Seri Kuliah Online: (3) Teori Kritik, Herbert Marcuse

  Рет қаралды 10,375

Sanglah Institute

Sanglah Institute

Күн бұрын

Пікірлер: 93
@AnggotaKeluargaTorreto
@AnggotaKeluargaTorreto 4 жыл бұрын
Saya bukan mahasiswa bapak Tapi saya sungguh menikmati dan memahami penjelasan bapak soal teori Herbert Marcuse. Saya pertama mengenal Herbert Marcuse setelah membaca buku profesor Frans Magnis Suseno.tapi saya banyak tak paham saat membacanya. Setelah dibantu penjelasan dari bapak saya jadi paham. Terimakasih
@almaisaks
@almaisaks 6 ай бұрын
Seri Kuliah Online: (3) Teori Kritik, Herbert Marcuse
@yenisupraptiputri1390
@yenisupraptiputri1390 4 жыл бұрын
Terima kasih atas pemaparan materi yang telah bapak sampaikan, dari materi tersebut dijelaskan secara rinci beserta contoh-contohnya. Namun disini saya akan sedikit menambahkan contoh terkait one dimensional society. Contohnya yaitu konsumerisme fans dari idol korea yang rela untuk menghabiskan uang mereka hanya untuk membeli album, lighstick, atau accessories lainnya yang berkaitan dengan idol kesukaan mereka. Dalam hal ini kesadaran fans dari idol k-pop tersebut terbentuk dari rasa ketertarikan idol mereka. Mereka hanya berfikir untuk memiliki tanpa memperdulikan fungsi atau manfaat yang sebenarnya dari barang-barang tersebut. Jika ditelaah, album, lighstick, atau accessories tersebut hanyalah sebuah bentuk kapitalisme yang dilakukan oleh pihak yang menaungi idol korea (agensi idol k-pop). Namun, fans dari idol korea tidak memperdulikan hal tersebut, seperti halnya dalam penjelasan dari materi logika produksi spat kapitalismus, maka fans dari idol korea melakukan sebuah konsumsi yang hanya didasarkan pada simbol bukan didasarkan pada nilai guna, kemungkinan mereka berfikir bahwa jika memiliki album dan lain sebagainya merupakan fans sejati. Tetapi jika difikir kembali, kita bisa melihat video-video dari artis korea yang kita sukai melalui youtube tanpa harus membeli album. menurut saya, kita tidak akan bisa terlepas dari sebuah kapitalisme/kapitalismus. Namun kita bisa sedikit mengurangi kapitalisme tersebut dengan cara mengutamakan nilai guna dari suatu barang, mengutamakan kebutuhan yang lebih penting dibanding kebutuhan lainnya. Mohon maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan saya, terima kasih 🙏 (Yeni Suprapti Putri, 1712511007)
@sujuddartanto
@sujuddartanto 2 жыл бұрын
maturnuwun Mas, sy menikmati penjelasan sampeyan yg mudah, lugas, dinanti selalu Mas, mantap
@silviindalestari3837
@silviindalestari3837 4 жыл бұрын
Pemaparan yang sangat runtut dan bagus pak, sehingga menimbulkan sebuah tanggapan dan pertanyaan. Bagi Marcuse, masyarakat modern adalah masyarakat yang sakit; sebuah masyarakat yang hanya berpikir dan bertindak dalam satu dimensi (one dimension), yaitu suatu masyarakat yang seluruh aspek kehidupannya diarahkan kepada satu tujuan belaka. Masyarakat semacam ini bersifat represif dan totaliter. Meskipun memperoleh banyak kemudahan, manusia tetap teralienasi. Manusia telah direpresi oleh masyarakat secara keseluruhan; mereka terbius menjadi manusia satu dimensi; sementara kebebasan sebagai individu sudah terikat. Yang paling mengerikan danmenyedihkan bahwa kekuasaan teknologi ternyata telah membuat manusia kehilangan kesadaran kritisnya. Hal ini memunculkan pertanyaan: dengan tidak memiliki kesadaran akan dirinya, apakah manusia mampu memanfaatkan teknologi bagi kepentingannya sendiri atau teknologi telah mengarahkan kepentingannya? Jika teknologi yang mengarahkan manusia, berarti manusia sudah teralienasi dalam perbudakan baru. Sekian, terimakasih pak🙏🏻☺️ (Silvi Inda Lestari - 1712511049)
@fhadillahabdi6645
@fhadillahabdi6645 4 жыл бұрын
Relevan dengan apa yang terjadi saat ini. Sangat jenius!
@SanglahInstitute
@SanglahInstitute 4 жыл бұрын
Jangan berlebihan, ah...
@fatlydharmas
@fatlydharmas Жыл бұрын
mencerahkan pak,Terimakasih pak
@ditafebrianipratiwi783
@ditafebrianipratiwi783 4 жыл бұрын
Terimakasih untuk pemaparan materi yang menarik sekali pak. Di video disebutkan bagi Marcuse, ketertindasan buruh/pekerja dalam sistem kapitalisme lanjut dapat diantisipasi dengan meniru cara kerja seniman. Seniman adalah seseorang yang bekerja tanpa menindas libidonya, ia memperoleh pemasukan sekaligus kesenangan dari aktivitas yang dilakukannya, meski melelahkan, tapi ia menikmatinya. Namun pada praktiknya, yang saya lihat adalah bagaimana seorang senimanpun juga sering mengalami ketertindasan dalam berkarya, misalkan saat para seniman ini 'ditarget' untuk membuat suatu karya. Saya sempat membaca tentang salah seorang pelukis bernama Nicolas De Stael yg mengalami depresi karena merasa tidak mampu menyelesaikan lukisannya lagi. Kasus lainnya juga marak terjadi di Korea Selatan seperti banyaknya seniman seperti musisi atau penari/dancer yang memilih jalan bunuh diri karena depresi akan tuntutan 'target' atau bahkan tuntutan dari para penggemarnya sendiri saat melakukan hal yg mereka suka yaitu membuat musik dan menari. Maka kemudian sebaik-baiknya kita sebagai 'pekerja' pada era kapitalisme lanjut ini, apa yang bisa kita lakukan untuk setidaknya meminimalisir perasaan ketertindasan di dalam diri itu pak? (Ni Nyoman Dita Febriani Pratiwi, 1712511060)
@igedearijuliarsana3898
@igedearijuliarsana3898 2 жыл бұрын
Selamat malam Pak, terimakasih atas penjelasan materi yang telah Bapak sampaikan. Izin bertanya Pak, terkait wajah humanis kapitalisme. Seperti yang telah Bapak sampaikan, wajah humanis kapitalisme bagi pekerja yakni berupa jaminan kesehatan, asuransi kerja, bonus akhir tahun, dan berbagai bentuk tunjangan dengan tujuan agar kapitalisme-lanjut dapat mereduksi pertentangan kelas. Namun melihat fenomena yang terjadi selama ini, konflik antar kelas buruh dan pengusaha masih banyak terjadi dan seakan sulit untuk diselesaikan meskipun dari pihak perusahaan telah memberikan berbagai tunjangan kepada para buruh. Pertanyaan saya, mengapa fenomena tersebut terus terjadi dan seakan menjadi persoalan abadi yang terus muncul? Apakah fenomena ini dapat menunjukkan tujuan kapitalisme-lanjut melalui wajah humanis kapitalisme dengan memberikan berbagai tunjangan bagi para pekerja untuk dapat mereduksi pertentangan kelas tidak sepenuhnya berhasil? Sekian pertanyaan dari saya, terimakasih Pak. I Gede Ari Juliarsana (1912511045)
@wirahartati
@wirahartati 4 жыл бұрын
Terima kasih Pak atas pemaparan materi yang telah diberikan. Ijin memberi tanggapan Pak, Dalam penjelasan "One Dimensional Society" disebutkan bahwa masyarakat yang kesadarannya dibangun oleh media, tumpul daya kritisnya dan masyarakat dengan modus "memiliki" lebih besar dibandingkan modus "menjadi. Saya mengambil contoh konstruksi masyarakat yang sejak tahun 70-an sudah dijejali oleh kapitalisme lanjut adalah penggunaan kendaraan bermerk Honda. Sampai saat ini, masih banyak orang-orang yang percaya seolah menggunakan Honda jauh lebih awet dan lebih nyaman. Selain itu, masyarakat juga telah termakan oleh iklan Honda yang menampilkan "keren kalau pake Honda" dengan bintang iklan mereka yang memang cantik dan tampan sehingga memang terlihat keren ketika menggunakan Honda, cocok untuk kalangan wanita maupun pria. Masyarakat mengonsumsi iklan tersebut sehingga pada akhirnya seperti yang dijelaskan oleh Bapak, mereka akan setuju-setuju saja bahwa merk Honda lebih irit, lebih nyaman, lebih trendy, daya kritis masyarakat tumpul di sana. Tidak hanya itu, model-model motor/mobil yang diluncurkan di era sekarang juga tidak berbeda jauh dari merk lainnya. Namun, masyarakat tetap banyak yang masih menggunakan kendaraan bermerk Honda, karena memang masyarakat sendiri sudah dijejali sejak dahulu dan orang tua akan menurunkan konstruksi ini ke anak-anak mereka. (Ni Kadek Wira Hartati Dwijayanti, 1712511035)
@agungsumboko547
@agungsumboko547 4 жыл бұрын
Mengutip Max Stirner, "Tak ada hakim selain diriku sendiri yang bisa memutuskan apakah aku benar atau salah." diakui maupun tidak diakui, pernyataan tersebut merupakan salah satu wacana solutif atas problem "One Dimensional Man". Bagi Stirner, individu memiliki kebebasan untuk menentukan yang terbaik bagi dirinya sendiri, apa yang dimauinya, dan hanya individu itu sendiri yang bisa menentukan jika dirinya benar atau salah. Oleh karena itu, seharusnya setiap manusia tunduk pada kediriannya masing-masing, bukan kepada masyarakat, apalagi kepada kapitalis yang hendak atau pun telah mengonstruksi masyarakat melalui media-medianya. Sebetulnya, untuk dapat membebaskan diri kita sendiri dari segala bentuk pencekokan tersebut, setiap kita bisa memulainya dengan mencopot beragam standardisasi yang telah dijejalkan oleh iklan-iklan yang berserakan di sekitar kita. Maka benar kata Pak Wahyu, ketika kita termakan oleh konstruksi media dan mengamini begitu saja apa yang dikatakan oleh media, kita telah menjadi bagian dari One Dimensional Man atau One Dimensional Society. Pertanyaannya adalah, apakah kita mau menjadi bagian dari One Dimensional Man atau Society tersebut? Jawabannya tergantung pilihan kita. Akan tetapi menurut Stirner, setiap manusia memiliki keunikan, ontentisitas, dan eksklusifitasnya masing-masing, yakni ketika manusia itu telah memiliki pemahaman atas "kediriannya sendiri". (Agung Sumboko, 1712511027)
@taufiqalfarizi8729
@taufiqalfarizi8729 3 жыл бұрын
Rekomendasi buku..
