KOMISI X DPR RI || GONTA GANTI KURIKULUM PERTANDA "TIDAK WARAS" || INDRA CHARISMIADJI

Paparan Indra Charismiadji tentang Kebijakan Kurikulum Kita
#budiono_blitar_channel
#kurikulum_Pendidikan

[@SamsuSamsu-b6s]

Mengganti kurikulum pendidikan dapat memiliki beberapa efek negatif, antara lain: 1. Kebingungan Siswa: Siswa mungkin kesulitan menyesuaikan diri dengan materi baru dan metode pembelajaran yang berbeda. 2. Beban Pelajaran: Perubahan kurikulum dapat menambah beban belajar siswa, terutama jika materi baru dianggap lebih sulit atau kompleks. 3. Kurangnya Kesiapan Guru: Guru mungkin tidak siap atau tidak dilatih dengan baik untuk mengajar kurikulum baru, yang dapat berdampak pada kualitas pengajaran. 4. Kesulitan dalam Penilaian: Sistem penilaian yang tidak sesuai dengan kurikulum baru bisa menyebabkan kesulitan dalam mengevaluasi kemampuan siswa. 5. Ketidakstabilan Pendidikan: Perubahan yang sering dapat menyebabkan ketidakstabilan di sistem pendidikan, mengganggu proses belajar-mengajar. 6. Penyimpangan dari Standar: Jika tidak direncanakan dengan baik, kurikulum baru bisa menyimpang dari standar pendidikan yang seharusnya, membuat lulusan kurang siap menghadapi tantangan di dunia nyata. 7. Dampak Emosional: Siswa dan orang tua mungkin merasa cemas atau frustrasi dengan perubahan yang tiba-tiba, yang dapat mempengaruhi motivasi dan minat belajar. 8. Resistensi dari Masyarakat: Orang tua dan masyarakat mungkin menolak perubahan, terutama jika mereka merasa kurikulum baru tidak sesuai dengan nilai-nilai atau kebutuhan lokal. Perubahan kurikulum memang diperlukan untuk perkembangan pendidikan, tetapi penting untuk melakukannya dengan pertimbangan dan persiapan yang matang.

[@DwiYuniKusrini]

Jujur saya tidak bangga dengan kurmer...alasannya?? Pasti pada paham semua.....sangat enjoy dan nyaman dengan KTSP...mohon kembali ke KTSP

[@aguskarjono7701]

Alhamdulillah sekarang dah ada kurikulum merdeka yg bisa guri tidak perlu mengajar dan murid tidak perlu belajar itu lah merdeka sebab toh hasil yg di tanyakan ada umur tinggi maupun rumah dimana??????

[@iwayansuyastra6956]

Saya mohon supaya dikaji kembali dasar,pola serta kurikulum di Indonesia supaya tujuan pdd Nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bisa trcapai ,juga mampu berkompotesi secara Nasional dan Internasional shg outputnya mampu terjun ke dunia kerja juga dunia usaha.

[@muhammadsyahbuddin5318]

Betul, pakai KTSP saja, kurikulum Nasional sama saja kurikulum merdeka, ganti kurikulum merdeka bikin sesak saja

[@negerikertascom]

merespon yang dipaparkan pak dewan. sebetulnya sekolah2 di kota sudah banyak yang menjalankan projek based learning, walau banyak teraktualisasi di kegiatan eskul dan lomba yang diikuti siswa di luar kelas. dan para guru juga sudah mengajak siswa untuk mencari tahu. bukan hanya memberitahu. guru bukan satu satunya sumber belajar. sehingga mengajar dengan aneka sumber belajar. kesimpulan: yang bermasalah adalah sekolah2 di pelosok daerah. karena indonesia yang sangat luas, sehingga terjadi ketimpangan pendidikan. membuat hasil survei pisa di indonesia sangat tertinggal. solusinya survei pisa jangan hasil rata rata nasional. tapi disurvei setiap kota kabupaten. dan di ranking untuk mendapat data kota dengan pendidikan terbaik dan terendah. dan yang diobati hanya yang bertaraf rendah. kurang lebih seperti penanganan covid. kota kabupaten yang bermasalah, dikarantina dan diobati sampai sesuai standar. agar tidak terjadi ketimpangan. kalau perlu guru guru terbaik bangsa ditempatkan di pelosok, agar bisa hiling, meninggalkan hiruk pikuk kota dan menikmati alam indonesia yang sangat indah 🤭

[@budionoblitar]

Saya membayangkan seandainya para doktor dan profesor di bidang pendidikan bersedia mengabdi di pelosok-pelosok apakah SD atau SMP atau SMA dan yang sederajat tentu sesuatu yang sangat luar biasa. Sayangnya banyak doktor dan profesor hanya banyak berkecimpung di perguruan tinggi saja, padahal (menurut saya) di kelas rendah perlu SDM hebat seperti para doktor dan profesor. Memang perlu pembelajaran yang konstektual; agar anak-anak benar-benar merasa belajar di dunia nyata, bukan hanya tekstual saja.

