Рет қаралды 14,759
Pada awal Maret tahun ini, Tiongkok dan Maladewa atau yang lebih populer dengan nama Maldavis telas menandatangani perjanjian kerja sama militer yang berlaku selama 36 tahun, yang mencakup bantuan militer tanpa biaya dari Tiongkok kepada Maladewa. Perjanjian ini langsung menarik perhatian luas, terutama di kawasan Asia, bahkan beberapa media Barat berspekulasi bahwa Tiongkok tengah mengimplementasikan strategi yang dikenal sebagai rantai pulau pertama di Samudera Hindia.
Anda mungkin bertanya-tanya, apa itu rantai pulau pertama? Istilah ini muncul pada era Perang Dingin, ketika Amerika Serikat merumuskan strategi untuk mengelilingi Tiongkok dengan serangkaian pulau dan jalur perairan penting guna membatasi ekspansi pengaruh Tiongkok di kawasan tersebut. Kini, dengan adanya kerja sama militer ini, muncul spekulasi bahwa Tiongkok sedang membangun kembali strategi serupa di Samudera Hindia.
Maladewa, sebuah negara kepulauan di Samudera Hindia, dikenal luas karena keindahan perairannya yang berwarna biru kehijauan dan terumbu karang yang memukau. Namun, dari sudut pandang militer, kekuatan Maladewa relatif terbatas. Angkatan Pertahanan Maladewa, yang terdiri dari Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Garda Nasional, hanya memiliki sekitar 5.000 personel. Jumlah ini sangat kecil jika dibandingkan dengan militer negara-negara besar. Selain itu, sebagian besar kapal yang dimiliki Maladewa adalah kapal patroli kecil dan speedboat, tanpa dilengkapi kapal perang besar. Dalam menghadapi ancaman militer besar, armada kecil ini jelas akan kesulitan melakukan perlawanan yang efektif.
Angkatan Udara Maladewa juga terbatas, sebagian besar digunakan untuk transportasi domestik dan misi penyelamatan, tanpa pesawat tempur atau pembom canggih. Di masa lalu, Maladewa memiliki hubungan kerja sama militer yang erat dengan India. Mereka sering mengadakan latihan militer bersama, kunjungan pertukaran, dan India pun memberikan bantuan militer serta dukungan teknis kepada Maladewa.
Namun, setelah presiden baru, Ibrahim Mohamed Solih, berkuasa, Maladewa mulai mengubah kebijakan luar negerinya secara bertahap. Belakangan ini, Maladewa bahkan meminta India untuk menarik 75 personel militernya yang ditempatkan di sana. Langkah ini mengejutkan India, yang telah lama memandang Maladewa sebagai mitra strategis di Samudera Hindia. India berharap dapat mempertahankan pengaruhnya di kawasan dengan memperkuat kerja sama militernya dengan Maladewa.
Ketidakpuasan India semakin memuncak pada 4 Maret tahun ini, ketika Tiongkok dan Maladewa menandatangani perjanjian penting, yang memungkinkan Tiongkok memberikan bantuan militer gratis kepada Maladewa. Meski detail perjanjian tersebut belum dipublikasikan, media India segera mengkritiknya, menyatakan bahwa kurangnya transparansi dalam bantuan ini dapat menjerumuskan Maladewa ke dalam krisis utang dan bahkan merusak kedaulatannya. Sebagai perbandingan, bantuan militer Tiongkok sebelumnya ke Maladewa biasanya dikenakan biaya, meski dengan tarif yang relatif rendah, dan diberikan dalam konteks hubungan persahabatan.
Mengapa Tiongkok tiba-tiba menawarkan bantuan militer gratis? Dalam hubungan internasional, jarang ada tindakan yang dilakukan tanpa alasan strategis. Tiongkok tentu memiliki tujuan dan motivasi di balik langkah ini. Salah satunya adalah kepentingan geopolitik di Samudera Hindia. Setiap tahun, Tiongkok mengimpor minyak dalam jumlah besar dari Timur Tengah, dan jalur laut di Samudera Hindia sangat penting bagi transportasi minyak tersebut ke Tiongkok. Melindungi keamanan jalur maritim di kawasan ini sangat penting bagi pasokan energi dan keamanan nasional Tiongkok.
Dengan memperkuat kerja sama militer dengan Maladewa, Tiongkok dapat lebih efektif dalam memerangi ancaman seperti pembajakan dan terorisme di kawasan tersebut, sekaligus menjamin keamanan jalur laut vital. Ini juga dapat membantu menurunkan biaya transportasi minyak bagi Tiongkok dan meningkatkan keamanan energinya.
Di sisi lain, India semakin memperluas pengaruhnya di kawasan Samudera Hindia, berusaha mempertahankan apa yang mereka sebut sebagai hegemoni Samudera Hindia. Langkah ini tidak hanya bertentangan dengan upaya bersama untuk menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan, tetapi juga cenderung mencampuri urusan dalam negeri negara-negara tetangganya. Bantuan militer Tiongkok kepada Maladewa dapat dilihat sebagai upaya untuk memperkuat hubungan bilateral sambil memberikan sinyal tegas kepada India dan negara-negara lain di kawasan bahwa Tiongkok siap mempertahankan kepentingan dan keamanannya di Samudera Hindia.