@xaxa7363
@xaxa7363 3 жыл бұрын
Keren banget sumpah, please Banyakin yang kayak gini 😭😭😭😭🤩🤩
@mayukicandra9778
@mayukicandra9778 4 жыл бұрын
Terimakasih atas materinya pak izin bertanya Bagaimana bisa kapitalisme klasik beradaptasi dengan kapitalisme lanjut? Apakah dengan kenaikan upah? Atau memang penurunan nilai standard borjuis seperti yg disebutkan sebagai komoditas hiburan dll? Sedangkan disebutkan hal ini terjadi pasca krisis ekonomi dan PD 2 yg secara langsung masyarakat tidak memiliki kesiapan ekonomi dalam penyamaan standard yang menyebabkan mereka mampu mengonsumsi sama dengan kaum borjuis. Kemudian saya ingin bertanya apakah tidak berdampak pada need for achievment manusia di negara berkembang saat mereka dituntut untuk bekerja dengan hobi, bekerja sesuai libido yg notabene akan berpengaruh pada kemampuan SDM secara langsung. Diibaratkan SDM di negara berkembang sangat perlu motivasi kerja dalam hal untuk pemenuhan kebutuhan mereka, dan hal ini tentu akan berdampak pada pergerakan roda perekonomian. Sedangkan saat mereka dituntut untuk bekerja dengan libido maka apakah sama saja dengan menjadi diam dalam hal penggerak roda ekonomi, ya sama saja dengan kehidupan buruh yang tetap akan terpuruk. Terimakasih (Kadek mayuki dwi candra kusuma. Nim : 1712511054)
@ariwirati9197
@ariwirati9197 4 жыл бұрын
Terimakasih atas pemaparan menarik yang bapak sampaikan , izin untuk sedikit menyimpulkan bahwasanya spat kapitalisme dengan wajah humanis sesungguhnya tidak hanya menandakan kecerdikannya dalam mengikuti hal tersebut, tetapi juga mengenai keahliannyanya dalam menyebarluaskan penggunaan terhadap komoditas dengan menggunakan simbol-simbol dalam menciptakan masyarakat kelas menengah (leisure class) yang berfungsi untuk meraup keuntungan lebih besar, disamping sebagai upaya mempertahankan status qou. Selain itu, produksi kebutuhan semu yang sengaja diada-diadakan dalam masyarakat modern saat ini bisa kita lihat melalui bagaimana kaum kapitalis mencekoki masyarakat dengan berbagai iklan dan membentuk budaya masyarakat tontonan. Dimana budaya semacam ini diciptakan dan dikonsumsi oleh orang-orang sekitar dengan saling bertukar simbol yang mereka miliki. Media massa juga mengambil alih sebagai alat pembentuk yang efektif dalam menyebarluaskan one-dimensional behavior, melalui, pengaburan bahasa, persilangan fakta dan opini, hingga penggunaan bahasa yang mampu menggiring psikologis masyarakat. Selanjunya saya ingin bertanya, terkait dengan pereduksian pertentangan kelas terhadap buruh, apakah negara juga memiliki peran yang besar dalam hal tersebut? lalu apakah sensasi borjuasi lewat pemenuhan kebutuhan merupakan salah satu penyebab pekerja tidak lagi revolusioner dan menjadikan hari buruh sebagai seremonial semata? serta adakah solusi lain yang ditawarkan Herbert Marcuse terkait individu yang kehilangan otonomi atas dirinya dalam upaya pembebasan dominasi yang ada pada era kapitalismse lanjut ini? Terimakasih sebelumnya, mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penafsiran. (Ni Made Ari Wirati 1712511024)
@agusdwiadnyana1783
@agusdwiadnyana1783 2 жыл бұрын
Saya pikir tawaran The Great Refusal atau "Penolakan Agung" untuk menepi dari masyarakat satu dimensi a'la Marcuse ialah mustahil karena segala bentuk kegiatan manusia tidak luput dari aktivitas konsumsi, namun masih bisa dilakukan kalau sekadar mengurangi. Kebetulan saya sedang berekperimen men-dekapitalisasi hidup saya pada tataran individu. Artinya, saya sedang mencoba menahan hasrat konsumtif saya untuk tidak berbelanja suatu barang berdasarkan nilai simbolnya melainkan nilai gunanya. Hal pertama, saya berusaha membatasi diri menggunakan media sosial karena dari sana kerap kali membuat saya terbuai oleh iklan-iklan dan membeli suatu barang tak berguna. Hal yang lain, saya memilih mengabiskan uang saya dengan beli buku ketimbang sepatu baru, kemudian alih-alih saya membeli cappucino di kedai kopi untuk 'Instastory' saya lebih memilih beli martabak manis dan mengahabiskannya sambil ngobrol di rumah teman atau sekadar memesan kopi tiga ribu-an dan lumpia lalu duduk-ngobrol berjam-jam dengan orang-orang 'random' di Lapangan Puputan. Saya dan beberapa teman lintas studi juga sedang berusaha membangun budaya diskusi--walaupun ketika kumpul kita isinya cuma berdebat dengan 'sotoy'. Selanjutnya, ada hal yang hendak saya coba lakukan untuk menantang lebih jauh pengaruh negatif kapitalisme-lanjut yaitu berkebun dengan serius. Itu karena saya melihat berkebun bisa menjadi medium untuk merekatkan kembali solidaritas. Contohnya, orang-orang di Selandia Baru punya hobby berkebun. Di sana mereka sering saling menukarkan hasil kebun nya satu sama lain. Bahkan sewaktu-waktu, di musin panen, akan diadakan pesta bersama warga sekitar untuk merayakan bersama-sama. Memang sederhana, tapi buat saya itu bentuk perlawan kecil-kecilan yang progresif kalau diikuti secara kolektif dan mungkin bisa berdampak serius menghantam sistem kapitalisme-lanjut dalam hal menumbuhkan nalar kritis dan mengikis individualisme. Nah, persoalannya saya belum tau cara-cara untuk mengarusutamakan hal tersebut; apa yang lain punya tips & trick nya? I Kdk Agus (1912511031)
@dayuparamitha5165
@dayuparamitha5165 4 жыл бұрын
Terima kasih pak atas pemaparan materinya. Saya tertarik mengenai penjelasan di slide ke 15 . Pak saya ingin bertanya mengenai slide 15 point “menjadi buruh dan menjadi pekerja” pada saat ini pekerja dan buruh sangatlah mirip karena mereka hampir tidak memiliki waktu panjang untuk memikirkan hal pribadi , mereka hanya bekerja untuk mendapatkan gaji dan menindas dirinya sendiri hingga lelah. Dan saya ingin bertanya yaitu pada suatu individu didalam masyarakat yang bekerja tidak sesuai dengan keinginannya tetapi lebih kepada pendapat masyarakat lainnya sebagai contoh suatu individu mengikuti pandangan masyarakat yang mengatakan jika bekerja disuatu perusahaan ternama lebih menguntungkan dari pada bekerja mengikuti hobby seperti bernyanyi,bermain musik yang ia miliki karena jika bekerja disuatu perusahaan akan mendapatkan gaji tetap lalu mendapatkan tunjangan . kemudian individu ini pun mengikuti pandangan masyarakat yaitu bekerja disuatu perusahaan yang sangat memerlukan tenaga ekstra dan hanya mendaptkan libur seminggu sekali saja sehingga hal ini membuat kelelahan untuk para pekerja karena merasa tertindas untuk mendapatkan gaji. Hampir banyak sekali masyarakat yang mengikuti pendapat orang lain dibandingkan mengikuti keinginannya dan keahlian diri sendiri. Lalu bagaimana merubah pandangan masyarakat jika menjadi pekerja,buruh atau menjalankan hobby seperti penyanyi atau penulis novel merupakan hal yang baik dan mampu mendatangkan rejeki dengan cara masing - masing? Dan bagaimana solusi yang tepat jika kita berada seperti hal tersebut pak dikarenakan mencontohkan orang lain yang telah berhasil menjalankan hobby untuk mendapatkan uang pun tidak cukup untuk menjelaskan kepada masyarakat luas. Terimakasih pak mohon maaf jika ada kesalahan mengenai pertanyaan saya. Mohon dikoreksi kembali. Ida Ayu Indah Paramita Sari 1712511062
@indahdwipratiwi5691
@indahdwipratiwi5691 4 жыл бұрын
Terimakasih pak untuk penjelasannya yang menarik. Dalam seri kuliah Teori Kritik Herbert Marcuse, dijelaskan jika konsumsi tidak lagi didasarkan pada nilai guna, melainkan pada nilai simbol. Saat ini sudah semakin banyak masyarakat yang membeli sesuatu hanya demi terlihat mampu karena dapat membeli barang dengan harga yang cukup mahal. Apakah dengan mengkonsumsi barang berdasarkan nilai simbol dapat menempatkan mereka sebagai masyarakat kelas atas? Kemudian dalam bahasan masyarakat dimensi satu, menurut saya itu hanya mampu melanggengkan para kapitalis. Karena saat ini masyarakat memiliki daya kritis yang rendah dan ditambah dengan adanya iklan-iklan yang bersifat persuasif tentu akan sengaja membuat para penontonnya tertarik untuk mengkonsumsi apa yang telah diiklankan tanpa memikirkan terlebih dahulu apakah itu akan berguna atau tidak. Mereka akan melakukan apapun untuk dapat mengkonsumsinya, sehingga membuat banyak masyarakat menjadi konsumerisme. Bahkan, tidak jarang juga masyarakat yang saat ini malah memprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan tersier dibandingkan dengan kebutuhan primernya. Apakah dengan masyarakat yang memiliki konsumerisme yang tinggi dapat keluar dari gaya hidup tersebut? Apakah itu merupakan salah satu taktik para kapitalis untuk dapat mengontrol masyarakat sehingga mampu memberikannya keuntungan yang banyak dan membuat masyarakat menjadi tertindas? Ni Kadek Indah Dwi Pratiwi 1712511009
@yulindaprabasari4707
@yulindaprabasari4707 4 жыл бұрын
Pemaparan yang sangat menarik dari video diatas, kemudian dalam hal ini bagaimana penjelasan lebih lanjut mengenai tokoh Herbert Marcuse yang sedikit tidaknya mendukung daripada mengkritik pemikiran posmodern mengenai terjebaknya manusia dalam kebutuhan palsu yang menyebabkan terjadinya konsumerisme atau konsumsi simbol dari tokoh Jean Baudrillard? Bagaimana ketika masyarakat tersadar bahwa produk yang diciptakan oleh kapitalis-lanjut membuat dirinya tertindas secara perlahan lalu para kapitalis-lanjut kembali melakukan suatu gagasan baru untuk menghilangkan kesadaran itu, apakah lingkarannya akan terus-menerus seperti itu atau ada kemungkinan untuk berubah? Lalu apakah solusi yang diberikan untuk melepaskan diri dari ketertindasan yaitu dengan melakukan pekerjaan layaknya seorang seniman justru sangat sulit diimplementasikan untuk menyadarkan kelas pekerja atau buruh sehingga tidak mampu merubah keadaan pada saat itu yang tentu membuat pemikiran tokoh Herbert Marcuse dari salah satu aliran frankfurt generasi pertama ini menjadi tidak berkembang? Terimakasih. (Ni Putu Yulinda Prabasari_1712511063)