[@kistiyahsigit5676]

Ikuti saja kurikulum pondok. Tirulah kurikulum pondok Gontor. Tidak Gonta ganti kurikulum. Mereka punya kurikulum sendiri. Santri lulus pasti bisa mengajar. Santri bisa apa saja. Ok

[@budionoblitar]

Luar biasa saya percaya, Darussalam siapa yang tidak tahu. Saya pernah tanya salah satu guru di Gontor, beliau mengatakan pondok punya kurikulum sendiri; anak-anak (santri) di sini diutamakan pembentukan karakter, santri harus jujur, bertanggung jawab, berjiwa leader dsbnya

[@hakunamatata7787]

Kurikulum dari tahun 2006 sampai sekarang membuat generasi pelajar bergantung pada gadget dan internet yang endingnya orang tua yang berpikir dan menuntaskan tugas tugasnya, kurang aktifitas sosial di dunia nyata, anak sekarang suruh bikin prakarya bikin gasing bambu udah stress duluan, ortu yang kelabakan bikin.atawa simplenya beli jadi. Beda sama jaman dulu, yang tangguh cari bambu atawa beli terus bikin bareng temen. Kurikulum terbaik menurut saya CBSA dari mendikbud Fuad Hasan, Belajarnya Siswa Aktif di dunia nyata jadi ga pada gemuk kurang gerak, otaknya juga bekerja di dunia nyata cari solusi dan bikin inovasi, dunia maya tugas selesai karena faktor copy paste, bukan penyelesaian sendiri.

[@ditaagian9204]

Mentri pendidikan ny kalau raker idenya hanya copy paste..dari yg lama.tinggal nambahkan sedikit analisis nya biar tak tampak copy paste nya😂😂

[@djokosiswanto3351]

Memperhatikan uraian Pak Indra....tidak ada yang salah karena sebagai referensi untuk memperbaiki kualitas pendidikan. Lihat Tujuan ke-4 SDGs yaitu Pendidikan yang Berkualitas (QUALITY EDUCATION). Jenis Pendidikan ada 3, yaitu: formal, non formal dan informal. Jadi bicara Tujuan ke-4 SDGs adalah integrasi dari ketiga jenis pendidikan tsb. Kembali masalah kurikulum itu lebih mengarah pada pendidikan formal. Secara struktur jenis pendidikan formal yang menjadi leading sector nya.... Kurikulum memang perlu ditinjau ulang minimal 4 tahun, tetapi dpt kurang dari 4 tahun sesuai dengan perkembangan zaman....Semoga target Quality Education dapat tercapai pada tahun 2030 sesuai terget SDGs di Indonesia.....Save Education in Indonesia.....🙏

[@budionoblitar]

Saya setuju, kurikulum memang perlu selalu disesuaikan dengan tuntutan zaman ada yang mengatakan minimal 10 tahun sekali di-review agar tidak ketinggalan zaman. Sebenarnya yang lebih penting dari itu semua menurut saya adalah perbaikan ADM (guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya). Kurikulum adalah benda mati . Berapa kalipun diubah atau disempurnakan apabila pelaksana tidak disiapkan dengan baik. Akhirnya seperti kata orang orang makannya apa saja minuman nya tetap teh botol. Maaf. Masih banyak guru guru yang mengajar dengan metode konvensional belum menerapkan metode pembelajaran seperti tuntutan kurikulum tersebut. Apakah di kurikulum 2006 atau 2013 atau 2013 yang disempurnakan atau kurma ini. Dan sering perubahan kadang tidak menyentuh esensi ...sayang sekali kalau perubahan hanya masalah nama atau istilah saja. Tentu kita semua berharap pendidikan di Indonesia maju seperti misalnya tetangga kita Singapura atau Jepang

[@SajiSPdMM]

Pak Indra Charis emang itu kerjaannya bgtu, gelarnya Prof alias provokator

[@budionoblitar]

