Рет қаралды 807
• Siwa Nataraja: Siwa Se...
Siwa Nataraja: Siwa Sebagai Dewa SeniSIWA NATA RAJA
#SukaTanPawaliDuka
#SiwaSebagaiDewaSeni
#SiwaNataRataDanFineArt
‘Siwa Nataraja’ artinya Siwa sebagai penguasa tari (natya) atau pencipta tari. Ikonografinya memperlihatkan Siwa sedang menari. Di dalam fungsinya di alam semesta, Siwa sebagai kekuatan tertinggi dalam posisi menari. Siwa sebagai penari agung natya dijumpai di dalam ajaran Siwa, khususnya Saiwa Siddhanta yang berkembang di India Selatan. Sekarang hampir semua museum besar di India, mengkoleksi arca Siwa Nataraja dalam berbagai bahan, corak, dan postur. Pembahasan mengenai Siwa Nataraja tidak dapat dilepaskan dengan konsep Satyam, Siwam, dan Sundaram. Siwa sebagai realitas tertinggi dijelaskan sebagai Satyam artinya kebenaran, Siwam artinya kesucian, dan Sundaram artinya keindahan. Di dalam fungsi kosmisnya, Siwa sebagai Nataraja, penari yang menari diiringi oleh musik kehidupan. Oleh karena beliau berhakikat keindahan, maka beliau dipuja, didekati, dan dicari melalui keindahan pula. Segalanya bisa dipandang sebagai keindahan (lango). Di dalam pandangan ini, kesenian di dalam tradisi Saiwa menempati posisi yang penting sebagai jalan beribadah di jalan keindahan. Dimana-mana kuil-pura dibangun dengan keindaahan sebagai wujud bhakti; begitu juga seni-seni yang terlibat di dalam upacara atau ritus keagamaan. Demikian pula pembahasan mengenai Siwa Nataraja berhubungan dengan konsep panca kertya, yakni fungsi Siwa sebagai Tuhan Yang Maha Esa ada lima, dikenal dengan istilah Panca-ketya atau Panca Kriya (lima aktivitas kosmis Siwi), yaitu (1) manifestasi atau penciptaan (Sresthi), (2) pemeliharaan atas penciptaan (Sthiti), (3) menarik kembali semua manifestasi ke asalnya (Samhara), (4) membungkus / mengaburkan Jiwa / Atman sehingga Jiwa / Atman mengalami kegelapan (Avidya / Ajnana) (fungsi ini disebut Vilaya / Nigraha / Tirobhawa), dan (5) memberikan anugerah (Anugraha). Tiga pertama itu identik dengan Tri Kona: upethi, sthiti, dan pralina yang banyak ditemukan di dalam ajaran purana. Ketika melaksanakan fungsi-fungsi tersebut, Siwa sebagai Siwa Nataraja, penari kosmis. Beliau berwujud keindahan. Diyakini konsep ini berasal dari India yaitu mazab Siwa. Mazab ini terbesar yaitu Saiwa Siddhanta di India Selatan dan konsep ini muncul sekitar abad ke-13 Masehi ketika berkuasa kerajaan Cola. Pada masa ini Siwa Nataraja berkembang pesat sekaligus menjadi ikon mazab Saiwa Siddhanta. Konsep ini menggambarkan filsafat mazab ini, dimana ada tiga realitas (tri padartha), yaitu Pati adalah Realitas Tertinggi disebut Siwa, Pasu adalah makhluk hidup, dan Pasa adalah belenggu dunia dengan segala bentuknya/manifestasinya Lalu bagaimana di Indonesia ? Penanggalan yang pasti belum diketahui kapan, bagaimana dan siapa yang menyebarkan ke nusantara. Penyebaran ini bersama-sama ketika kebudayaan India berkembang dan menyebar di Kawasan Asia Tenggara termasuk Jawa dan Bali sejak melenium pertama. Di sini segala yang sampai berinteraksi dan berkembang diresposn oleh masyarakat Nusantara, termasuk konsep Siwa Nataraja. Namun, bukti-bukti atau jejaknya ada ditemukan, misalnya di dalam kompleks candi Padang Lawas di Sumatra; di sini (di Biaro Tandihat 1) ditemukan relief Siwa Tandawa dalam media batu bata merah. Sementara itu, relief-relief atau patung yang menggambarkan tari/tarian banyak dijumpai di candi-candi di Jawa baik bercorak Hindu maupun Buddha. Belakangan di era tahun 1970-an, ketika pembangunan kompleks Taman Budaya (Art Center) di Denpasar dan Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Denpasar, konsep Siwa Nataraja digunakan sebagai simbul dengan gaya khas Bali. Konsep ini menjadi prinsip dasar atau pengarah berkesenian yaitu untuk mendapatkan kebebasan abadi, sukha tan pawali dukkha. Selanjutnya tari berjudul atau bertema Siwa Nataraja juga tercipta oleh para seniman. Ada juga cendramata dibuat menggunkana wujud Nataraja. Makna pentingnya, jadikan kehidupan ini sebagai sebuah kesenian; membangun rasa indah bisa menyucikan pikiran. Orang menciptakan sebuah karya seni belum tentu membangun rasa indah terutama bagi penciptanya. Rasa indah membasuh dukkha, penderitaan. Berkesenian sesungguhnya jalan kebahagiaan, jalan pembebasan tentu saja silakukan dengan totalitas dan mengerti tujuan akhir berkesenian. Jika hal ini dipegang, berkesenian akan dilandasi oleh kesucian, dedikasi, dan pemujaan, Seni murni (fine art) akan berkembang dengan baik karena kesenian baru tercipta sebagai persembahan terbaik/tertinggi kepada sang penguasa kesenian (sangita), yaitu Bhatara Siwa.
Bagaimana penjelasan selanjutnya, silahkan simak sesuluh Yudha Triguna melalui Yudha Triguna Channel pada KZbin, juga pada Dharma wacana agama Hindu.
Untuk mendapatkan video-video terbaru silahkan Subscribe
www.youtube.co...
Facebook: yudhatriguna
Instagram: / yudhatrigunachannel