@ayuyundarini454
@ayuyundarini454 2 жыл бұрын
Terimakasih atas materinya pak. Terkait sub materi one dimensional society bagian masyarakat kini yang tumpul daya kritisnya. Jika semisal seseorang melihat sebuah iklan produk penggemuk badan yg mengklaim jika produknya memiliki kadungan bahan alami terbaik dan ampuh menaikkan berat badan. Individu tersebut sadar jika ia terperangkap dalam konstruksi media yg menggiring ia untuk membeli produk tersebut, namun disisi lain ia memang sangat memerlukan produk tersebut. Bagaimana one dimensional society menjelaskan pandangan tersebut? Yundarini/1912511002
@putuwulan7813
@putuwulan7813 2 жыл бұрын
Selamat siang bapak, terimakasih atas pemaparan materinya. Mohon izin menanggapi dan bertanya pak, saya pernah membaca bahwa disini Herbert Marcuse menilai masyarakat satu dimensi bersifat pasif, reseptif, tidak kritis, dan tidak menghendaki perubahan. Lalu pertanyaan saya, apakah semangat kaum buruh di era kapitalisme yang sangat menggebu - gebu masih tersisa di ruang perspektif ini meskipun sedikit pak? Atau memang ambruknya kapitalisme menyebabkan buruh menjadi terbuai dengan kebutuhan palsu sepenuhnya? Sekian dan terimakasih Putu Wulan Purnama Dewi / 1912511026
@dheaanisha6240
@dheaanisha6240 4 жыл бұрын
Terimakasih banyak pak atas penjelasan materi yang sangat menarik, kemudian di sini saya ingin sedikit bertanya mengenai kajian “One Dimensional Society” dimana masyarakat dengan kesadaran satu dimensi yang kesadarannya sekedar dibangun oleh media. Pada era modern ini, terlebih lagi disaat masa karantina karena adanya wabah covid-19 tidak dapat dipungkiri waktu kita akan semakin banyak dihabiskan untuk melihat media sosial seperti Instagram, twitter, facebook, line dan sebagainya. Dimana saat ini media sosial lah yang menjadi lapak untuk berjualan secara online, terlebih lagi media sosial “instagram” yang di dalamnya dapat kita jumpai para selebgram-selebgram papan atas dalam Instagram storynya sedang bercuap-cuap mempromosikan barang endorse-an mereka secara apik dan menarik. Nah yang ingin saya tanyakan, jika kita sedang mendengarkan dan memperhatikan Instagram story selebgram tersebut dan secara tidak sadar terkadang kita sendiri tiba-tiba termakan oleh omongan selebgram tersebut melalui layar handphone kita mengenai barang, makanan, skincare, atau yang lainlainnya serta meng-iyakan klaim yang dia utarakan dan memiliki hasrat untuk membelinya (padahal produk tersebut tidak terlalu kita butuhkan/tidak penting). Apakah itu telah menunjukan bahwa kita termasuk ‘one dimensional society’ atau masyarakat satu dimensi? Tetapi apabila barang, makanan, skincare atau produk yang para selebgram itu promosikan & tawarkan sesuai dengan kebutuhan kita saat ini atau dapat dikatakan sebagai kebutuhan yang sedang kita cari, apakah hal tersebut masih termasuk ke dalam masyarakat satu dimensi? Terimakasih 🙏 (Dhea Anisha Prathika Wibowo, 1712511022)
@putrisinaga1441
@putrisinaga1441 4 жыл бұрын
Sungguh sebuah paparan yang sangat baik dan mudah dimengerti. Namun kemudian pada masyarakat industri maju seperti yang telah kita ketahui saat ini telah kehilangan kekuatan untuk berpikir kritis dan juga telah tidak lagi menghadirkan perlawanan terhadap teknologi dan gaya hidup konsumtif. Sama seperti Baudrillard yang mengemukakan bahwa senyatanya konsumsi tidak lagi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan yang berdasarkan nilai guna tetapi ditujukan kepada nilai simbol untuk mendapatkan status sosial tertentu dan dengan status tersebut maka ia akan lebih disegani dan dihormati oleh masyarakat. Apakah status sosial oleh karena nilai simbol tersebut yang ia dapatkan adalah sesuatu hal yang selalu dipandang buruk? Lalu kemudian bagaimana cara untuk mengembalikan daya kritis masyarakat yang telah kehilangan kemampuannya saat ini serta cara untuk tidak terjebak dalam strategi yang telah dibuat oleh kapitalisme yang berwajah humanis. Mengenai kapitalisme humanis yang walaupun nyatanya juga kebaikan yang dilakukan sarat dengan kepentingan namun senyatanya juga memberikan keuntungan kepada masyarakat kelas menengah menurut saya. Sekian terimakasih (Putri ratna sari sinaga, 1712511011)
@nadyatrishaa
@nadyatrishaa 4 жыл бұрын
Terima kasih pak atas penjelasannya. Disini saya mau bertanya sama bapak mengenai buruh. Saya kan berasal dari batam, dan batam itu identik dengan industrinya, dan masyarakat di sana sebagian besar bekerja sebagai buruh pabrik. Saya mengamati bahwa buruh-buruh yang bekerja di sana berbeda dengan yang dulu. Dimana sekarang kehidupan buruh lebih sejahtera atau bisa di bilang sebagai kapitalis yang humanis sesuai yang bapak paparkan dalam video ini. Dimana buruh mendapat banyak kemudahan seperti, jaminan kesehatan, asuransi kerja, bonus akhir tahun, dan berbagai bentuk jaminan. Bahkan buruh di sana dapat mengonsumsi barang-barang yang bermerek dan berpenampilan dan berperilaku layaknya kelas menengah atau kelas atas. Dari apa yang saya amati di Kota Batam ini, apakah tanpa disadari era spat-kapitalismus telah terjadi di tengah-tengah masyarakat indonesia saat ini pak? Bagaimana menurut bapak tentang kehidupan buruh khususnya di Indonesia saat ini? (Nadya Trisha Maya A-1712511043)
@opaanggggss
@opaanggggss 2 жыл бұрын
sebelumnya terimakasih atas pemaparan materi yang telah bapak tampilkan di atas pak, izin bertanya terkait materi tersebut mengenai spot kapitalismus yang memiliki wajah humanis yang memberikan jaminan kepada buruh pak. apa yang terjadi ketika semua hal tersebut sudah tidak lagi di penuhi oleh para pemilik modal ? sekian terima kasih pak Naufal Rafa Herdiansyah/1912511030
@tiurmaidaaa2814
@tiurmaidaaa2814 4 жыл бұрын
Terima kasih atas materinya mohon izin bertanya Pak. Seperti yang telah dijelaskan tadi seperti contoh Ketika seseorang membeli sepatu Nike yang seharga Rp1.000.000 dengan sepatu-sepatu yang lain yang seharga Rp200.000 dan sebagainya, maka seorang individu yang melakukan hal itu sebenarnya dia tidak mengkonsumsi nilai guna dari sepatu itu karena apabila kita melihat dari nilai gunanya baik sepatu mana saja Itu gunanya sama. Akan tetapi seperti yang Bapak katakan tadi bahwasanya kita melihat sepatu Nike itu hanya untuk memenuhi simbol yang kita butuhkan bahwasanya sepatu Nike itu bagus dipakai oleh anak muda, anak modern dan sebagainya, yang ingin saya tanyakan di sini apabila orang itu termasuk orang dalam ekonomi ke atas itu akan menjadi Oke saja baginya. akan tetapi apabila hal ini menimpa seorang individu dalam ekonomi ke bawah ini akan sedikit sulit baginya untuk mengimplementasikan dan untuk mengikuti tuntutan untuk membeli sepatu Nike dan sebagainya . jadi yang ingin saya tanyakan Disini berarti Apabila seseorang lebih memilih simbol dari nilai guna Apakah itu hanya termasuk bagi orang-orang yang berada pada kelas ekonomi ke atas ? Oleh karenanya saya bisa saya ambil kesimpulan mungkin yang terjadi bagi seorang individu yang mengonsumsi nilai simbol itu hanyalah Bagi kalangan atas terima kasih banyak. Tiurmaida Sianturi (1712511021 )
@Marcofelll
@Marcofelll 4 жыл бұрын
Pak berarti contoh nyata dari kapitalisme pada produksi barang. Misalnya produsen mobil A memproduksi mobil(nana) lalu mobil ini terjual banyak atau dalam artian laku keras dan banyak diminati masyarakat. Lalu untuk mendapatkan keutungan yang sama sperti penjualan mobil(nana). Produsen mobil A ini membuat mobil(nene) dengan mengambil basis yang sama dari mobil(nana) dan hanya merubah nama dari mobil tersebut, lalu menambahkan fitur-fitur modern agar mobil ini terlihat produk baru dan mengurangi biaya riset produksi perusahaan Apakah benar contohnya seperti itu pak? George Marcofell 1712511013
@chelsealauw99
@chelsealauw99 4 жыл бұрын
