙏