Рет қаралды 84,014
Salah satu penjelasan mengapa Islam masuk begitu cepat dalam masyarakat nusantara, khususnya Jawa, adalah karena Islam masuk lewat tradisi tasawuf. Masyarakat Jawa, secara khusus, adalah masyarakat yang terikat dalam budaya Hindu-Budha yang memiliki disiplin spiritual-kebatinan. Tentu saja pengemasan titik temu antara tradisi tasawuf dan kebatinan dilakukan dengan cara yang cukup efektif oleh penguasa dan para pujangga yang memiliki pengaruh dalam masyarakat. Mereka memberikan semacam “panduan” proses transisi dari tradisi lama (Hindu-Budha) ke tradisi baru (Islam) yang tidak menggoncangkan.
Karena itu, seperti yang kita saksikan, Nusantara “berganti baju” dengan cukup cepat dari budaya Hindu-Budha ke Islam. Tradisi tasawuf menyajikan sebuah model yang lentur bagi para penganut baru di Nusantara sehingga Islam tidak merombak bangunan dasar budaya masyarakat Jawa yang ada sebelumnya. Berbagai keyakinan dan kebiasaan yang kerap dilakukan masih berjalan meski mereka sudah menganut Islam.
M. C. Ricklef menyebut model yang dilakukan dalam peralihan Hindu-Budha ke Islam di Jawa sebagai sintesis mistik. Melalui model ini, para pujangga dan tokoh agama berupaya memastikan tidak adanya goncangan besar dalam peralihan budaya ini. Bahkan pada tingkat tertentu, Islam untuk masyarakat Jawa ditampilkan dalam kompromi yang luar biasa sehingga terkesan terlalu longgar. Namun, sebagaimana yang bisa dilihat dalam sejarah, model ini terbukti sangat efektif dalam mengislamkan masyarakat Jawa, dan Nusantara secara umum.
Dari model sintesis mistik ini, kita ingin melihat lebih jauh, bagaimana sebenarnya model ini dibuat dan dikembangkan. Karya-karya klasik para pujangga muslim nusantara, dan Jawa secara khusus bisa menjadi pintu masuk bagi kita untuk melihat pengembangan model keberislaman yang ada saat itu. Namun seiring waktu dan dinamika yang berlangsung dalam masyarakat, model keberislaman yang akomodatif terhada budaya lokal kini semakin berkurang. Karena itu, kita juga berharap para nara sumber bisa memberikan sebuah refleksi tentang model keberislaman yang berlangsung saat ini.
Narasumber:
Dr. Abd. Moqsith Ghazali
(Dosen UIN Syahid Jakarta),
Achmad Chodjim
(Penulis Buku Tasawuf).
#KajianTitikTemu#NCMS