Рет қаралды 26,854
Selama beberapa dekade terakhir, aktivitas Tiongkok di Afrika telah menarik perhatian global dan memicu diskusi luas. Beberapa kritikus Barat berpendapat bahwa Tiongkok menerapkan strategi diplomasi perangkap utang di Afrika. Namun, ada juga pandangan yang meyakini bahwa investasi Tiongkok telah membawa peluang pembangunan yang sangat diperlukan oleh negara-negara Afrika.
Sejak awal abad ke-21, Tiongkok telah menginvestasikan lebih dari 700 miliar dolar Amerika Serikat (sekitar 10.150 triliun Rupiah) di Afrika, terutama untuk membangun infrastruktur seperti jalan, jembatan, rumah sakit, dan sekolah. Investasi ini mendorong pembangunan sosio-ekonomi di berbagai negara Afrika. Namun, di antara berbagai proyek investasi tersebut, terdapat beberapa proyek penting di mana Tiongkok memberikan bantuan tanpa pamrih. Misalnya, di Ghana, Tiongkok meluncurkan proyek kesejahteraan masyarakat besar dengan membangun lebih dari 1.000 sumur air di daerah pedesaan, yang kini memberikan manfaat bagi sekitar 500.000 penduduk lokal.
Ghana adalah negara di Afrika Barat yang memiliki kekayaan sumber daya alam tetapi masih termasuk salah satu negara termiskin di dunia. Dengan luas wilayah sekitar 230.000 kilometer persegi dan populasi sekitar 32 juta jiwa, Ghana memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi, melebihi 130 orang per kilometer persegi. Pertambangan memainkan peran penting dalam perekonomian nasional Ghana, memberikan kontribusi sekitar 15% terhadap produk domestik bruto atau yang sering kita singkat PDB.
Sumber daya mineral utama Ghana termasuk emas, berlian, bauksit, mangan, dan minyak. Ghana adalah penghasil emas terbesar kedua di Afrika setelah Afrika Selatan, dengan cadangan emas yang diperkirakan mencapai 2 miliar ons dan cadangan terbukti mendekati 200 juta ons, Gila sekali jika bisa dimaksimalkan, karena nilai total cadangan emas Ghana adalah sekitar 55 kuadriliun rupiah. Selain itu, Ghana juga memiliki cadangan berlian sekitar 100 juta karat, dan bauksit dengan cadangan sekitar 900 juta ton.
Sejarah Ghana diwarnai oleh eksploitasi kolonial oleh bangsa Eropa. Penjajahan ini tidak hanya menyebabkan hilangnya sejumlah besar sumber daya alam tetapi juga otonomi politik. Pada tahun 1957, Ghana mendeklarasikan kemerdekaannya dari pemerintahan kolonial Inggris, menjadi negara pertama di Afrika sub-Sahara yang merdeka. Namun, eksploitasi berlebihan dan salah urus sumber daya oleh penjajah Eropa menyebabkan stagnasi ekonomi dan kemiskinan yang serius. Menurut statistik saat ini, terdapat sekitar 850.000 orang yang hidup di bawah garis kemiskinan di Ghana, dengan 28% di antaranya berada dalam kondisi sangat miskin dan pendapatan rata-rata harian hanya sebesar 1 dolar Amerika Serikat (sekitar 14.500 Rupiah).