Рет қаралды 1,453
• WIRAMA PUJA TRISANDYA
WIRAMA PUJA TRISANDYA
#DoaTigaWaktu
#UmatHinduBerdoaRutinTigaKaliSehari
#TriSandyaMenggunakanRengApa?
Umat Hindu di seluruh Nusantara jika berdoa menggunakan mantra tri sandya, berasal dari dua suku kata, yakni tri berarti tiga dan sandya berarti waktu. Jadi tri sandya berarti berdoa tiga kali dalam sehari, yakni berdoa pagi hari, saat matahari terbit, siang hari saat matahari tepat di atas kepala, dan pada sore-malam hari, saat peralihan dari siang menuju malam. Secara teknis kemudian saat sembahyang digunakan waktu atau jam, pagi jam 06.an pada siang hari jam 12an, dan pada sore hari jam 18.an. Di Nusantara, puja tri sandya yang dilantunkan sebanyak 6 bait, dengan rincian sebagai berikut: Bait pertama, Om bhùr bhvah svah tat savitur varenyam bhargo devasya dhimahi dhiyo yo nah pracodayàt, bait ini Om adalah bhur bhuvah svah, Kita memusatkan pikiran pada kecemerlangan dan kemuliaan Sanghyang Widhi, Semoga Ia memberikan semangat pikiran kita. Bait kedua, Om Nàràyana evedam sarvam yad bhùtam yac ca bhavyam niskalanko nirañjano nirvikalpo niràkhyàtah suddo deva eko Nàràyano na dvitìyo’sti kascit artinya Om Narayana adalah semua ini apa yang telah ada dan apa yang akan ada, bebas dari noda, bebas dari kotoran, bebas dari perubahan tak dapat digambarkan, sucilah dewa narayana, Ia hanya satu tidak ada yang kedua. Bait ketiga, Om tvam sivah tvam mahàdevah ìsvarah paramesvarah brahmà visnusca rudrasca purusah parikìrtitah artinya Om Engkau dipanggil Siwa, Mahadewa, Iswara, Parameswara, Brahma, Wisnu, Rudra, dan Purusa, jiwa tertinggi, dan sumber segalanya. Bait keempat, Om pàpo’ham pàpakarmàham pàpàtmà pàpasambhavah tràhi màm pundarikàksa sabàhyàbhyàntarah sucih artinya Om hamba ini papa, perbuatan hamba papa, diri hamba papa, kelahiran hamba papa, lindungilah hamba Sanghyang Widhi, sucikanlan jiwa dan raga hamba. Bait kelima, Om ksamasva màm mahàdeva sarvapràni hitankara màm moca sarva pàpebyah pàlayasva sadà siva artinya Om ampunilah hamba Sanghyang Widhi, yang memberikan keselamatan kepada semua makhluk, bebaskanlah hamba dari segala dosa, lindungilah oh Sada Siwa. Bait keenam, Om ksàntavyah kàyiko dosah ksàntavyo vàciko mama ksàntavyo mànaso dosah tat pramàdàt ksamasva màm artinya Om ampunilah dosa anggota perbuatan hamba, ampunilah dosa perkataan hamba, ampunilah dosa pikiran hamba, ampunilah hamba dari kesalahan hamba. Sebagai penutup, dilantunkan kalimat om shantih, shantih, shantih.. om OM, semoga damai, damai, damai. Lalu bagaimana Sejarah puja tri sandya di Indonesia ? Puja Trisandya memiliki sejarah penting, dengan penyusunnya memberikan kontribusi yang signifikan terhadap praktik keagamaan Hindu di Bali. Tokoh-tokoh Hindu berkumpul dan merumuskan puja tri sandya yang dipakai hingga saat ini. Salah satu tokoh utama dalam penyusunan Puja Trisandya adalah Pandit Shastri, seorang terpelajar Hindu asal India yang dikirim ke Bali pada tahun 1950-an. Dalam pelaksanaan Puja Trisandya, umat Hindu diperbolehkan untuk bersembahyang dengan duduk bersila, duduk bersimpuh, atau berdiri tegak sesuai dengan ketersediaan tempat dan kenyamanan masing-masing. Sikap duduk bersila dikenal sebagai Padmasana, sementara sikap duduk bersimpuh disebut Bajrasana, dan yang berdiri tegak disebut Padasana. Trisandya tidak hanya merupakan serangkaian tindakan keagamaan, tetapi juga membawa manfaat yang dalam bagi umat Hindu di Bali. Pertama-tama, ritual ini memiliki peran dalam proses penyucian diri. melalui doa, mantra, dan penghormatan kepada Sang Hyang Widhi Wasa, umat Hindu berusaha membersihkan pikiran dan jiwa dari sifat-sifat negatif, menciptakan ruang untuk pertumbuhan spiritual dan kebijaksanaan. Lalu puja tri sandya yang kita sering dengar menggunakan wirama dan atau reng apa? Puja tri sandya acapkali dipraktikan panjang seperti yang umum diperdengarkan pada siaran TVRI maupun TV Swasta lainnya, sementara wirama pendet dilantunkan oleh anak-anak di sekolah. Sumber wirama puja tri sandya sesungguhnya mengacu pada salah satu kitab Wedangga, yaitu canda cara melantunkan syair-syair catur weda. Ada berbagai cara melantunkan syair di antaranya Gayatri, Tristub, Anustub, Wirat, Panti, Berhati dan lain-lain. Dari sumber itu yang berkembang di Nusantara dan di Bali adalah reng Gayatri dan Reng Wirat. Wirama Gayatri dalam puja tri sandya digunakan pada bait pertama dan kedua. Sumbernya Savitri stawa untuk bait pertama dan Narayana Stawa untuk bait kedua. Sementara syair bait ketiga, keempat, kelima, dan keenam menggunakan wirama Wirat.
Bagaimana penjelasan selanjutnya, silahkan simak sesuluh Yudha Triguna melalui Yudha Triguna Channel pada KZbin, juga pada Dharma wacana agama Hindu.
Untuk mendapatkan video-video terbaru silahkan Subscribe
www.youtube.co...