Рет қаралды 35,631
Salah satu penyebab tidak harmonisnya hubungan manusia dengan manusia serta alam lingkungan adalah karang bhaya (panes). Karang Panes adalah pekarangan yang tidak baik untuk dijadikan tempat tinggal karena diyakini berakibat tidak baik bagi orang menghuninya, misalnya seringkali bertengkar lantaran hal-hal sepele, kecurian, kena fitnah, diganggu mahluk halus dan sebagainya. Pemilihan sebuah pekarangan untuk dibangun tempat tinggal hendaknya memperhatikan hal-hal yang diyakini dapat menciptakan kondisi yang harmonis. Menurut beberapa lontar yang memuat tentang baik buruknya tata letak, bentuk pekarangan atau tanah tempat tinggal, di antaranya: Tutur Bhagawan Wiswakarma, Bhamakertih, japakala, Astabhumi, roga senghara bhumi yang menyatakan ciri-ciri karang bhaya (panes), dapat dipahami dari ciri-cirinya, yaitu: 1) Bhuta Salah Wetu (babi beranak satu, pohon kelapa bercabang); 2) Wong Baya, jamur atau cendawan tumbuh dalam rumah; 3) Bumi Sayongan, ada asap tanpa ada api; 4) Kelebon Amuk, Toya Baya ada darah tercecer; 5) Lulut Baya (ada binatang Lulut); 6) Tawon Sirah atau Kawisian, ada ular masuk pekarangan atau ke dalam rumah, dan sebagainya. Karang bhaya dapat disebabkan di antaranya: Karena faktor alam, bahan yang digunakan membangun pernah disambar petir, mati dipohon (kayu kelayon), karena ulah manusia, misalnya tukang salah ukuran bangunan, ulah orang sakti (Wong Bhaya), karena tetaneman ulah orang, tumbal dan lain-lainnya. Karang panes juga dapat disebabkan karena lokasi atau tempat atau pengaruh teritorial, misalnya: a) karang teledu nginyah (pekarangan yang tidak ada penyanding, dikelilingi jalan melingkar; b) Karang Kuta Bebanda, karang yang dikelilingi jalan, sungai, diapit dua ruas jalan; c) Karang Ketumbah Marga, katumbah tukad, karang kerubuhan, dan Sula Nyupi; d) Karang Sandang Lawang, angkul-angkus berpapasan dengan saudara; 5) Karang Mayeleking, angkul-angkul berhadapan dengan tetangga; 6) Karang Tusuk Sate, di tengah-tengah karang ada jalan; 7) Karang Lebah, karang yang mereng kelod kauh, doyan desti; 8) Karang Naggu; 9) Karang Kalarawu, memiliki pintu masuk lebih dari 3 (tiga); 10) Karang gerah, bersebelahan dengan Pura, Balai Banjar, dan Setra; 11) Karang dengen, karang sepi dan merasakan rasa takut; 12) Karang Karogan, binatang senggama di tempat suci; 13) Karang kawisian, karang dimasuki ular, tawon; dan 14) Karang Bhuta Salah Wetu, anjing, babi beranak satu, pisang atau kelapa bercabang. Jika dalam lingkungan kita menemukan hal-hal yang disebut sebagai karang panes, dan itu dapat menyebabkan penghuninya sulit mendapatkan rejeki, sakit yang tidak sembuh-sembuh, bertekar terus menerus antar anggota keluarga dan tidak habis-habisnya, menghuningan seolah-olah dibuat kebingungan, pati salah pati dan ngulah pati. Pada sumber-sumber lain seperti Tutur Prawesa, Durmanggala dan tutur Lebur Sangsa disebutkan ciri-ciri karang bhaya (panes), yaitu: a) Kageni bhaya, kebakaran di pekarangan; b) Kapanca bhaya, pohon tumbang tanpa sebab yang jelas; c) Karipu bhaya, rumah tertimpa pohon kayu; d) Kalebon amuk, ada orang ngamuk masuk rumah; e) Kalulut bhaya, ada lulut emas, perak; f) Karaja bhaya, ada darah tercecer di pekarangan tanpa sebab; g) Karaga bhaya, ada orang menusuk diri di rumah; h) Karare bhaya, meninggal karena melahirkan; i) Katoya bhaya, meninggal karena hanyut; j) Salah pati, meninggal karena kecelakaan; k) Ngulah Pati, bunuh diri; l) Tumbak rurung; m) Dreti krama, gamya gamana, memperkosa, memegal; dan n) Ragasesa, yakni merubah bangunan yang sudah selesai tanpa proses nuntun, praline. Jika kita menemukan hal-hal seperti itu, maka paling lama 40 hari harus telah melakukan usaha dan nyasa untuk membersihkan karang panas itu melalui pengruwatan karang panes, misalnya: jika disebabkan oleh ciri-ciri alam (lulut, tawon, ular, bhuta salah wetu, asap), maka dilakukan pecaruan Jagramaya. Jika ada lulut emas dan selaka, maka harus dipapag atau disambut karena beliau perwujudan Bhatar Sri dan Bhatara Rambut Sedana dipapag dengan suci asoroh, tebasan, santun, penyeneng, canang sakasidan, daksina linggih. Lulut emas (mebe ayam biing) dilinggihkan di klumpu. Lulut slaka (mebe ayam putih) dilinggihkan di gedong atha. Lulut temaga dan lulut besi (dilarung) + caru jigramaya. Pemarisduha: caru ekasata ayam putih (caru jigramaya) paling lambat 1 bln 7 hari (40 hari). Tentu kita juga harus tahu, disamping karang panes juga ada karang yang baik, yaitu: 1) palemahan asah, terpenuhi sinar, udara, dan air; 2) palemahan inang dan Dewa ngukuhi, ada perasaan tenang dan tenteram; dan 3) palemahan mambu, berbau cabe.
Bagaimana penjelasan selanjutnya, silahkan simak sesuluh Yudha Triguna melalui Yudha Triguna Channel pada KZbin, juga pada Dharma wacana agama Hindu.
Untuk mendapatkan video-video terbaru silahkan Subscribe
kzbin.info/door/B5R
Facebook: yudhatriguna
Instagram: / yudhatrigunachannel
Website: www.yudhatriguna.com