TERSESAT DALAM CINTA⁉️

TERSESAT DALAM CINTA⁉️ #scarrymovie #storytelling #lovestory #movie #movies
Aku tidak pernah menduga bahwa kunjunganku ke rumah kakakku yang sudah berkeluarga akan mengubah hidupku secara drastis. Hari itu, kota dipenuhi dengan hiruk-pikuk keramaian seperti biasanya. Kendaraan berlalu-lalang tanpa henti, dan suara klakson kendaraan menjadi musik latar yang tak terhindarkan. Aku masih ingat dengan jelas, bagaimana langkah kakiku terasa berat saat menaiki tangga apartemen kakakku yang berada di lantai enam.
"Kak, aku datang!" seruku setelah mengetuk pintu beberapa kali. Pintu terbuka, memperlihatkan wajah kakakku, Rina, yang tersenyum hangat.
"Ah, Adinda! Masuklah," ujarnya sambil membuka pintu lebar-lebar. "Kebetulan sekali, Andra juga baru pulang kerja."
Aku memasuki apartemen mereka, melihat suasana yang nyaman dan tertata rapi. Di sudut ruangan, ada sosok lelaki yang tengah sibuk dengan laptopnya. Ia mengangkat pandangannya saat menyadari kehadiranku. Itulah pertama kali aku bertemu dengan Andra, kakak iparku. Wajahnya tampan dan berwibawa, dengan sorot mata yang tajam namun penuh kehangatan.
"Selamat datang, Adinda," sapanya dengan suara bariton yang menenangkan. "Semoga kau betah di sini."
Kami berbasa-basi sejenak sebelum Rina mengajak kami makan malam. Meja makan sudah tertata dengan rapi, dan aroma masakan menggugah selera. Kami menikmati hidangan sambil berbincang-bincang ringan. Dalam setiap kalimat yang keluar dari mulut Andra, ada sesuatu yang membuatku merasa tertarik dan terpesona. Ia adalah seorang direktur perusahaan yang sukses, namun tetap rendah hati dan penuh perhatian.
Setelah makan malam, Rina meminta izin untuk menyiapkan kamar tamu untukku. Aku pun tinggal berdua dengan Andra di ruang tamu.
"Apa yang membuatmu datang ke kota ini, Adinda?" tanyanya sambil menyandarkan tubuhnya ke sofa.
"Aku hanya ingin menghabiskan waktu dengan kakakku," jawabku dengan senyum. "Sudah lama kami tidak bertemu."
Andra mengangguk sambil tersenyum. "Aku mengerti. Kota ini memang penuh dengan kesibukan, tapi di sini kau akan menemukan banyak hal yang menarik."
Percakapan kami berlanjut, dan aku merasa semakin nyaman berbicara dengannya. Ia memiliki cara berbicara yang mampu membuat orang lain merasa dihargai dan dipahami. Tanpa kusadari, aku mulai merasa ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar kekaguman pada Andra. Namun, aku menyadari bahwa perasaan ini adalah sesuatu yang harus kuelakkan.
Hari-hari berlalu, dan kunjunganku yang awalnya direncanakan singkat menjadi lebih lama dari yang diharapkan. Aku sering menemukan diriku menghabiskan waktu bersama Andra, baik saat Rina sedang bekerja maupun ketika ia sibuk dengan urusan lainnya. Kami sering berbincang tentang banyak hal, dari pekerjaan hingga kehidupan pribadi.
Suatu malam, ketika Rina sedang berada di luar kota untuk urusan pekerjaannya, Andra dan aku duduk di balkon, menikmati pemandangan kota yang gemerlap.
"Apakah kau pernah merasa tersesat dalam hidupmu, Adinda?" tanya Andra tiba-tiba, memecah keheningan.
Aku terdiam sejenak, merenungkan pertanyaannya. "Tentu saja. Aku rasa setiap orang pernah merasa demikian."
Andra menghela napas panjang. "Aku juga merasa demikian, meski di mata banyak orang, hidupku tampak sempurna."
Aku menatapnya, mencoba menangkap maksud dari kata-katanya. "Apa yang membuatmu merasa tersesat, Andra?"
Ia menatap jauh ke kerlipan lampu-lampu kota. "Kadang, aku merasa terjebak dalam rutinitas dan tanggung jawab. Ada kalanya, aku merindukan kebebasan dan spontanitas."
Kata-katanya seakan mencerminkan apa yang kurasakan. Kami saling memandang dalam keheningan, dan aku merasakan ada ikatan yang tumbuh di antara kami. Namun, aku tahu betul bahwa perasaan ini salah. Andra adalah suami kakakku, dan aku tidak seharusnya membiarkan perasaan ini berkembang.
Malam itu, ketika aku berbaring di tempat tidur, pikiranku dipenuhi dengan bayangan Andra. Aku merasa tersesat dalam perasaan yang tidak seharusnya ada, namun semakin kuelakkan, semakin kuat perasaan itu. Aku tahu, jalan yang kutempuh ini berbahaya dan penuh dengan pengorbanan hati. Namun, aku tidak bisa mengabaikan apa yang kurasakan.