Рет қаралды 24,872
Kanal Bali Jani ~ Kisahnya berawal dari acara sidang di balairung istana yang dihadiri oleh para Arya dan Menteri. Pada saat itu tampak Arya Kenceng memakai sumpang bunga cempaka wilis, bunga yang sebenarnya hanya boleh digunakan oleh Dalem Sri Kresna Kepakisan. Karena telah melakukan pelanggaran, maka Arya Kenceng mendapat hukuman.
Dan hukuman yang dijatuhkan kepadanya adalah turun dari kedudukannya sebagai Anglurah Pucangan. Sejak saat itu Arya Kenceng menjadi Kepala Pemeliharaan Istana. Dengan demikian ia harus tinggal di istana dan meninggalkan anak serta istrinya di Buahan, Tabanan.
Sebagai abdi Dalem, Arya Kenceng sangat akrab dengan putra Dalem yang baru bisa merangkak. Suatu ketika, saat Dalem sedang bersidang di Balairung, putra Dalem yang diasuh oleh Arya Kenceng, tanpa sepengetahuannya, merangkak ke balairung mendekati Dalem dan kemudian naik ke bahu Dalem yang sedang memimpin sidang.
Dalem Sri Kresna Kepakisan sangat marah kepada Arya Kenceng yang telah alfa dalam mengasuh putranya. Gara-gara kejadian itu, Dalem lantas menyerahkan putranya kepada Arya Kenceng untuk dijadikan anak angkat dan diberi gelar Arya Kenceng Tegeh Kori. Arya Kenceng malah senang. Selain mendapatkan seorang putra yang dipersaudarakan dengan putranya sendiri, yakni Arya Ngurah Tabanan, ia juga dibebaskan dari hukumannya.
Seiring berjalannya waktu, jalinan persaudaraan antara Arya Kenceng Tegeh Kori dan Arya Ngurah Tabanan semakin akrab. Akan tetapi, setelah Arya Ngurah Tabanan berumah tangga terjadi kesalah pahaman. Oleh karena istri Arya Ngurah Tabanan terlalu dekat dengan Arya Kenceng Tegeh Kori, Arya Ngurah Tabanan jadi sangat cemburu dan lantas membunuh istrinya.
Karena merasa tidak enak atas kejadian itu, Arya Kenceng Tegeh Kori serta-merta pergi menuju Songan, Kintamani. Di sana ia lalu bersemadi. Dalam semadinya ia didatangi oleh Dewi Danu yang kemudian menganugerahinya peti tempat kinangan dari perunggu, dan juga kesaktian untuk memperkecil diri, agar bisa masuk ke dalam peti kinangan itu.
Ada pula pesan Dewi Danu, bahwa Arya Kenceng Tegeh Kori kelak akan menjadi junjungan. Dan ia disarankan untuk berjalan menuju Tonjaya atau Tonja yang merupakan wilayah kekuasaan Pasek Bendesa dan saudara-saudaranya.
Ketika Arya Kenceng Tegeh Kori sampai di tempat itu, Pasek Bendesa dan saudara-saudaranya sedang meyelenggarakan upacara Dewa Yadnya. Adapun saudara-saudara Pasek Bendesa adalah: Pasek Gaduh, Pasek Dangka, Pasek Kebayan, Pasek Ngukuhin, Pasek Salahin dan Pasek Tangkas. Disebutkan bahwa mereka itu tidak memiliki raja.
Karena hari sudah larut malam dan sepi, maka Arya Kenceng Tegeh Kori meletakkan peti kinangannya di atas kori pemedal mrajan Pasek Bendesa. Setelah itu ia duduk bersemadi, mengecilkan diri dan lantas masuk ke dalam peti kinangan.
Besok paginya peti kinangan itu ditemukan oleh Pasek Bendesa dan saudara-saudaranya. Mereka tertegun dan heran melihat manusia kerdil yang tiba-tiba keluar dari dalam peti kinangan itu. Begitu manusia kerdil itu menapak di tanah, ia seketika membesar seperti semula.
Kemudian terjadilah percakapan di antara mereka. Dari percakapan itu, Pasek Bendesa dan saudara-saudaranya jadi tahu, bahwa manusia kerdil itu adalah putra Dalem Sri Kresna Kepakisan. Akhirnya, atas restu Dalem, maka diangkatlah Arya Kenceng Tegeh Kori sebagai raja junjungan Pasek Bendesa dan saudara-saudaranya di Negara Badung, dengan gelar Sira Arya Kenceng Tegeh Kori.