Kritik eksternal harus dihargai sebagai masukan berharga . Realita pendidikan kita ya sepertinya yang beliau kritik ... Banyak kebijakan yang sebenarnya hanya ganti nama saja , isinya sama atau hampir sama Jangan jangan hanya proyek targetnya. Ada yang bilang Alhamdulillah ada kurikulum baru artinya ada proyek baru Proyek Diklat , proyek webinar, proyek buku dstnya

[@agushuda7652]

Untuk berjalan maju, maka banyak hal yang kita lihat, samping kanan kiri bahkan persis didepan kita, maka kita harus tidak mengabaikan hal hal yang terlihat nyata atau samar, tapi dinamisnya pendidikan terus membuka diri, mindshet yang tertata tersruktur dengan baik, teruslah maju pendidikan

[@budionoblitar]

Perubahan memang menimbulkan kegoncangan, kita tidak anti berubah, tetapi harapannya kita tidak asal berubah, tetapi berubah menuju yang lebih baik. Karena pendidikan ini adalah investasi jangka panjang, maka hasilnya tidak dapat dilihat dalam waktu instant, sehingga (menurut saya) tidak bijak pula mengubah-ubah sesuatu tanpa hasil yang jelas. Perubahan sebelumnya belum nampak hasilnya sudah diubah lagi dengan hal yang baru, dan hal yang baru inipun belum nampak hasilnya (karena ganti pejabat) harus berubah lagi, walaupun kadang yang berubah hanya namanya saja, kontennya mirip-mirip yang lama dengan nama baru. Tentu harapan kita semua tidak hanya asal beda "Waton Suloyo" (Bhs Jawa) namun perubahan yang esensial dan perbaikan dunia pendidikan ini.

[@cahyaningpratiwi2019]

@@budionoblitar bgmn membuat perubahan dg memastikan hasil jelas? Perubahan itu peluang, bukan jaminan. Kalau tdk ada perubahan, tentu juga tdk akan ada perubahan hasil

[@budionoblitar]

@@cahyaningpratiwi2019 tetapi berubah dengan konsep yang tidak jelas...anak didik yang menjadi kurban percobaan. Yang disampaikan Indra ada benar...jangan jangan hanya tendensi bisnis yang kemas rapi agar tidak tampak. Dahulu UAN atau ebtanas dikritik menghabiskan uang dengan hasil yang tidak jelas terus UAN atau ebtaslnas dihapus dicarikan alasan macam macam agar nampak ilmiah . Ujung2nya muncul lagi asesmen nasional dan ternyata dengan biaya yang dua kali lebih besar. Hasilnya ???? Kita harus siap menerima masukan darimanapun untuk perbaikan, jangan terlalu bahwa kurma adalah yang terbaik dan akan lebih baik dari sebelumnya. Guru guru di lapangan masih banyak yang bingung. K13 saja belum dilakukan sempurna sesuai panduan sudah berubah. Maaf sering kali di lapangan berapa kalipun kurikulum diubah guru tetap mengajar dengan caranya sendiri dengan cara konvensional...makan nya boleh apa saja tetapi kata mereka minumnya tetap teh botol Artinya sebenarnya SDM perlu disiapkan dulu dengan lebih baik. 🙏🙏🙏

[@MuhammadNasir-sh4cz]

Rumuskan kurikulum yg tidak membebani anak didik dgn mata pelajaran yg banyak. Klo bisa yg dipelajari anak didik hanya mata pelajaran yg menjadi minat dan bakat anak ditambah mapel budi pekerti

[@pujiantoro9242]

SDR nadiem tolong dicopot aja karena dia tidak paham dengan dunia pendidikan dan tidak tau apa saja yang ikut serta didalamnya tenaga TU

[@GabuHenrikus2019-zb8hd]

Ganti menteri

[@bysesa3041]

Jika bapak-bapak pintar dan cerdas ayooo perjuangkanlah/ganti yang salah, jangan sampai anak-anak kita menjadi gila karena belajar yang tidak jelas... Sedangkan karir nanti ditentukan oleh tangan mereka sendiri, bukan karena kurikulum yang berubah-ubah itu...

[@hakunamatata7787]

Gimana mau perjuangkan, kalau demo mahasiswa aja belum menyuarakan udah ditekan lewat dalam sampai ke dosen dosen dan rektornya. Bisnis bareng n massal bro klo rezim sekarang, jaman dulu cuma segelintir atau kroni kroninya aja. Sekarang kadang di level bawahpun ikut main. Makanya lebih susah buat ganti yang udah jalan walaupun yg udah jalan itu salah.