sebelumnya terimakasih untuk penjelasan materi dari bapak. • saya menyimpulkan bahwa: pada kapitalisme klasik maupun pada kapitalisme lanjutan, stratifikasi tetaplah ada dan sangat timpang. hanya saja saat kapitalisme klasik, stratifikasi terlihat begitu nyata dan keras juga seakan tidak memberikan kesempatan bagi seorang buruh berpindah kelas menjadi majikan. sedangkan pada kapitalisme lanjutan, stratifikasi dibuat lebih halus/samar. pada kapitalisme lanjutan seakan buruh mampu memiliki apa yang dimiliki oleh majikan/memiliki jalan menuju "menjadi majikan". namun dikarenakan kehidupan konsumtif telah tertanam, buruh yang akan selalu berlaku konsumtif kemudian akan selalu menghabiskan uangnya demi pemenuhan kebutuhan simbol saja yang akan terus membuatnya berada pada tataran bawah. karena hal tersebutlah kemudian seperti yang bapak katakan bahwa "buruh tertindas, namun tidak merasa tertindas", sebab perilaku konsumtif membuatnya bisa memiliki barang seperti majikan (secara simbol) tetapi tidak punya kemampuan untuk meningkatkan taraf hidup seperti majikan. karena hal itulah, meski buruh bisa memiliki barang seperti majikan, namun hidupnya tetap sebagai buruh. • kemudian apakah bisa dikatakan bahwa inti dari kapitalisme lanjutan ialah membangun fantasi? sebab pada fase ini, awalnya buruh dibuat memiliki fantasi, contohnya mampu seperti majikan (misal: memiliki barang seperti majikan) untuk meredam pertentangan, kemudian buruh tetap bertahan menjadi buruh karena didasarkan pada fantasi juga, karena seperti yang bapak jelaskan bahwa buruh bergantung secara material dan immaterial seperti perasaan takut tidak bisa membeli barang terbaru, yang membuat buruh terus bergantung pada majikan. kemudian hasil dari pekerjaan buruh pun untuk fantasi yaitu pemenuhan simbol dan perasaan seperti menjadi majikan. • kemudian dalam pembahasan mengenai "one dimensional society" dijelaskan bahwa kesadaran masyarakat dibangun oleh media misalnya media mengatakan kendaraan ini paling inovatif maka masyarakat pun akan percaya (ketumpulan daya kritis). namun saat ini kita ketahui bahwa media sangat beragam dan produk pun beragam, banyak produk yang bisa masyarakat lihat dan nilai dari berbagai media pula. apakah saat ini media telah beralih dari menumpulkan daya kritis masyarakat menjadi menstimulan daya kritis masyarakat? misalnya dari banyaknya produk makanan/kendaraan, media memberikan masyarakat kesempatan untuk menilai yang terbaik untuk mereka konsumsi. • kemudian saya ingin bertanya apakah saat ini masih ada kemungkinan seseorang bekerja tanpa tekanan? sebab di era konsumtif dan persaingan ketat saat ini, manusia selalu memiliki tuntutan yang bisa berasal dari luar diri (instansi/majikan) maupun dari dalam diri (keinginan untuk berprestasi atau pemenuhan kebutuhan/uang). apabila ada salah kata dalam kesimpulan maupun pertanyaan saya, mohon dimaafkan dan diluruskan sekian dan terimakasih. Chelsea Rosaline Setiawan • 1712511017
@agungchintya9024
@agungchintya9024 4 жыл бұрын
Sangat membantu sebagai bahan Ujian Akhir Semester. makasi Suhu :)
@SanglahInstitute
@SanglahInstitute 4 жыл бұрын
Eh kak gek... kan anggota SI jg, hehe
@ayucintyaamanda1160
@ayucintyaamanda1160 2 жыл бұрын
Terima kasih sebelumnya atas materi yang telah di paparkan pada vvideo kali ini. Saya sependapat bahwa yang mendiktrin masyarakat menjadi one dimensional society pada kapitalisme lanjut adalah media itu sendiri. Seperti yang bisa ikita lihat dalam kehidupan sehari-hari, media begitu banyak menjejali kita dengan gambaran sebagai goals yang harus dicapai agar mendapatkan kepuasan atas kepemilikan akan sesuatu. Kita bisa lihat juga dari terciptanya istilah "happy family" yang dijadikan sebagai family goals setiap keluarga, hal ini dikarenakan apa yang ditampiulkan di media begitu saja diamini oleh masyarakay dan dengan mudah mempengaruhi kehiudupan kita. Kita rela melakukan apapun demi mendapatkan apa yang kita inginkan sekalipun dengan resiko yang sangat fatal. Hal ini besar sekali dipengaruhi oleh media. Nah, sebagai masyarakat yang sudah terjebak pada prilaku konsumtif yang besar di pengaruhi oleh media di era kapitalisme lanjut ini, apakah ada kemungkinan masyarakat di daerah tertentu yang tidak terpengaruh dengan media atau dengan kata lain sadar akan pengaruh yang diberikan oleh media ini dan mengurangi prilaku konsumtif ? Jika ada apakah dampak yang akan ditimbulkan dengan hal ini? Ayu Cintya Amanda (1912511052)
@nadiagitacahyani5048
@nadiagitacahyani5048 2 жыл бұрын
Terimakasih pak untuk pemaparan materinya. Saya ijin bertanya, apakah efek dari pandemi covid-19 sekarang ini dapat dikatakan sebagai spat-kapitalisme? Dimana dengan adanya berbagai pembatasan yang lebih menekankan kita pada penggunaan teknologi diseluruh kegiatan kita agar dapat tetap terhubung dan berjalannya kegiatan ditengah gempuran pandemi seperti maraknya penggunaan online shop, aplikasi video conference, dsb? Apakah masyarakat konsumtif yang dimaksud juga bisa dikatakan pada konsumtif teknologi? Terimakasih pak. Nadia Gita Cahyani (1912511047)
@fauzaninstitute6881
@fauzaninstitute6881 4 жыл бұрын
Sekalian cantumin bahan pustaka nya, biar kita2 bisa baca lebih lanjut
@SanglahInstitute
@SanglahInstitute 4 жыл бұрын
Lha, situ kan jg institute, hrusnya tau dong sumber2nya, wkwkwk
@foxira2976
@foxira2976 4 жыл бұрын
izin bertanya, dengan adanya one dimensional society masyarkat memiliki prilaku yang lebih hedon, seperti seorang sosialita yang membeli barang-barang mewah karena takut akan memudarnya kekayaan yang dimiliki berarti one dimensinal society ini hanya pemenuhan akan hasrat memiliki barang saja? I Gede Agus Wisnu Antara (1712511037)
@ardijayapratama4610
@ardijayapratama4610 2 жыл бұрын
Terimakasih atas pemaparan materinya pak. Dalam pemaparan materi yang sudah dijelaskan mengenai spat kapitalisme atau kapitalisme lanjut bahwa adanya pergeseran nilai. dimana hal ini ditandai dengan adanya aktivitas konsumsi yang tidak lagi didasarkan atas nilai guna melainkan pada nilai simbol serta produksi komoditas didasarkan pada level pemaknaan dan interpretasi. mengenai hal ini apakah dapat dikatakan sebagai faktor pemicu terciptanya perasaan gengsi itu sendiri atau bagaimana pak ? sekian dari pertanyaan saya, terimakasih pak. Komang Ardijaya Pratama (1912511014)
@ikomangdharmayoga42
@ikomangdharmayoga42 2 жыл бұрын
Selamat malam pak, terimakasih atas pemaparan materinya mengenai pemikiran teori kritik dari Herbert Marcuse. Dengan adanya kapitalisme lanjut ini yang merupakan wajah baru dari kapitalisme, kalau tidak salah yang saya inget yang sempat bapak jelaskan disalah satu matakuliah sosiologi klasik bahwa Karl Marx yang memprediksi kapitalisme akan runtuh maka dengan adanya kapitalisme lanjut ini berati prediksi tersebut tidak terbukti? Lalu apakah kapitalisme lanjut ini adanya kaitankritik dari pemikiran Marx atau memang dari fenomena kejadian pasca perang dunia II pak? I Komang Dharma Yoga / 1912511056
@adeliahardianti8009
@adeliahardianti8009 4 жыл бұрын
Ketika Marcuse menganalisa mengenai betapa media massa tanpa henti mencekokkan pemikiran berdimensi tunggal secara sistematis dicerna oleh menusia. Apa yang ditayangkan di media banyak merupakan hal bersifat menarik dan konsumtif sehingga menciptakan struktur keyakinan terhadap kebenaran yang sebenarnya salah (“false need”). Misalnya, salah satu jenis iklan di televisi mempersuasi bahwa wanita cantik adalah wanita yang berkulit “putih” sembari menawarkan produk pemutih kulit. Baik kaum buruh maupun borjuis, mereka terpengaruh seolah membutuhkan produk tersebut dalam berbagai varian. Padahal sebenarnya wanita dengan status kecantikan tertentu seharusnya dipandang relatif, tak hanya berpacu pada paradigm tunggal bahwa wanita cantik = putih, mulus, langsing, dsb. Hasrat/libido tersebut muncul karena akibat satu dimensi yang diciptakan oleh media. Bahkan ironinya manusia kerap kali tak menyadari pengaruh tersebut. Selanjutnya Menurut Marcuse, nafsu/libido kapitalistik (keuntungan materi) mencerminkan apa yang disebut Marcuse dengan “penindasan yang berlebihan”, yang didistribusikan kepada libido dari segelintir orang untuk menguasai distribusi, dengan demikian juga bermaksud untuk menguasai umat manusia. Teori Kritis kemudian menjadi pesimis, dan sulit untuk menerapkan praksis yang bersifat emansipatif. Satu dimensi masyarakat industri semakin jelas dengan berubahnya sama sekali peranan kaum buruh. Kaum buruh telah kehilangan semangat revolusionernya. Mereka sudah menjadi konsumen yang memiliki mobil, TV dan berbagai fasilitas yang tak beda dengan kaum borjuis. Kemudian akankah penindasan yang dipolitisasi melalui sistem kepitalistik membuat para pekerja akan selalu ter-Alineasi dalam kehidupan kebebasan yang sebenarnya? Jika tak ada pilihan antara menjadi seorang Buruh dan Pekerja, lalu bagaimanakah para masyarakat memperoleh kebebasan sesungguhnya ketika ia terikat pada institusi tertentu? Bukankah semua sistem dalam dunia kerja mengharuskan para pekerja mengeluarkan segala kemampuannya dengan waktu yang ditargetkan? Lalu bagaimana cara memperoleh makna kebebasan itu sendiri ditengah situasi sistem yang kuat tersebut? Terimakasih pak, mohon maaf jika ada salah kata mohon diluruskan, terimakasih. A.Adelia Hardianti.M (1712511002)
@muhamadkhoirulfajri6647
@muhamadkhoirulfajri6647 4 жыл бұрын
Terimakasih atas penjelasannya yang menarik pak. Saya tertarik dengan perbedaan antara buruh dan pekerja. Dimana buruh adalah orang yang bekerja dengan terpaksa dan pekerja adalah orang yang bekerja dengan menikmati pekerjaannya. Lalu bagaimana dengan seorang atlet sepakbola misalnya, dimana mereka menggunakan kemampuan kreativitas dalam bekerja namun disisi lain mereka dituntut oleh pelatih dan teamnya untuk meraih sebuah kemenangan. Termasuk dalam buruh atau pekerja kah seorang atlet pak? Muhamad Khoirul Fajri - 1712511048
@donitaezra6606
@donitaezra6606 2 жыл бұрын
Terimakasih atas materinya pak, izin bertanya. Apakah kelompok seniman jalanan yang berada di Jalan Malioboro termasuk berada dalam sistem kapitalis-lanjut? karena mengingat mereka bekerja dengan standar hobi mereka namun hasil dari pekerjaan mereka harus dibagi rata dengan anggota kelompok mereka tanpa melihat pendapatan yang mereka dapat atau tergantung pada wisatawan yang memberinya sukarela. Sekian dan terimakasih. Donita Ezra Nathaniella / 1912511066
@wasuaditya9774
@wasuaditya9774 4 жыл бұрын
