Рет қаралды 30,383
• SESAYUT NGERAJA SINGA
SESAYUT NGERAJA SINGA
#Bebantenan
#UpacaraNaikDewasa
#UpacaraAkilBalik
Siklus hidup stages along the life cycle dalam agama Hindu, sejak masih dalam kandungan hingga kematian, senantiasa dilaksanakan ritus, agar manusia terhindari dari krisis. Setiap perubahan dari satu tahap ke tahap lainnya selalu dianggap penuh dengan masa-masa krisis dan karena itu harus dinetralkan dengan menyelenggarakan ritus, doa, persembahan, dan sejenisnya. Pada konten lain dibahas mengenai ritus akil balik, baik bagi anak laki-laki (ngeraja singa) maupun ritus untuk anak perempuan (ngaraja sewala). Tujuannya adalah untuk memuja dan ‘menghidupkan’ serta mengaktifkan energi Dewa Kama pada anak laki-laki dan aura Dewi Ratih pada anak perempuan. Upacara ngeraja singa dan ngeraja sewali dikategorikan ke dalam upacara manusia yadnya. Lalu apa itu upacara ngaraja sewala dan ngaraja singa ? Ngaraja sewala dan ngaraja singa adalah upacara siklus hidup yang dilaksanakan saat anak-anak mengalami peralihan dari masa anak ke masa remaja. Peralihan hidup dari anak-anak ke remaja bagi anak perempuan ditandai secara fisik telah mengalami menstruasi pertama, maka patut dilaksanakan upacara ngaraja swala. Sementara untuk anak laki-laki ditandai dengan perubahan suara (bertambah besar dan dalam), patut dilaksanakan ritus ngaraja singa. Istilah lain kedua peristiwa itu (ngaraja swala dan ngaraja singa) dinyatakan sebagai upacara menek kelih dalam tradisi Bali. Upacara ini dilaksanakan untuk memohon agar anak-anak tumbuh menjadi anak yang cantik dan ganteng, gagah, berani, dan bhakti kepada orang tua serta dijauhkan dari pengaruh negatif (masa peralihan selalu dianggap sebagai masa genting). Lalu, bebantenan apa saja yang patut disiapkan agar siklus hidup itu berjalan baik dan memberi manfaat kebaikan bagi anak-anak ? Pertama, tentu sepatutnya dibuatkan ayaban tumpeng lima sebagaimana penjelasan sebelumnya tentang oton. Ayaban tumpeng lima ini ditambahkan sesayut ngeraja singa untuk anak laki-laki, sementara untuk anak perempuan ditambah dengan sesayut sabuh rah. Untuk di tempat tidur dibuatkan banten pededarian. Sesayut ngeraja singa dihaturkan dan dipersembahan kepada Dewa Brahma di dapur, mengingat di dapurlah sumber segala energi. Anak yang diupacarai selanjutnya diajak ke dapur, dimohonkan pebersihan dan tirta pengelukatan, dan setelah itu natab sesayut ngeraja singa (bagi anak laki-laki) dan natab sesayut sabuh rah (bagi anak perempuan). Mengapa dilaksanakan upacara ngeraja singa ? Niyasa nya adalah agar anak laki-laki yang diupacari memiliki sifat pemimpin untuk keluarganya, sifat berani dan kuat seperti singa. Di dalam sesayut ngeraja singa, terdiri atas 9 tumpeng sesuai dengan pengider-ider lalu dilengkapi dengan tulung urip. Tulung urip itu terdiri dari tiga tingkatan yang melambangkan alam bhur, bwah dan swah. Sesayut ngeraja singa dapat ditambahkan satu ekor ayam biing atau ayam biing muda atau ayam gumerot. Lalu ditambah penyeneng, sampaian nagasari, dan sebuah canang genten. Inilah yang disebut dengan sesayut ngeraja singa yang ditatab di dapur untuk memohon agar anak laki agar menjadi anak yang gagah, mampu menjadi pemimpi bagi keluarga, dapat membedakan laku subakarma dan asubakarma yang harus dihindari, serta sehat lahir dan batin. Sementara untuk sesayut sabuh rah, berisi nasi dari beras merah yang disuwer, di tengah-tengahnya diisi sekuntum bunga pucuk bang. Mengapa bunga pucuk bang, ini disimbolkan bahwa perempuan itu seperti bunga yang setiap saat ada orang yang ingin memetik, mencium semerbak wanginya, dan simbol keindahan. Oleh karena itu, maka perempuan harus pintar menjaga sarinya agar bunga itu lama mekarnya. Jangan sampai sebelum nikah sari nya telah hilang. Jika sarinya telah hilang, maka bunga itu akan cepat layu. Itulah cara tradisional tetua kita untuk mengajarkan tentang filsafat kehidupan. Ketika natab banten pededarian maka yang dipuja adalah Dewa Semara dan Dewi Ratih keduanya merupakan penguasa hasrat, keinginan, dan cinta yang ada dalam diri manusia. Pengharapan menjadi anak-anak yang cerdas, cerdik dan berbudi luhur melalui doa dan ritus itu penting, tetapi juga harus dikuatkan dengan laku yang tidak pernah lelah untuk belajar, menjadi insan Hindu yang penuh cinta kasih, dan memiliki motivasi saling setia dan menjaga. Di balik setiap ritus memiliki kemuliaan sendiri, terutama bagi masyarakat setempat. Oleh karena itu, mari maknai ritus yang mulia dengan cara-cara yang kreatif dan penuh niat baik, sehingga kita dapat menjaga tradisi yang baik dengan baik.
Bagaimana penjelasan selanjutnya, silahkan simak sesuluh Yudha Triguna melalui Yudha Triguna Channel pada KZbin, juga pada Dharma wacana agama Hindu.
Untuk mendapatkan video-video terbaru silahkan Subscribe
www.youtube.co...
Facebook: yudhatriguna
Instagram: / yudhatrigunachannel
Website: www.yudhatrigu...