Рет қаралды 132
#halunik #iduladha2023 #kurban
Tradisi Idul Adha di Indonesia, Unik dan Penuh Makna
Umat muslim di mempunyai dua hari raya penting yakni Idul Fitri dan Idul Adha. Sama halnya dengan Idul Fitri, Indonesia juga punya tradisi Idul Adha yang menarik untuk diketahui.
Menyembelih hewan kurban memang pokok kegiatan saat Idul Adha. Namun, beberapa daerah dan masyarakat di Indonesia juga punya tradisi unik yang tetap perlu dijaga dan lestarikan. Berikut tradisi unik dan penuh makna pada perayaan Idul Adha yang kami rangkum dari berbagai sumber!
1. Meugang di Aceh
Meugang adalah tradisi yang bermakna sebagai bentuk rasa syukur masyarakat Aceh terhadap Tuhan. Kegiatan ini dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat Aceh dengan memasak daging dan makan bersama keluarga serta kerabat.
Prosesnya berawal dengan pemotongan hewan kurban. Kemudian lanjut dengan membagikan daging ke warga sekitar dan fakir miskin. Meski inti acaranya adalah penyembelihan dan pembagian daging kurban, namun ada juga masyarakat Aceh yang langsung membeli daging di pasar.
2. Apitan di Semarang
Apitan menjadi bentuk rasa syukur warga setempat atas rezeki (hasil bumi) dari Tuhan. Isi acara ini adalah pembacaan doa dan arak-arakan hasil pertanian dan peternakan warga setempat.
Nantinya, warga yang ikut hadir di acara Idul Adha ini akan berebut untuk mengambil hasil tani yang menjadi arakan.
3. Gamelan Sekaten di Surakarta
Pengaruh Wali Songo dalam kegiatan masyarakat di Jawa memang cukup kental. Salah satunya adalah tradisi gamelan sekaten di Surakarta.
Tak hanya saat Idul Adha, gamelan sekaten juga menjadi tradisi Idul Fitri dan Maulid Nabi Muhammad saw. Khusus saat perayaan Idul Adha, tabuhan musik gamelan akan mulai setelah shalat Idul Adha selesai.
Acara ini terbuka untuk umum, biasanya warga yang menyaksikan gamelan sekaten akan mengunyah kinang.
4. Gerebeg Gunungan di Yogyakarta
Tradisi Grebeg Gunungan ini berawal dari halaman Keraton Jogja, Alun-Alun Utara hingga Masjid Gede Kauman. Ada 7 buah gunungan yang tersusun sedemikian rupa dalam tradisi ini.
Ketujuh gunungan akan dibagi di 3 tempat berbeda yakni halaman Kagungan dalem Masjid Gede, Pendopo Kawedanan Pengulon, dan Kepatihan serta Puro.
Nantinya, warga setempat yang ikut menonton juga akan berebut hasil tani yang diarak. Menurut kepercayaan setempat, jika berhasil mengambil hasil bumi dalam bentuk gunungan ini maka artinya bisa mendatangkan berkah.
5. Manten Sapi di Pasuruan
Tak hanya sepasang manusia saja yang mendapat status manten atau pengantin di Jawa. Sobat bisa menemukan tradisi Manten Sapi di Pasuruan. Lebih tepatnya di Desa Watestani, Grati, Pasuruan.
Tradisi ini berlangsung sehari sebelum hari raya Idul Adha. Masyarakat setempat mengadakan acara ini untuk memberikan penghormatan terhadap sapi dan hewan kurban yang akan disembelih keesokan harinya.
Prosesnya dimulai dengan memandikan sapi menggunakan air kembang layaknya acara siraman di pernikahan. Kemudian, para sapi juga akan mengenakan kalung dari bunga tujuh rupa. Bagian tubuh juga ditutup menggunakan kain putih.
Setelahnya akan berlangsung arak-arakan menuju masjid untuk menyerahkan mereka ke panitia.
6. Toron dan Nyalase di Madura
Saat toron ke Madura, warga setempat juga melakukan nyalase. Dalam bahasa Madura, nyalase berarti nyekar atau ziarah ke makam untuk mendoakan para leluhur. Kegiatan nyalase ini biasa mereka lakukan setelah pelaksanaan shalat Idul Adha.
7. Jemur Kasur di Banyuwangi
Tradisi ini secara khusus dilakukan oleh suku Osing yang ada di Desa Kemiren, Glagah, Banyuwangi. Prosesnya dimulai dengan Tari Gandrung yang kemudian berlanjut dengan penjemuran kasur. Semua warga akan menjemur kasur di depan rumah dari pagi hingga sore hari.
Uniknya, kasur-kasur warga desa ini adalah kasur gembil dengan warna corak hitam dan merah. Hitam memiliki arti langgeng dan merah itu berani. Tradisi ini berlangsung menjelang hari raya kurban dengan tujuan menolak bala dan menjaga keharmonisan rumah tangga.
8. Accera Kalompoang di Gowa
Tradisi ini berlangsung selama dua hari berturut-turut, yang dimulai saat sehari menjelang Idul Adha dan saat hari raya itu sendiri. Ini adalah acara resmi untuk mencuci benda-benda bersejarah peninggalan Kerajaan Gowa.
Prosesinya dilakukan di Istana Raja Gowa atau Rumah Adat Balla Lompoa. Acara Idul Adha ini sendiri menjadi salah satu upaya untuk mempersatukan keluarga kerajaan dengan pemerintah.
9. Kaul Negeri dan Abda’u di Maluku Tengah
Terakhir ada tradisi Kaul Negeri dan Abda’u dari warga Negeri Tulehu. Ini adalah acara adat warga setempat yang unik dan tidak kamu temukan di daerah lain.
Prosesnya, pemuka adat dan agama di Negeri Tulehu akan menggendong 3 ekor kambing dengan kain setelah shalat Idul Adha selesai. Mereka akan berjalan mengelilingi desa dengan iringan takbir dan shalawat menuju masjid.