Izin bertanya pak, saya agak kurang paham dengan masyarakat yang menjadi konsumtif karena termakan dengan iklan yang menonjolkan produknya dan agar terlihat menjadi kaya dengan memiliki produk tersebut, karena yang saya tau beberapa orang memerlukan barang yang spesifikasinya semakin canggih seperti laptop, dll untuk memudahkannya dalam berkerja tanpa mementingkan ia akan terlihat kaya atau tidak. Pertanyaan saya pak, apakah prilaku masyarakat yang dituntut dalam pekerjaannya untuk menggunakan produk yang lebih canggih dalam bekerja itu salah ? Lalu apakah masyarakat tersebut masih masuk dalam kategori one dimantional society ? Terimakasih pak Wasu Aditya (1712511031)
@sirojcayzer4765
@sirojcayzer4765 4 жыл бұрын
Selamat sore Pak, terima kasih atas materinya. mohon izin menanggapi dan bertanya Pak. sebagaimana yang telah Bapak jelaskan bahwasanya seorang individu yang menjadi pekerja pada era kapitalisme lanjut mereka diberikan Fantasi bahwasanya mereka merasa merdeka, merasa tidak tertindas dan sebagainya, karena diberikan berikan kesempatan oleh majikan untuk berpenampilan untuk bergaya seperti majikan dan sebagainya. akan tetapi secara tidak langsung sebenarnya seorang pekerja tersebut yang merasa Merdeka Sebenarnya dia sedang tertindas akan tetapi tidak dirasakan karena tertindasnya secara halus. dan juga saya tertarik kepada pembahasan buruh dan seorang pekerja bahwasanya pekerja adalah seorang yang bekerja sesuai dengan hobinya Apa yang dilakukannya tanpa terikat dan tanpa terbebani apapun, dan sedangkan seorang buruh adalah seorang yang bekerja yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan dan merasa terbebani akan pekerjaannya dan merasa tersiksa. yang saya ingin tanyakan di sini pak apabila memang demikian akan tetapi ketika kita ingin untuk melampauinya atau tidak ingin menjadi seorang buruh dan menjadi seorang pekerja atau bahkan ingin menjadi seorang borjuis, seorang kapitalis, akan tetapi terkadang apa yang kita inginkan tidak selalu tercapai terkadang apa yang kita mau tidak berjalan seperti apa yang kita inginkan. dan sebagaimana kita tahu bahwasanya setiap orang tidak mungkin bisa menjadi seorang borjuis tidak mungkin semuanya bisa menjadi menjadi seorang majikan karena mereka seperti halnya sebuah sistem. seorang kapitalis tidak akan dikatakan seorang kapitalis apabila tidak ada buruh atau pekerja, dan begitu pula pekerja dan buruh tidak akan dikatakan pekerja tidak akan dikatakan seorang buruh apabila tidak ada kapitalis oleh karenanya sebenarnya semuanya saling berkaitan saling berhubungan dan akan selalu ada seperti itu walaupun sebenarnya pihak buruh ataupun pekerja. apabila kita melihatnya secara lebih mendalam sebenarnya lebih tertindas daripada seseorang yang berada di tingkatan borjuis atau kapitalis akan tetapi hal itu adalah sebuah sistem dan tidak bisa dihindari apabila semuanya menjadi borjuis, Terus siapa yang akan menjadi seorang pekerja? siapa yang akan menjadi seorang buruh?. oleh karenanya saya bisa mengambil sebuah tanggapan bahwasanya hal itu memang benar adanya kapitalis diuntungkan dalam posisinya dan pekerja dan seorang buruh itu dirugikan akan tetapi hal itu tidak bisa dapat dihindari karena mereka semua adalah sebuah sistem yang mana saling melengkapi satu sama lain dan apabila ada satu sistem yang tidak berpastisipasi maka sistem itu tidak akan bisa berjalan. saya juga ingin membahas one dimensional society yang Bagaimana seorang individu apabila hanya mengamini akan segala sesuatu dia termasuk One dimensional society. akan tetapi dalam kenyataannya yang saya tahu hal semacam itu mungkin memang wajar adanya karena yang melakukan One dimensional society bukan hanya seorang kapitalis yang melakukannya, atau seorang borjuis, akan tetapi setiap individu entah dia seorang kapitalis, borjuis, pekerja, buruh, itu semuanya melakukan One dimensional society menurut saya. Karena sebagaimana kita tahu apabila kita mengikuti kapitalis untuk melakukan apa yang dia inginkan dan kita hanya mengamini saja dan mengikutinya karena posisi kita sebagai buruh atau pekerja itu memang wajar adanya karena kenapa, kita yang melakukan apa yang diperintahkan oleh borjuis atau kapitalis itu memang melalui tujuan yang diharapkan oleh kapitalis akan tetapi kita tidak bisa menolaknya karena kita berada dalam posisi pekerja atau buruh dan hal ini menurut saya wajar Pak. karena kenapa, siapapun itu bukan hanya borjuis ataupun kapitalis mereka semuanya melakukan One dimensional society, karena dalam hidup mereka pasti selalu ada tujuan tidak mungkin tidak ada tujuan seperti yang kita tahu , ketika seorang majikan menyuruh untuk bekerja dan kita bekerja, kita termasuk One dimensional society, akan tetapi seorang individu itu sendiri dia melakukan One dimensional society, karena kenapa, dia sedang memenuhi tujuannya, Tujuannya adalah untuk mendapatkan uang dan untuk mendapatkan uang dia harus bekerja kepada kaum borjuis kaum kaum kapitalis . Jadi sebenarnya itu bukan hanya terjadi pada kaum kapitalis ataupun borjuis tapi juga terjadi pada setiap orang walaupun di posisi mereka yang berbeda. kurang lebihnya saya mohon maaf apabila ada salah kata saya mohon maaf pak, terima kasih Sirojul Umam_ 1712511008
@fcapcomjaka8546
@fcapcomjaka8546 4 жыл бұрын
Materinya bagus, ttg kapitalisme, tp video ini juga berorientasi kapital krn monetisasinya/ iklannya mengganggu
@SanglahInstitute
@SanglahInstitute 4 жыл бұрын
Sanglah Institute memang membela filsafat borjuasi. Catat!
@sisiliaagustaniam.sukidato3817
@sisiliaagustaniam.sukidato3817 4 жыл бұрын
TEORI KRITIK, HERBERT MARCUSE Terima kasih atas pemaparan yang diberikan pak. Berikut ulasan yang saya buat: Marcuse membedakan buruh dan pekerja. Buruh adalah orang yang bekerja dengan paksaan atau bekerja karena terpaksa. Sedangkan pekerja adalah orang yang bekerja dengan penuh kenikmatan, rileks, rasa senang, dan “main-main”. Seperti yang bapak katakan, ketika era kapitalisme lanjut, banyak pekerja yang bekerja di bawah tekanan atasannya sehingga mereka dikatakan secara tidak sadar sudah menjadi buruh. Jika demikian, PNS atau pejabat-pejabat (kaum elite) yang dituntut untuk melakukan pekerjaan sampai merelakan waktu dan tenaga lebih, dapat dikatakan secara tidak langsung dikategorikan sebagai kaum buruh? Jika ya, berarti buruh dan pekerja tidak ada kaitannya dengan kelas proletar dan kelas borjuis. Karena menurut saya, kaum borjuis saja pekerjaannya dapat dikategorikan sebagai buruh jika ia tidak menikmatinya. Sebaliknya, kaum proletar dapat dikatakan menjadi seorang pekerja jika pekerjaan yang ia lakukan walau hanya berpenghasilan kecil, dapat ia nikmati dengan rasa senang, rileks, dan “main-main”. Sisilia Agustania (1712511046)
@stefanoryan8591
@stefanoryan8591 2 жыл бұрын
Terimakasih atas pemaparan materinya pak. Menurut Marcuse, relevansinya terhadap teori kritis yang memberikan kesadaran dalam menalar realitas, apabila manusia sadar bahwa untuk memenuhi kebutuhan dasarnya manusia cukup hanya dengan bekerja selayaknya, maka ia akan menolak dieksploitasi. Untuk menghindarkan gejala tersebut, kapitalisme menindas sepenuh kepribadian manusia. Saya ingin bertanya apakah ada peran kapital di suatu negara oleh pemerintah? Ryan Januar Stefano-1912511048
@ellen9057
@ellen9057 2 жыл бұрын
Selamat malam bapak , terimakasih atas materinya yang sangat menarik dan bermanfaat. Mohon maaf belum bisa mengikuti perkuliahan secara offline. Pada materi kali ini saya tidak ingin bertanya dulu pak , saya sempat scroll pertanyaan pertanyaan terdahulu dari kakak kakak tingkat di kolom chat dan saya menemukan satu pertanyaan , yang saya ingin mencoba menanggapi nya disnini bapak , mungkin bisa dikoreksi kalau ada kekeliruan pak 🙏 terkait pertanyaan dari kakak Muhammad Khoirul tentang pemain sepak bola yg bekerja krna hobby , tetapi dituntut oleh pelatih untuk meraih suatu kemenangan dalam pertandingan , apakah dia masuk dalam kategori buruh atau pekerja ? Menurut saya para pemain sepak bola ini tetap masuk di dalam kategori pekerja dimana mereka bekerja atas dasar hobby dan menikmati pekerjaannya. Semua atlet atau olahragawan itu bekerja dengan menikmati pekerjaannya. Terkait mereka dituntut untuk menang , mnurut saya memang dalam suatu pertandingan , puncak yg ingin dicapai adalah kemenangan. Atlit latihan dan mengikuti pertandingan dengan menikmati pekerjaan itu dan tujuan akhirnya adalah menang , tanpa dituntut oleh pelatih pun , tujuan dari semua atlit dan olahragawan atas pekerjaan mereka adalah menang. Jadi menurut saya pemain bola itu tetap bagian dari pekerja dan bukan buruh. Terimakasih bapak 😇🙏 Bergita Elnisa Sule / 1912511010
@srisaraswati1951
@srisaraswati1951 2 жыл бұрын
Sebelumnya terimakasih atas pemaparannya pak. Berbicara tentang barang-barang yang memiliki simbol seperti Nike, dll, seringkali dipilih juga karena memiliki bahan yang bagus sehingga mampu digunakan dalam waktu yang lama. Jika seseorang menyukai suatu brand karena hal tersebut apakah ini juga berarti orang tersebut termasuk ke dalam pengaruh kapitalis lanjut, pak? Sekali lagi terimakasih pak 🙏🏿 Sri Saraswati (1912511034)
@anggaksm9875
@anggaksm9875 4 жыл бұрын
Pak izin bertanya, spat kapitalismus ini kan memanipulasi para buruh dengan tampil wajah yang humanis, nah apakah buruh yang sering menggaungkan suaranya untuk kesetaraan hidupnya akan lupa terhadap apa yang diperjuangkan akibat dari adanya kapitalisme lanjut? (Made angga wirakusuma - 1712511034)
@fazririzky5619
@fazririzky5619 2 жыл бұрын
