Рет қаралды 5,548
• MENGAPA ADA PALINGGIH ...
MENGAPA ADA PALINGGIH MERU#ApaMaknaPalinggihMeru
#ArtiTingkatanMeru
Meru bangunan suci-religious-estetika yang tinggi. Sebagai yantra, meru mampu menjadi penanda keberadaan pura dari kejauhan. Masa kini banyak orang hanya mengetahui meru sebagai bangunan bertingkat-tingkat yang menjulang tinggi.Juga meru hanya dipahami sebagai penanda strata sosial. Lalu apa makna di balik keindahan meru ? Meru, dalam mitologi Hindu merupakan gunung emas yang menancap di tengah-tengah alam semesta (bhurva Madhya) dan menjadi poros dunia. Teks Yāmala Tantra menyatakan (meru memang menjadi poros bumi namun tidak dapat diamati dengan mata fisik). Versi lain menyatakan jika Gunung Mahameru dikelilingi oleh Gunung Mandara di sebelah timur, Gunung Supasarva di sebelah barat, Gunung Kumuda di sebelah utara, dan Kailasa di sebelah selatan. Pada matematika modern Meru Prasthara lebih dikenal dengan nama Segitiga Pascal. Di Nusantara Mitos Sumeru disebutkan dalam teks Tantu Pagelaran, sebuah manuskrip Jawa Kuna yang ditulis pada masa Majapahit (abad ke-15), menggambarkan asal usul pulau Jawa secara mitologis serta perpindahan bagian kecil Gunung Meru ke Pulau Jawa. Tantu Pagelaran menarasikan jika Batara Guru (Siwa) memerintahkan Dewa Brahma dan Wisnu untuk mengisi Pulau Jawa dengan manusia. Tantangannya ketika itu adalah Pulau Jawa masih terapung bebas di lautan, sehingga terombang-ambing kesana kemari. Guna menghentikan pergerakan pulau tersebut, para dewa memutuskan untuk melekatkannya ke dasar bumi. Sebagaimana benda yang dipakukan ke tembok sehingga dapat menempel dengan kokoh. Diperlukan sebuah paku besar (pinkalalingganingbhuwana) yakni bagian Gunung Meru. Di Bali, Meru dikaitkan dengan Mpu Kuturan yang datang ke Bali sekitar abad XI Masehi. Ada pula pandangan Meru merupakan perkembangan lanjut dari bentuk Candi Jawa yang umumnya melambangkan konsep Triloka yaitu bhur loka (kaki candi), bwah loka (badan candi), dan swah loka (atap candi). Pada kasus meru di Bali jumlah tumpangnya tidak hanya sampai 3 namun 11. Berdasarkan bentuknya Meru terdiri atas tiga bagian (Tri Angga) yakni kepala (atap), badan (ruang pemujaan atau tempat meletakkan pratima) dan kaki (bebaturan). Sebagaimana dalam Lontar Putru Pasaji dijelaskan pula tujuh gunung dilewati Roh dalam perjalan pasca kematian. Pusatnya ada pada Gunung Mahameru, di sana keenam gunung lainnya berkumpul, pertama Gunung Malaya, kedua Gunung Suktiman, ketiga Gunung Wreksawan, keempat Gunung Himawan, kelima Gunung Makuta, keenam Gunung Nindana. Dalam lontar ini disebutkan pula jika kediaman para dewa di alam atas juga memiliki wujud meru. Meru menurut Lontar Andha Bhuana memiliki dua makna simbolis yakni sebagai lambang cikal bakal manusia dan alam semesta. Dalam kaitannya dengan cikal bakal penciptaan manusia dinyatakan Matangnyan meru mateges, me, ngaran meme, ngaran ibu, ngaran pradana tattwa, muah ru, ngaran guru, ngaran bapa, ngaran purusa tattwa, panunggalannya meru ngaran batur kalawasan petak. Sedangkan sebagai cikal bakal alam semesta dinyatakan Meru adalah cerminan asal usul alam semesta maupun segala makhluk, tumpangnya menggambarkan lapisan alam besar maupun kecil. Sebelas lapisan umum yang digambarkan lewat atap meru adalah 1 = Sekala, 2 = Niskala, 3 = Sunya, 4 = Taya, 5 = Nirbana, 6 = Moksa, 7 = Suksmataya, 8 = Turnyanta, 9 = Ghoryanta, 10 = Acintyataya, dan 11 = Cayem. Terkait dengan atap meru jumlah masing-masing atap Meru bermakna : Meru tumpang satu merupakan lambang penyatuan ke sepuluh aksara suci itu yakni Om atau Ongkara yang menyimbolkan Sang Hyang Tunggal/ Ida Sanghyang Widi Wasa. Meru tumpang dua merupakan lambang dari dua aksara suci yang berposisi di tengah (I, Ya) yang menyimbolkan Purusa-Pradhana. Meru tumpang tiga merupakan lambang dari tiga aksara suci yang berposisi di tengah (I, Omkara, Ya), yang menyimbolkan Tri Purusa yakni Parama Siwa, Sada Siwa dan Siwa. Meru tumpang lima merupakan lambang dari lima aksara suci (Sa, Ba, Ta, A) ditambah satu Ongkara di tengah yang merupakan symbol Panca Dewata. Meru tumpang tujuh merupakan lambang empat aksara suci (Sa, Ba, Ta, A) ditambah tiga huruf di tengah (i, Omkara, ya) yang menyimbolkan Sapta Dewata/Rsi. Meru tumpang 9 merupakan simbol 8 aksara suci (Sa, Ba, Ta, A, Na, Ma, Si, Wa) ditambah satu Ongkara di tengah yang merupakan lambang Dewata Nawa Sangga. Meru tumpang sebelas merupakan symbol sepuluh aksara suci (Sa,Ba,Ta,A,I,Na,Ma,Si,Wa,Ya) ditambah satu ongkara yang merupakan lambang Eka Dasa Dewata.
Bagaimana penjelasan selanjutnya, silahkan simak sesuluh Yudha Triguna melalui Yudha Triguna Channel pada KZbin, juga pada Dharma wacana agama Hindu.
Untuk mendapatkan video-video terbaru silahkan Subscribe
www.youtube.co...
Facebook: yudhatriguna
Instagram: / yudhatrigunachannel
Website: www.yudhatrigu...