Рет қаралды 10,623
Tahukah Anda mengapa perusahaan-perusahaan Tiongkok rela kehilangan $1,2 miliar (sekitar Rp18 triliun) untuk membantu Arab Saudi membangun kereta api cepat pertama di gurun? Kota kuno Mekah tidak hanya menjadi tempat suci bagi umat Islam di seluruh dunia tetapi juga merupakan pilar penting perekonomian negara. Setiap tahun, jutaan orang beriman berkumpul di sini untuk melakukan ziarah spiritual. Namun, fasilitas transportasi di Mekah belum memadai, hanya ada satu jalan raya utama untuk para peziarah, yang menyebabkan kemacetan lalu lintas dan bahaya keselamatan.
Untuk mengatasi masalah ini, Arab Saudi memutuskan untuk menginvestasikan $6 miliar (sekitar Rp90 triliun) membangun jalur kereta api cepat Haramain. Membangun jalur kereta api di gurun bukanlah tugas yang mudah, sering terjadi badai pasir dan suhu sangat tinggi yang menyulitkan konstruksi. Karena tantangan ini, banyak mitra Eropa dan Amerika menarik diri dari proyek ini. Akhirnya, China Railway Corporation mengambil alih proyek tersebut. Setelah 9 tahun pembangunan, jalur kereta api resmi dioperasikan.
Proyek ini sangat kompleks dan kondisi lingkungan keras membuat perusahaan Tiongkok mengalami kerugian sebesar $1,2 miliar (sekitar Rp18 triliun). Mengapa Tiongkok rela menderita kerugian besar ini? Kereta api ini bukan hanya keajaiban teknik di Arab Saudi, tetapi juga simbol integrasi budaya dan teknologi modern. Total investasi dalam kereta api sepanjang 450 km ini melebihi $16 miliar (sekitar Rp240 triliun), menghubungkan dua kota paling suci Islam, Mekah dan Madinah. Kereta ini dirancang mencapai kecepatan 360 km/jam, menjadikannya salah satu kereta tercepat di dunia. Sejak mulai beroperasi pada tahun 2018, waktu tempuh Mekah ke Madinah dipersingkat dari 4 jam menjadi 2 jam, dan perjalanan dari Jeddah ke Mekah dari beberapa jam menjadi setengah jam.
Volume penumpang tahunan kereta api ini kini melampaui 35 juta orang, menciptakan manfaat ekonomi miliaran dolar (triliunan rupiah) bagi Arab Saudi setiap tahunnya. Kereta ini diperkirakan akan mengangkut 135 juta orang pada tahun 2042. Selama pembangunan, tim konstruksi Tiongkok menghadapi banyak tantangan seperti badai pasir dan suhu ekstrem. Bahan konstruksi harus tahan terhadap erosi pasir dan suhu tinggi. Setelah lebih dari 3.000 percobaan, bahan paduan khusus yang sangat tahan korosi akhirnya dipilih.
Pasir di Gurun Arab sangat lembut dan bukit pasir dapat bergerak saat angin bertiup, yang mengancam stabilitas jalur kereta. Tim Tiongkok mengembangkan sistem peringatan dini dan teknologi fiksasi pasir datar untuk mengatasi ini. Sistem peringatan dini memantau kekuatan dan arah angin secara real-time, dan teknologi fiksasi pasir memperbaiki butiran pasir lepas di permukaan bukit pasir. Kedua teknologi ini memastikan stabilitas dan keselamatan jalur kereta.
Suhu di Gurun Arab bisa mencapai 55°C, yang menjadi ujian besar bagi kesehatan fisik pekerja. Tim Tiongkok menerapkan sistem shift, menghindari suhu tinggi di siang hari dan bekerja pada malam yang lebih dingin. Untuk mempercepat proyek, mereka merekrut hingga 1.600 pekerja setiap hari, meski ini meningkatkan biaya tenaga kerja sebesar 30%.
Mengapa Tiongkok mau membantu Arab Saudi meskipun tahu betapa sulitnya proyek ini? Melalui proyek ini, Tiongkok bisa mengeksplorasi dan mempelajari teknologi konstruksi kereta api cepat di lingkungan gurun dan mengumpulkan pengalaman berharga untuk proyek masa depan. Keberhasilan kereta api Haramain juga membuat teknologi kereta cepat Tiongkok diakui secara internasional. Arab Saudi menyerahkan hak pengoperasian kereta api ini selama 5 tahun ke Tiongkok, yang dapat menghasilkan pendapatan hingga $1 miliar (sekitar Rp15 triliun) setiap tahunnya.
Keberhasilan proyek ini tidak hanya merupakan kemenangan teknis, tetapi juga memperkuat hubungan persahabatan antara Tiongkok dan Arab Saudi. Pada masa depan, Arab Saudi menyerahkan proyek besar Jon Economic City ke Tiongkok dengan total nilai proyek $25 miliar (sekitar Rp375 triliun) dan menandatangani perjanjian pembelian minyak senilai $10 miliar (sekitar Rp150 triliun). Pencapaian kerja sama ini semakin memperkuat hubungan kedua negara.