Terimakasih atas penjelasannya bapak. Dalam penjelasan bapak tadi menyinggung tentang Kapitalisme Wajah humanis. Pertanyaan saya pak dengan ada nya jaminan kesehatan, asuransi pekerjaan dll. Bukan nya itu hal wajib bagi perusahaan yang di tuntut oleh pemerintah untuk bisa mensejahterakan masyarakat yang bekerja, nah apakah kapitalisme ini sebagai tandai baik atau buruk pak? Muhammad Fazri Dwi Risky - 1912511065
@kesyanilibryanti5185
@kesyanilibryanti5185 2 жыл бұрын
Terimakasih bapak atas penjelasan materinya, disini saya ijin bertanya. Apakah terdapat dampak positif jangka panjang dari one dimensional society bagi kehidupan masyarakat? Terimakasih bapak Ni Kadek Septia Kesyani Libryanti/ 1912511064
@anggaardyastia2757
@anggaardyastia2757 4 жыл бұрын
Terimakasih pak, saya selalu tertarik jika membahas tentang kaum Borjuis & kaum proletar. Saya berfikir, bukankah keduanya memiliki tekanan atau tuntutannya masing masing pak?, Dalam artian buruh selalu tertekan dengan penindasan deadline dan majikan selalu tertekan dengan ancaman kebangkrutan sejadi jadinya. Tidak ada yang benar benar bebas menggunakan libidonya atau menikmati pekerjaannya sepenuhnya. Namun mengapa kita selalu terkontruksi untuk membahas kaum buruh yang seolah selalu tertindas, terlebih dalam era wajah humanis kapitalisme, buruh mendapat berbagai jaminan dan tunjangan. Tapi kita tidak pernah membahas apabila majikannya tersebut memiliki resiko kebangkrutan yang bisa terjadi kapan saja. Dalam hal ini bukankah baik majikan maupun buruh memiliki ketertindasannya masing masing pak?, Namun masih relevankah jika kita menyebut bahwa hanya kaum buruh yang perlu selalu dibela saat ini?. Saya hanya ingin membawa pemikiran yang lebih jernih dan obyektif terhadap permasalahan yang sebenarnya terjadi antara keduanya. Saya tidak membenarkan berbagai ketidakbebasan yang terjadi pada buruh, namun kita juga tidak bisa mengenyahkan begitu saja apa yang terjadi pada pelaku usaha. Sehingga kita dapat berfikir lebih obyektif dalam menilai permasalahan yang sebenarnya terjadi. Terimakasih (I Putu Angga Ardyastia, 1712511044)
@michellepmj218
@michellepmj218 4 жыл бұрын
Nama : Priscilla Michelle Jessica NIM : 1712511051 Kapitalisme sekarang sudah di perhalus maka banyak dari buruh yang naik menjadi orang menengah, apakah itu termasuk kemajuan yang positif pak? karena kehidupan buruh jadi lebih baik , atau kemajuan yang negatif karena kita makin tunduk kepada kapitalisme? Terima kasih pak
@rotuasimanjuntak9950
@rotuasimanjuntak9950 4 жыл бұрын
Terimakasih sebelumnya pak atas penjelasan materinya. Dimana terdapat pemikiran herbert marcuse mengenai One Dimensional Society dikatakan bahwa masyarakat memiliki kesadaran yang dibungkus oleh media sehingga membuat daya kritis semakin tumpul .Pernyataan ini sangat cocok dengan kondisi sekarang dimana masyarakat semakin modern sehingga dapat dikatakan bahwa masyarakat lebih mengutamakan rasa gengsi. misalnya saja seseorang ingin mempunyai smartphone keluaran yang terbaru padahal secara finansial dia tak mampu untuk membelinya sehingga dia akan melakukan berbagai cara untuk memuaskan keinginanya yang dimana telah terpengaruh akibat adanya media. Menurut pandangan bapak bagaimana cara yang tepat agar dapat memberdayakan masyarakat untuk melatih diri menjadi konsumen yang kritis dan cara berpikir yang diakletis pada kondisi yang semakin modern ini? Terimakasih sebelumnya Rotua Varia Elisabeth Simanjuntak(1712511003
@putrikristina9281
@putrikristina9281 4 жыл бұрын
Pak izin bertanya, ketika kita membeli baju yg d produksi terbatas oleh suatu merek atau distro, kita akan merasa unik dan keunikan itu sebenarnya hanya karena diciptakan oleh distro. Hal ini di sebut “Desublimasi Represi” Apakah hal ini juga berlaku jika ketika kita merasa bangga saat menggunakan suatu merek barang mahal ? Bukan hanya diri sendiri yg bangga, namun orang2 disekitar juga merasa iri akan barang yg kita gunakan. Menggunakan barang2 bermerek mahal dapat membuat kita terlihat semakin berkelas di masyarakat, apakah ini juga termasuk “Desublimasi Represi” ? Ni kadek putri kristina dewi (1712511053)
@deaika2569
@deaika2569 4 жыл бұрын
Terimakasih atas penjelasannya bapak, saya ingin bertanya, jika seseorang merasa bebas dengan pekerjaannya, merasa senang, rileks dan nyaman terhadap pekerjaan yang dia lakukan tetapi malah mendapat tekanan dari pihak diluar pekerjaannya, dia merasa bahagia dengan pekerjaan yang dilakukan tetapi orang-orang yang melihatnya merasa itu pekerjaan yang tidak layak, pekerjaan yang rendah sehingga terkadang ia mendapat beberapa kritik. Bagaimana penjelasan hal tersebut dalam pandangan Herbert Marcuse ? Karena terkadang saya menemui banyak sekali seniman (apalagi yang serabutan) merasa senang dengan aktivitas pekerjaannya tetapi di pandang rendah oleh orang lain (misalnya karena tidak jelas penampilannya, tidak jelas gajinya, dll). Terimakasih bapak... (Ida Ayu Dea Ikka Wardhani, 1712511016)
@kiranawulandari96
@kiranawulandari96 2 жыл бұрын
Terimakasih atas penjelasannya bapak. Saya ingin bertanya apa dampak dari kebutuhan palsu dan perbudakan sukarela itu? Ni Luh Putu Kirana Wulandari Wiryana/1912511063
@realizemusic3682
@realizemusic3682 4 жыл бұрын
Opini saya min, kalau kapitalisme pasca PD II itu cenderung mengada-ada sesuatu yg mistik. Apakah berarti pendekatan dari semiotika Barthens juga cocok? Soal mitos dan tidak sesuatu. Dalam hal ini nilai benda saat diciptakan?
@SanglahInstitute
@SanglahInstitute 4 жыл бұрын
tentu, masyarakat modern dikepung oleh mitos, apalagi masyarakat posmodern
@annisanisa8504
@annisanisa8504 4 жыл бұрын
Terimakasih pak atas materi yang telah di berikan, izin bertanya pak bahwasannya kapitalisme selalu menciptakan budaya hanya untuk kepentingannya semata contoh budaya pop, budaya konsumeris dll, layaknya dunia ini di dekte oleh segelintir orang, lalu kenapa wacana tandingan kapitalisme belum pernah menciptakan budaya (seperti kapitalisme)? Atau jangan-jangan memang kehidupan ini selalu ada yang harus berkuasa dan untuk saat ini memang kapitalisme belum tergantikan maka dari itu kita harus menerima baik manfaat maupun akibatnya salah satunya hidup di one dimention society? Annisa (1712511001)
@okyperamanasebayang9392
@okyperamanasebayang9392 4 жыл бұрын
Terimakasih atas materinya pak saya tertarik dengan bagian "menjadi buruh" dan "menjadi pekerja" yang dimana bapak jelaskan tadi menjadi buruh adalah bekerja karena keterpaksaan atau bertahan hidup dan menjadi pekerja adalah bekerja karena sesuai dengan passion atau hobi. lalu bagaimana dengan para pesepakbola yang bekerja karena hobi ? apakah mereka merupakan bagian dari buruh atau hanya bagian dari fungsional bahasa saja ? yang dimana tentunya mereka memiliki target dari pemilik klub ataupun para penggemarnya. pertanyaan lainnya ialah bentuk kesadaran sosial seperti apa yang dibutuhkan oleh masyarakat kita untuk keluar dari satu dimensi menjadi multidimensi ini pak ? terimakasih pak (Oky Peramana Sebayang/1712511036)
@annastasiasavitri4336
@annastasiasavitri4336 4 жыл бұрын
Terima kasih atas penjelasannya pak. Berdasarkan penjelasan bapak mengenai one dimensional society di bagian foto keluargan "happy family" dsb, berarti one dimensional ini sendiri terbentuk oleh perspektif masyarakat itu sendiri ya pak? Apa yang menjadi nilai di masyarakat kemudian membentuk individu menjadi seperti itu pak? Tapi pak kondisi saat ini kan masyarakat banyak yg konsumtif kemudian diiringi kemajuan teknologi dsb. Apakah kemudian kini seluruh masyarakat sudah menjadi one dimensional society, dan tidak ada individu yang bebas dari kapitalis?. Lalu pak, ketika seseorang menekan libido seseorang untuk bekerja dan individu tersebut tertekan. Apa ada solusi yang dapat dilakukan untuk menekan diri agar tidak adanya tekanan? Mohon maaf jika ada kekurangan, sekian. Terima kasih 🙏 Annastasia Savitri 1712511042
@mayaandriani3878
@mayaandriani3878 4 жыл бұрын
Terimakasih banyak atas pemaparan materi yang sangat menarik, dari pemaparan diatas saya tertarik mengenai "One Dimensional Man" yang merupakan kesadaran manusia dari satu dimensi yang dibangun oleh media, ketika iklan mempromosikan produknya dengan apik yang bisa menarik konsumennya sehingga konsumen tergiur dengan iklan tersebut, maka menjadikan masyarakat berperilaku konsumtif dan akan bertindak diluar kendali atas dirinya demi memperoleh kemauannya seperti dari contoh yang dipaparkan oleh bapak. Lantas bagaimana mencegah masyarakat/pemuda menjadi manusia berdimensi satu? Maya Andriani (1712511039)
@herurizkiwahyudi1997
@herurizkiwahyudi1997 2 жыл бұрын
Terima kasih atas penjelasan yang telah bapak sampaikan, saya ingin sedikit mengomentari tentang bagaimana kapitalisme lanjut yang berwajah humanis ini dalam beradaptasi saat mereka sudah diramalkan akan runtuh tapi ternyata tidak. Menurut saya, kecerdikan dari kaum kapitalis ini sangat patut diacungi jempol karena mereka mampu "menghipnotis" masyarakat kelas menengah atau proletar dan juga menyuntikkan pikiran-pikiran mereka dengan budaya pop, karena dapat kita saksikan sampai saat ini di mana saat orang kelas menengah lebih memilih untuk membeli barang-barang yang tujuannya bukan dari nilai guna melainkan simbol yang ada dalam barang tersebut. Sampai sekarang saya masih bertanya-tanya dan juga merasa heran bagaimana mereka bisa mempengaruhi pemikiran masyarakat dengan hal yang demikian. Karena mereka 'terlihat' seperti tidak memaksa namun masyarakat justru mengikuti apa yang sudah mereka rencanakan. Heru Rizki Wahyudi (1912511004)
