Рет қаралды 1,621
Karya tari ini adalah gubahan Retno Maruti, yang merupakan perpaduan kisah Abimanyu Gugur versi tradisional dengan cerpen 'Nostalgia' karya Danarto. Larik-larik syair yang menjadi tembang adalah tulisan Bu Maruti sendiri.
Berikut adalah cuplikan cerpen 'Nostalgia'. Abimanyu nanar tatapannya memandangi genangan darah yang bergerak perlahan-lahan semakin luas memenuhi kemahnya. Kental merah anggur keungu- unguan dan semburat berkilat-kilat kena cahaya dari luar. Matahari sudah amat condong ke barat. Hari telah sore. Abimanyu kaget, seekor katak masuk dalam genangan darah itu, sama sekali merah tubuhnya. Tiba-tiba katak itu meloncat ke atas singgasana, Abimanyu marah, dicabutnya kerisnya, hendak ditikamnya. Katak itu berhasil meredam kemarahan Abimanyu. Ia bahkan dapat bercerita tentang hakekat hidup. Abimanyu mengalami pembasuhan hebat dalam dirinya, dan dengan derasnya pengetahuan semesta masuk ke dalam sukmanya. Tiba-tiba tabir kemah tersentak dan menyibak. Katak terbakar musnah. Kresna masuk dengan wajah merah padam, matanya menyala, kemudian bersabda, “ Abimanyu, sidang memutuskan kaulah Senapati untuk pertempuran besok. Siapkan dirimu! ” Esok harinya, Abimanyu gugur sebagai Senapati Ia kalah karena sumpahnya Abimanyu mati karena kodratnya (cerpen ”Nostalgia” Danarto Jakarta, 10 Juni 1969 ).
SEMBADRA
Siang ratri tan kendhat memuji/ Paran solahingong / Dhuh Bathara ing pundi dununge/ Putra ulun ratuning asigid / Memaniking ati/ Anggèr, jiwaningsun
SEMBADRA
Siang dan malam, tak henti aku berdoa tak tahu lagi harus bagaimana Oh, Tuhan, di manakah harus kutemukan anakku, yang tampan itu permata hatiku anakku, jiwaku.