@samuelhetarie4306
@samuelhetarie4306 2 жыл бұрын
Terima kasih bapak atas penjelasannya, izin berpendapat pak, Konsumtivisme masyarakat satu dimensi yang dikritisi oleh Marcuse pada dasarnya ingin mengungkapkan kesadaran palsu, yang dinampakkan oleh dunia materi, yang dalam hal ini fenomena merebaknya konsumtivisme. Dengan terbentuk suatu kesa- daran sosial, kondisi - kondisi irasional bisa terjelaskan bagi para pelaku sosial agar dapat berperan sebagai agen perubahan sosial. Samuel Christian Hetarie/1912511029
@ratnadewi5408
@ratnadewi5408 4 жыл бұрын
Sangat menarik pemaparan materi mengenai herbert marcuse ini pak. Ijin bertanya pak menurut Marcuse, nafsu kapitalistik (keuntungan materi) mencerminkan apa yang disebut Marcuse dengan “penindasan yang berlebihan”, yang didistribusikan kepada nafsu dari segelintir orang untuk menguasai distribusi, dengan demikian juga bermaksud untuk menguasai ummat manusia dan apakah kaum buruh telah kehilangan semangat revolusionernya pak karena mereka sudah menjadi konsumen yang memiliki mobil, TV dan berbagai fasilitas yang tak beda dengan kaum borjuis? Terimakasih pak NI LUH PUTU RATNA DEWI (1712511005)
@citra9167
@citra9167 4 жыл бұрын
Terimakasih pak atas pemaparan materi Teori Kritik Herbert Marcuse. Seperti yang Bapak katakan mengenai seorang yang melakukan sesuatu atas dasar kesenangan/hoby/kenikmatan namun menjadi terbebani maka sesungguhnya orang itu sama dengan buruh. Tetapi bagaimana keterkaitan seorang pekerja yang mengalami jatuh bangun dalam sebuah usahanya dengan teori kritik Herbert Marcuse. Apakah tetap disebut sebagai buruh seperti mengenai Kolonel Sanders yang ditolak 1009 kali hingga akhirnya mencapai keberhasilannya untuk membuat waralaba resep rahasia Kentucky Fried Chicken hingga membuatnya menjadi seorang milioner dan menghasilkan sebuah nilai simbol di kancah dunia saat ini? atau apakah kitalah buruh yang sebenarnya karena melahirkan diri kita menjadi modus memiliki bukannya menjadi? (Citra Sagala, 1712511028)
@ayuindrayantii8850
@ayuindrayantii8850 4 жыл бұрын
Terimakasih atas materinya pak, saya izin bertanya apakah one dimensional society selalu akan menuju ke hal yang buruk sesuai dengan yang bapak contohkan (kasus gantung diri karena tidak bisa bayar kredit motor, kesulitan bayar tagihan kartu kredit, sekeluarga bunuh diri, dll)?. Selain itu menurut saya masyarakat modern saat ini cepat atau lambat pasti akan menjadi bagian one dimensional society, karena konstruksi media saat ini yang begitu cepat, masyarakat dengan mudah termakan oleh iklan² dimedia, serta standar yang diciptakan oleh masyarakat itu sendiri (cantik harus putih, kaya harus punya rumah mobil, dll). Akan sulit nantinya masyarakat tidak menjadi bagian dari one dimensional society ini. Maka akan timbul pertanyaan apakah ada solusi agar masyarakat tidak menjadi bagian dari one dimensional society ini? Mengingat masyarakat modern saat ini selalu mengikuti standar dari masyarakat dan media saat ini Sekian, terimakasih Ni Komang Ayu Indra Yanti (1712511015)
@faizdeniwinata6496
@faizdeniwinata6496 4 жыл бұрын
Nama: Fa'iz Deniwinata NIM: 1712511029 Sebelumnya terima kasih pak atas pemaparan materi yang sangat menarik ini, disini saya ingin bertanya pak. Seperti yang sudah bapak jelaskan didalam video, bahwa pasca Perang Dunia II Kapitalisme hadir dalam wajah baru yaitu lebih humanis. Padahal pada kenyataannya mereka masih menindas para buruh namun dengan cara yang halus, berarti kapitalisme lanjutan (Spat-Kapitalismus) hanya menjadi topeng bagi para kaum kapitalis pak??
@arikasugiati4796
@arikasugiati4796 2 жыл бұрын
Selamat sore Pak terimakasih atas pemaparan materi yang telah Bapak sampaikan. Saya tertarik dengan pemikiran dari Herbert Marcuse mengenai One Dimensional Society atau manusia/masyarakat dengan satu dimensi yang memiliki makna masyarakat yang hanyut akan logika produksi. Pemikiran Herbert Marcuse ini menurut saya sangat merefleksikan bagaimana keadaan masyarakat dimasa sekarang yang cepat tertarik dengan produk-produk terbaru yang dipromosikan melalui sebuah iklan di media sosial. Pertanyaan saya bagaimana cara menumbuhkan daya kritis masyarakat masa kini yang sudah terlanjur hanyut akan budaya konsumsi apalagi yang mengutamakan budaya konsumsi simbol? Ketut Arika Sugiati Dewi (1912511001)
@intanermawati88
@intanermawati88 4 жыл бұрын
Terima kasih Pak atas penjelasannya yang sangat menarik terkait Teori Konflik Herbert Marcuse diatas. Telah dijelaskan bahwa konsep One Dimensional Man atau manusia satu dimensi merupakan manusia yang kesadarannya satu dimensi dimana kesadarannya diperngaruhi oleh media. Diartikan juga sebagai manusia yang memiliki daya kritis yang tumpul dimana masyarakat dengan modus "memiliki lebih besar daripada modus "menjadi". Izin bertanya pak, lantas apakah One Dimensional Man itu adalah bukti dari kemerosotan kesadaran individu dan secara bersama pada kesatuan hidup yang ilusi dan lebih cenderung pada ketidaksadaran Pak? Serta bagaimana cara mengatasinya pak ?? Terima kasih. (Intan Ermawati_1712511047)
@sultankuddah1554
@sultankuddah1554 4 жыл бұрын
Berarti secara tidak langsung perkembangan teknologi komunikasi dan kebebasan yang di dapatkan oleh masyarakat kelas menengah saat ini hanya settingan atau jenis penjajahan/controling dari para penguasa atau pemilik modal terhadap pekerja, Nilai dan perubahan sosial sama seperti buah busuk yang diganti kemasannya, ditambah pembodohan dengan segala bentuk "ilusi" nya. Jadi dapat disimpulkan bahwa kita mengalami kemunduran dalam hal perkembangan di masyarakat. Sultan Saefulloh/1712511055
@nono8865
@nono8865 4 жыл бұрын
Terimakasih pak atas materi yang bapak sampaikan terkait teori kritik Herbert Marcuse.Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa Herbert Marcuse identik dengan kritik terhadap masyarakat modern, bahwa masyarakat modern adalah manusia berdimensi satu.Saya ingin bertanya mengapa konsumtivisme yang tiada habisnya masih juga berlangsung di era modern ini? Dan Rakyat kecil diluar sana yang menderita, sementara sebagian masyarakat lainnya sibuk memuaskan dirinya dengan kelimpahan materi dan fasilitas layanan yang memanjakan tubuhnya. Konsumtivisme yang saya maksud seperti untuk memuaskan hasrat dalam diri manusia, bukan dari sisi kebutuhan, melainkan memprioritaskan keinginan untuk memiliki barang dari pada kebutuhan, sehingga ada dimensi boros. Hafizh Naufal P 1712511006
@adipranatha4467
@adipranatha4467 2 жыл бұрын
Terimakasih atas materinya pak. Terkait dengan One Dimensional Man, manusia kini sepertinya telah terus menerus dicekoki oleh kemajuan teknologi yang seolah-olah mengakibatkan manusia melupakan apa yang sebenarnya penting bagi mereka, yakni sifat kemanusiaan dan budi pekerti yang luhur. Bahkan seolah-olah manusia kini menjadikan teknologi sebagai sebuah hal yang sakral dalam pikiran mereka sendiri (lebih baik ketinggalan HP daripada dompet,salah satu contohnya). Maka dari itu, kini hanya manusia itu sendiri yang dapat menentukan kemanakah arah perkembangan kebudayaan yang akan mereka ikuti, ke arah yang semakin maju atau justru mundur I Ketut Primantara Adi Pranatha/1912511032
@andiahmad8461
@andiahmad8461 4 жыл бұрын
Kaum borjuis sebetulnya masih mendominasi dan mengontrol kaum buruh di era kapitalisme lanjut tetapi kaum buruh tidak merasa di kontrol dan didominasi. Kaum buruh dijejali fantasi tentang independensi, kemerdekaan atau kebebasan tetapi sebetulnya itu adalah kebebasan yang dibatasi. Saya ingin bertanya perihal kebebasan semu pada kaum buruh pak, Apakah kebebasan semu ini dapat diartikan sebagai sebuah penjajahan terselubung oleh kaum borjuis kepada kaum buruh dengan wajah humanis di era kapitalisme lanjut yang didukung pula oleh konstruksi media? serta apakah konstruksi media ini sengaja diciptakan sebagai bentuk dominasi dan kontrol kaum buruh agar terkaburkannya fantasi kemerdekaan kaum buruh itu sendiri? (Andi Ahmad Amiruddin Jalil, 1712511033)
@zefanyayuni4214
@zefanyayuni4214 4 жыл бұрын
Apakah pemikiran orang-orang saat ini menjadi semakin didominasi oleh pemikiran manusia satu dimensi? Zefanya Yuni Chayani Samosir 1712511010
@ariwidhiarsa2156
@ariwidhiarsa2156 2 жыл бұрын
Terimakasi atas pemaparan materinya pak🙏, jika kita lihat bahwa Marcuse menganggap masyarakat modern adalah masyarakat yang sakit, dikarenakan sebuah masyarakat hanya berpikir dan bertindak dalam satu dimensi saja yakni, suatu masyarakat yang seluruh aspek kehidupanya diarahkan kepada satu tujuan belaka. Meskipun teknologi menghadirkan segala kemudahan-kemudahan namun manusia masih tetap teralienasi atau terasing. Manusia sesungguhnya sudah dibius menjadi manusia satu dimensi, sementara kebebasan sebagai individu sudah terikat. Yang paling parahnya lagi yakni teknologi pada nyatanya telah membuat manusia kehilangan kesadaran kritisnya. ( Kadek Ari Widhiarsa/1912511051)
@dewikartika9240
@dewikartika9240 4 жыл бұрын
Terimakasih atas kajiannya mengenai teori kritik yang dicetuskan oleh Herbert Marcuse yg sangat menarik pak. Di era ini kita sadar bahwa kita semua adalah one dimensional society tsb dan sadar bahwa kita konsumtif. Hal ini utamanya terjadi pada generasi muda. Memiliki kesadaran tapi kita juga tak bisa menolak hal-hal disuguhkan kapitalisme lanjut itu sendiri. Yang menjadi pertanyaan apakah kita utamanya anak muda bisa melawan one dimensional man/society ini? dan apakah era dari kapitalisime lanjut ini bisa tergeser? karna kita ketahui bersama seolah tergambar dari saat ini bahwa suatu kemajuan jaman justru melanggengkan kapitalisme lanjut itu sendiri. Terimakasih,mohon maaf jika saya ada salah kata🙏 (D.A Dewi Kartika 1712511059)
@firdaamaliasiska4694
@firdaamaliasiska4694 4 жыл бұрын
Masyarakat industri modern saat ini merupakan yang termasuk dalam golongan masyarakat sakit, dimana masyarakat tersebut hanya memiliki satu dimensi. Masyarakat berdimensi satu merupakan masyarakat yang bersikap reseptif dan pasif sehingga semakin menguatkan dominasi atas diri masyarakat tersebut sehingga dominasi tidak lagi dirasakan dan disadari sebagai sesuatu yang tidak wajar. Dengan kata lain, manusia modern kehilangan prinsip kritisnya. Contohnya saja, Handphone. Produsen berlomba-lomba memproduksi handphone dengan berbagai feature yang diciptakan untuk solusi atas permasalahan yang ada pada masyarakat modern. Handphone tersebut diciptakan agar bagaimana feature itu beroperasi, fasilitas serta keunggulan apa yang dimiliki sebuah handphone, hal itulah yang terjadi disekitar kita. Namun yang menjadi pemikiran adalah apakah handphone tersebut adalah sebuah barang yang memang benar membawa perubahan signifikan pada kehidupan sosial, apakah ia membawa kebahagiaan bagi manusia atau justru malah sebaliknya ? Firda Amalia Siska (1712511004)
@madeasri97
@madeasri97 8 ай бұрын
2024 hadir
@bayukusumaanggara9861
@bayukusumaanggara9861 4 жыл бұрын
Terimakasih pak atas pemaparan materi yang sangat baik dan mudah dimengerti. Pada konteks ketertindasan buruh dalam kapitalisme lanjut, kita sering diperhadapkan pada sebuah paradoks kesejahteraan yang selalu dikhotbahkan negara. Negara memposisikan diri seolah sebagai pembela dan penjamin sebuah kesejahteraan. Tapi pada sisi lain, negara seperti masih malu-malu untuk mengambil sikap yang tegas dan pasti. Terbukti, hingga saat ini, teriakan perjuangan kaum buruh masih selalu bergema. Izin untuk bertanya pak, apa yang menyebabkan hal ini terjadi? Dan dimana posisi Negara ketika fakta kesenjangan ekonomi terjadi? Atau mungkin Negara takut mengambil sikap ketika kaum kapitalis masih menjadi sahabat kekal? Terima kasih bapak Bayu Kusuma Anggara (1712511023)
@willyamsinaga350
@willyamsinaga350 4 жыл бұрын
trimaksih atas penjelasannya pak. bagaimana dengan konstruksi media bahwa masyarakat yang ideal itu seperti mempunyai mobil,rumah,pekerjaan yang terpandang dimasyarakat luas.Apakah konstruki media atau nilai yang dianut oleh masyarakat tersebut memang diciptakan untuk melanggengkan kapitalisme lanjut ? bagaimana pula pada masyarakart yang memang memaki peralatan yang terbaru yang dibeli untuk membantu pekerjaan nya semakin efektif.Semisal : motor nmax dengan motor beat yang memang secara kualitas dan ketahanan terhadap jalanan yang rusak dan licin,nmax lebih unggul dibandingkan beat.mungkin tanggapannya pak,Trimakasih pak. Nama : Willyam Steven Sinaga Nim : 1712511058
@ayoeagung5434
@ayoeagung5434 2 жыл бұрын
terimakasih atas pemaparan materinya pak. seringkali saya melihat suatu fenomena dimana masyarakat telah terbawa arus oleh kapitalisme lanjut ini. hal ini serupa dengan lingkungan sekitar saya lebih memilih membeli hp Iphone agar dapat memperlihatkan hp tersebut ke orang lain ketimbang membeli hal yang sekiranya lebih berguna dengan mempertimbangkan nilai guna. kadang sayapun mempunyai hasrat untuk mengikuti teman saya tapi saya alihkan ke hal yg lain sehingga saya bisa mengontrol perilaku saya. sekiranya apakah dalam mengontrol sesuatu itu hanya pada diri sendiri saja pak? septria gihan agung tarayanti/ 1912511015
@mustamiuddin2292
@mustamiuddin2292 4 жыл бұрын
Nama : Mustami'uddin Nim : 1712511032 Terimakasih sebelumnya pak atas materi yang telah disampaikan. Dalam materi diatas telah dipaparkan bahwa dalam kapitalis lanjut bahwa konsumsi tidak ditunjukkan lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup, namun untuk memenuhi gaya hidup. Namun yang menjadi konsekuensinya adalah rentan terjadi hal yang fatalistik karena terlalu memaksakan diri untuk mengikuti kehendak Social society. Cukup menarik serta ada lagi pak yang cukup menarik. Menurut Herbert mercuse bahwa adanya perbedaan antara menjadi pekerja dan menjadi buruh, bahwa pekerja ialah mereka yang bekerja sesuai dengan libidonya sedangkan buruh adalah mereka yang berkerja dengan membunuh libidonya. Lalu yang menjadi pertanyaannya apakah buruh bisa menjadi seorang pekerja sesuai dengan pendapat Herbert mercuse.? Kalau bisa kira-kira langkah yang harus ditempuh bagaimana pak.? Terimakasih atas materinya pak.
@AnggotaKeluargaTorreto
@AnggotaKeluargaTorreto 4 жыл бұрын
Bisa saja Jika si buruh tiba-tiba tahu apa tujuan hidup dia dengan menjadi buruh dan dia menikmatinya Karena secara garis besar buruh tidak menikmati pekerjaannya sedang pekerja menikmatinya
@dewisakerebau7109
@dewisakerebau7109 3 жыл бұрын
selamat pagi pak wahyu terimakasih atas pemaparan materinya yang sangat menarik Nama :Stevani dewi clarita /1812511004
@nandapramartha1429
@nandapramartha1429 2 жыл бұрын
Putu Pramartha Mudrananda 1912511044 Selamat malam pak 🙏 Terima kasih atas materi yg bapak berikan Disini saya izin berpendapat mengenai logika produksi spat-kapitalisme tentang masyarakat yang dipengaruhi nilai simbol suatu barang, disini saya mengambil contoh ketika mereka sudah memiliki handphone merek china dan mereka ingin memiliki handphone merek amerika dengan fiturnya yg sama karena mereka termakan iklan televisi yang menggugah iman mereka
@ichanisa5354
@ichanisa5354 3 жыл бұрын
Terimakasi atas materi tentang teori kririk herbert macuse pak, sangat menarik Nisa kiromim (1421005030)
@retno1596
@retno1596 2 жыл бұрын
Terima kasih Pak Wahyu atas paparan materinya. Saya izin menanggapi materi terkait menjadi buruh dan pekerja. Fenomena jaman sekarang banyak yang mencerminkan hal seperti itu. Dimana seseorang yang bekerja dengan gaji 2 atau 3 digit tapi merasa stress, frustasi, cape karena dikejar deadline, dan muak dengan jam kerja yang tidak masuk akal. Tetapi gaji mereka besar. Dan ketika menerima gaji, mereka merasa happy dan bisa menghabiskan gajinya untuk mencari kesenangan lain seperti staycation, healing atau travelling… jadi seperti inikah cerminan kehidupan buruh dan pekerja saat ini?? Merasa asing dengan pekerjaan, tetapi merasa senang ketika terima gaji. Demikian tanggapan saya, terima kasih. RETNO ASTI WULANDARI /1912511016
@madearyasatya5384
@madearyasatya5384 2 жыл бұрын
Terimakasih atas penjelasannya pak. Terkait dengan resublimasi represi, sebenernya kita juga tahu bahwa faktanya kapitalisme lanjut ini tidak hanya berusaha untuk memberikan pengaruh kepada buruh pekerjanya saja, tetapi juga kepada masyarakat yang ikut untuk mengonsumsi produk tersebut. teknik yang digunakan oleh kapitalisme lanjut benar benar membangkitkan semangat kerja buruh pekerja dan konsumen produk itu sendiri. Sangat hebat ketika para kapitalisme lanjut ini membuat sebuah barang yang seakan akan "diperlukan" untuk kebutuhan sehari hari. permainan manipulatif yang dilakukan oleh para kapitalisme lanjut bisa dikatakan sangat berhasil, apalagi jika dikaitkan dengan era saat ini Made Arya Satya/1912511038
@finayulfa7602
@finayulfa7602 2 жыл бұрын
Terima kasih Pak atas penjelasannya Dari materi ini saya mendapatkan tambahan ilmu mengenai bagaimana cara kaum borjuis mensiasasi kaum buruh agar tidak merasa terdominasi dan dikuasai, serta ditindas. Kaum buruh pada masa kapital lanjut lebih mampu dalam menenuhi kebutuhan sekundernya sehingga kehidupan materi mereka bisa hampir sama dengan majikan. Siasat yang demikian tentu tidak terlepas dari pekerjaan yang dilakukan oleh kaum buruh, makin terampil ia dalam mengerjakan suatu pekerjaan maka gaji yang diperoleh pun juga semakin besar. Sehingga keringat lelah yang mereka cucurkan selama bekerja pun terasa sebanding dengan gaji yang mereka peroleh. Pertanyaan saya, penindasan seperti apa yang sebenarnya kaum borjuis lakukan terhadap buruh? Karena pada dasarnya seorang yang bekerja keras ialah yg akan memperoleh hasil yang lebih dibandingkan yang lain. Fina Yulfa Laila (1912511040)
Seri Kuliah Online: (4) Teori Kritik, Jurgen Habermas
23:15
Sanglah Institute
Рет қаралды 16 М.
Seri Kuliah Online Posmodern: Jacques Derrida
25:33
Sanglah Institute
Рет қаралды 17 М.
To Brawl AND BEYOND!
00:51
Brawl Stars
Рет қаралды 17 МЛН
Quando A Diferença De Altura É Muito Grande 😲😂
00:12
Mari Maria
Рет қаралды 45 МЛН
So Cute 🥰 who is better?
00:15
dednahype
Рет қаралды 19 МЛН
When you have a very capricious child 😂😘👍
00:16
Like Asiya
Рет қаралды 18 МЛН
Moral Tanpa Agama Apa Mungkin?
18:11
Cania Citta
Рет қаралды 93 М.
Bahkan Dari 1000 Buku CUKUP 1 Buku Ini Yang Lo BUTUHIN Untuk JAGO KOMUNIKASI!
19:17
I attended Trump’s inauguration yesterday. Here are my thoughts.
7:01
Senator Bernie Sanders
Рет қаралды 4,3 МЛН
Teori Sosiologi dari Karl Marx
25:12
Perspektif Sosiologi
Рет қаралды 28 М.
Epistemologi POSMODERN
17:59
Sanglah Institute
Рет қаралды 12 М.
Seri Kuliah Online: (1) Max Weber, Teori Tindakan Sosial
21:35
Sanglah Institute
Рет қаралды 39 М.
KENAPA PENDIDIKAN KITA SANGAT KOMERSIAL?
24:51
Kamar Film
Рет қаралды 269 М.
To Brawl AND BEYOND!
00:51
Brawl Stars
Рет қаралды 17 МЛН